Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ulinda az Zahra

KRI, Jual yang Lama, Beli yang Baru

Info Terkini | Monday, 07 Feb 2022, 11:06 WIB
KRI Teluk Penyu 513 dan KRI Teluk Mandar 514

Masih teringat tragedi KRI Nanggala 402 yang tenggelam di laut lepas. Menyisakan duka bagi seluruh rakyat Indonesia. Akibat mesin dan beberapa bagian yang keropos menjadi salah satu alasan tenggelamnya kapal selam ini.

Kementerian Pertahanan (Kemhan) yang dipimpin oleh Prabowo Subianto berencana menjual dua buah kapal perang Indonesia kepada asing. Kapal perang tersebut yakni KRI Teluk Penyu 513 dan KRI Teluk Mandar 514. Keduanya dijual karena dirasa sudah tidak layak untuk dipakai oleh TNI AL (balipost.com, 27/1/2022).

Rencana penjualan kapal perang ini juga telah mengantongi persetujuan dari Komisi I DPR RI setelah melakukan rapat kerja bersama dengan Menhan Prabowo Subianto, Menkeu Sri Mulyani, dan KSAL Laksamana TNI Yudo Margono, di Gedung Parlemen, Jakarta.

Rencana penjualan kapal perang ini tidak lain karena usianya yang sudah renta dan beberapa mesin yang keropos. Kelistrikan dan navigasi kapal juga sudah tidak berfungsi dengan baik. Akan membahayakan TNI AL jika tetap digunakan. Kerusakan ini akan tidak efisien jika harus menunggu diperbaiki dulu ke luar negeri.

Melihat potret buram KRI Nanggala 402 yang tenggelam akibat mesin dan beberapa alat yang sudah tidak bisa dipakai, sekilas rencana ini terlihat bagus dan patut diapresiasi. Pantas saja Menhan sangat senang ketika mendapat persetujuan dari Komisi I DPR RI.

Kesenangan ini juga karena kedua kapal tersebut masih laku dijual dengan harga yang tinggi melalui hasil lelang. Nilai taksiran limit jualnya untuk KRI Teluk Penyu 513 sebesar Rp4,91 M. Sementara untuk KRI Teluk Mandar 514, nilai limit jualnya sebesar Rp695 Juta (balipost.com, 27/1/2022).

Di samping itu, Menhan mengklaim bahwa kekuatan TNI AL tidak berkurang meski menjual dua kapal perangnya. Bahkan ia menyebut dalam 24 bulan ke depan, Indonesia akan miliki minimal 50 kapal perang yang siap tempur (kompas.com, 27/1/2022).

Jika dilihat dari habit negeri ini yang masih suka jual barang lama untuk beli barang baru, rencana ini tidaklah cukup efisien. Ditambah lagi dengan mentalitas yang konsumtif. Ingin barang baru tetapi tidak melihat kondisi keuangan Negara dan kebutuhan rakyat yang lebih mendesak.

Alih-alih menjelaskan alasan bahwa biaya memperbaiki mesin kapal akan jauh lebih mahal daripada beli mesin baru, ternyata memang industri dan tempat servisnya yang jauh. Inilah yang membuaat tingginya biaya servis itu. Sebab negeri ini harus mengirimkannya ke Negara yang memiliki perusahaan kapal perang, seperti Korea Selatan dan Jerman.

Kalau mentalitas negeri ini masih saja seperti itu, bukan tidak mungkin jika negeri ini akan sulit berdaulat dan merdeka secara utuh. Akan selalu diintervensi dan bergantung pada Negara luar yang mengikat negeri ini dengan beragam perjanjian.

Jika dilihat lebih dalam, bukan hanya aspek industri alat tempur saja yang bergantung pada asing. Industri bahan mentah, industri sumber daya alam, bahkan industri transportasi pun juga masih ada campur tangan asing dalam pengelolaannya. Katanya sih kerja sama sekaligus jalin kekerabatan skala Internasional.

Kalau saja kerja sama dalam pengelolaan tersebut saling menguntungkan, baik kerja sama bilateral maupun multilateral, pasti tidak akan sampai membuat rugi salah satu pihak. Akan tetapi, disadari atau tidak, ternyata kerja sama yang dilakukan hanyalah sekedar gaya agar membuat rakyat kagum dengan beragam proyek atau infrastruktur yang baru.

Kerja sama semacam ini tidaklah dibolehkan. Karena tak jarang kerja sama ini justru menambah utang dalam negeri. Mau tidak mau harus diterima, karena terikat perjanjian atau kesepakatan Internasional.

Sungguh, menjadi Negara pembebek dan berada dalam cengkeraman Negara adidaya kapitalis bukanlah suatu hal yang patut dibanggakan. Masyarakat harus segera sadar dan bangkit. Serukan kebenaran dan bongkar kekeliruan yang merajalela. Solusikan dengan sistem yang benar-benar bisa berdikari tanpa harus berkomplot dengan Negara bermental penjajah.

Satu-satunya sistem yang terbukti berjaya selama 1300 tahun dan menguasai 2/3 belahan dunia yakni sistem Islam. Tanpa membebek kepada Negara manapun, ia mampu berdiri dengan kepemimpinan yang gemilang di setiap masanya. Bahkan memiliki alat tempur yang sangat canggih ketika Negara lain belum memikirkan untuk membuatnya.

Kisah Muhammad al Fatih yang menaklukkan Konstantinopel menjadi salah satu bukti penggunaan dan kepemilikan alat tempur yang canggih. Segala daya upaya bahkan harta yang dimilikinya rela digelontorkan untuk membangun kekuatan militer. Tentu tanpa utang atau perjanjian yang mengikatnya dengan Negara asing. Inilah yang seharusnya dicontoh oleh negeri-negeri muslim saat ini.

Wallahu a’lam bish showab.

Oleh: Maulinda Rawitra Pradanti, S.Pd

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image