Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Ilmi

Prahara di Semenanjung Korea: Bagaimana Ancaman Nuklir Menguji Ketahanan Dunia

Politik | 2024-09-12 17:34:00
Gambar ledakan nuklir : pixabay

Beberapa dekade sebelum Perang Dingin berakhir, ketegangan di kawasan semenanjung Korea telah terjadi akibat ambisi nuklir Korea Utara yang semakin meningkatkan ancaman terhadap dunia.

Kala itu Korea masih dijajah oleh Jepang selama puluhan tahun dan puncaknya setelah 35 tahun berlangsung baru ada angin segar yang terjadi pada tanggal 15 Agustus 1945 Korea resmi terbebas dari penjajahan Jepang. Hal ini tidak berlangsung lama akibat terjadi konflik Perang Dingin dimana negara dengan paham kapitalis-liberalis dan sosialis-komunis.

Ini memicu pecahnya Korea menjadi dua bagian untuk pertama kali akibat klaim sepihak dari negara kapitalis Amerika Serikat atas wilayah dibagian selatan dan Uni Soviet mengklaim bagian utara yang saat ini jadi tempat Korea Utara. Klaim ini terjadi karena kedua negara tersebut adalah pemenang pada perang sebelumnya.

Pada 20 Juni 1950, Korea Selatan yang saat itu sedang melakukan perombakan personalia militer dan kesibukan pertanian untuk bahan makanan mengharuskan mereka untuk mengambil cuti sementara, juga pada tahuna tersebut sistem pertahanan dan senjata Korea Selatan belum sebaik masa saat ini hal itu lah yang mendasari Korea Utara yang didukung penuh oleh Uni Soviet melakukan penyerangan dengan melewati garis perbatasan 38 derajat lintang utara dengan strategi yang telah disusun secara teliti.

Perang ini dikenal dengan nama forgotten war. Dan berlangsung selama kurang lebih tiga tahun. pada tanggal 26 Juni, Dewan Keamanan PBB mengadakan rapat dimana hasilnya adalah melakukan penghentian serangan segera dan menarik mundur semua pasukan Korea Utara dari garis 38 derajat lintang utara. Perjanjian gencatan senjata ini di sepakati sejak 27 Juli 1953 dan tiap pasukan PBB dan Komunis memiliki persyatatan yang berbeda dalam kesepakatan tersebut.

Ketika Perang saudara Korea terjadi selama 1.129 hari dari periode 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953, 138.000 orang dari pihak tentara Korea Selatan tewas dan 450.000 orang lainnya mengalami luka-luka.

Walaupun diberikan sanksi ekonomi sejak tahun 1950, Korea Utara tetap melakukan ujicoba program nuklir hingga sekarang seperti :

Reaktor nuklir Yongbyon: Reaktor nuklir berbasis plutonium Korea Utara terletak di Pusat Penelitian Ilmiah Nuklir Yongbyon, sekitar 90 km di utara Pyongyang.

Reaktor penelitian IRT-2000 yang dipasok Soviet selesai dibangun pada tahun 1967.

Pembangunan reaktor pada tahun 1980: Korea Utara berhasil membangun reaktor yang dapat memproduksi plutonium tingkat senjata pada tahun 1980.

Uji coba nuklir bawah tanah: Korea Utara telah melakukan uji coba nuklir bawah tanah sebanyak 6 kali.

Kapal selam nuklir: Korea Utara memiliki kapal selam nuklir yang dinamai Pahlawan Kim Kun Ok.

Roket multiple yang memiliki hulu ledak nuklir dan konvensional

Memiliki 125 unit jenis kapal dengan persenjataan canggih dan disertai rudal jarak pendek hingga jauh yang dapat membawa bom nuklir.

Bahkan Korea Utara, di bawah kepimpinan Kim Jong-un, ia terus melanjutkan program nuklirnya meskipun telah banyak sanksi internasional. Saat berita pengujian rudal balistik yang mampu membawa hulu ledak nuklir menyebar, negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Rusia mulai bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk. Masyarakat dunia terbelah antara mendukung sanksi lebih keras atau berdiplomasi untuk menghindari konflik militer yang lebih luas.

Dan ketika Korea Utara melakukan uji coba misil yang sangat provokatif, maka Amerika Serikat akan merespon dengan mengerahkan armada mereka ke kawasan tersebut. Negara-negara di seluruh dunia bersiap untuk kemungkinan terburuk, dan media mencatat setiap pergerakan dengan ketegangan yang semakin meningkat. Dalam ketegangan yang memuncak, serangan cyber dari Korea Utara menyebabkan negara-negara bersiap untuk serangan balasan.

Selain Korea Utara menurut data militer ada 9 Negara memiliki kekuatan nuklir terbesar di dunia dengan total mencapai 12.121 senjata nuklir sebagai berikut :

Amerika Serikat pada tahun 1945 uji coba nuklir pertama kali, memiliki senjata Nuklir total ada 5.044, dan yang telah tersimpan 1.938 dan tersebar ke beberapa tempat 1.770 sisanya 1.336 sedang di nonaktifkan.

Russia pada tahun 1949 ujicoba nuklir pertama kali, total senjata nuklir 5.580, yang telah tersimpan 2.670 dan tersebar ke beberapa tempat 1.710 sisanya 1.200 sedang di nonaktifkan.

United Kingdom pada tahun 1952 ujicoba nuklir pertama kali, total senjata nuklir 225, yang tersebar ke beberapa tempat 120, yang telah tersimpan sekitar 105.

France pada tahun 1960 ujicoba nuklir pertama kali, total senjata nuklir 290, yang tersebar ke beberapa tempat 280, yang telah tersimpan 10.

China pada tahun 1964 ujicoba nuklir pertama kali, total senjata nuklir 500, yang tersebar ke beberapa tempat 24, yang telah tersimpan 476.

India pada tahun 1974 ujicoba nuklir pertama kali, total senjata nuklir 172, yang tersebar ke beberapa tempat 172.

Pakistan pada tahun 1998 ujicoba nuklir pertama kali, total senjata nuklir 170, yang telah tersimpan 170

Korea selatan pada tahun 2006 ujicoba nuklir pertama kali, total senjata nuklir 50, yang telah tersimpan 50

Israel total senjata nuklir ada 90

Melihat jumlah senjata yang dimiliki oleh Amerika Serikat dan Russia maka perang dunia ketiga akan sangat bisa terjadi sebab Korea Selatan memiliki hubungan yang kuat dengan Amerika Serikat melalui perjanjian kerjasama akibat dulu pernah perang saudara sesama pemimpin Korea, sejak saat itu Amerika Serikat berjanji untuk jadi sekutu bagi Korea Selatan ketika negaranya terancam hal ini dibuktikan dengan mengirim para tentara dan kapal perang untuk pencegahan terhadap kemungkinan perang terjadi.

Begitu juga dengan Korea Utara walaupun sejak terpisah dari Korea Selatan juga mencoba melakukan perjanjian kerjasama dengan China dan Russsia, hal ini setelah China berhasil menguji coba teknologi senjata nuklir mereka pada tahun 1964, tetapi respon dingin yang diberikan oleh pemerintah China, sehingga memaksa Korea Utara Kim II Sung mendekati Moskow (Russia) dan mengembangkan kapabilitas rudal balistik.

Alasan dibalik makin masifnya Korea Utara dalam pengembangan nuklir disebabkan oleh :

Demi keamanan negara Korea Utara senjata nuklir merupakan alat deterrence untuk melindungi dalam jangka panjang dari musuhnya seperti Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat.

Alat politisi tawar-menawar dalam dunia Internasional dengan adanya nuklir ini bisa dijadikan tekanan agar dapat terlibat dalam perdagangan global.

Ekonomi, senjata nuklir digunakan untuk pemerasan ke negara lain agar dapat memberi bantuan berupa makanan dan bahan bakar karena selama ini masih dikenakan sanksi keuangan Internasional.

Demi kesetaraan teknologi dari negara lain, Korea Utara percaya dengan adanya nuklir mereka dapat keuntungan sekaligus mewujudkan negara yang kuat dan makmur.

Oleh karena itu melihat statistik jumlah nuklir dan pengembangan yang terus terjadi dan bertambah banyak tiap tahun senjata nuklir menimbulkan kekhawatiran bagi setiap negara untuk juga memiliki senjata nuklir demi keamanan negaranya masing-masing. Akibatnya akan banyak mengalami penderitaan jika perang nuklir terjadi dan bukan tidak mungkin akan jadi pemusnah massal jutaan umat manusia di dunia, contoh bom nuklir yang pernah dijatuhkan oleh Amerika Serikat di Jepang lebih tepatnya di Prefektur Hiroshima dan Nagasaki.

Puluhan tahun berselang masih membekas di ingatan penduduk jepang yang kala itu sebenarnya sudah cukup maju dalam segi ekonomi dan pertahanan militer semua musnah hanya dalam hitungan hari ke hari. Awan tebal yang menyelimuti jepang saat itu terjadi awal dari pembalasan akibat perang terhadap sekutu Amerika Serikat. Hal ini akan lebih parah jika dua negara terbanyak memiliki nuklir ikut juga membantu sekutu mereka seperti Amerika Serikat – Korea Selatan dan Russia – Korea Utara. dan dampak nya bagi negara-negara tidak hanya di semenanjung Korea yaitu krisis kemanusiaan, ekonomi, ketahanan pangan yang melemah, kebijakan politik akan berubah dari yang awalnya mengutamakan kesejahteraan rakyat ke alokasi dana militer, hingga ke seluruh negara.

Solusi :

Membuat pelatihan mitigasi atas simulasi perang baik skala nasional maupun multiteral dengan negara lain.

Mempersiapkan kemungkinan terburuk dari perang nuklir dengan cara menyimpan stok pangan dan membatasi impor ke negara lain.

Membuat aturan yang mengikat bagi setiap negara pemilik senjata nuklir agar tidak sembarangan dalam penggunaannya.

Melakukan pemusnahan senjata nuklir terhadap pelanggaran jika terbukti digunakan bukan dalam antisipasi keamanan tapi niat menghancurkan.

Melakukan diversifikasi senjata baik jarak dekat dan jauh hal ini sebagai cara keamanan negara juga memberikan ancaman terhadap musuh.

Sumber :

repository.umy.ac.id

world.kbs.co.kr

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image