Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image vina nury

Investasi Sektor Hijau Resiko Tinggi

Bisnis | Wednesday, 24 Jul 2024, 23:53 WIB

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) ingin industri asuransi masuk ke sektor ekonomi hijau dan berkelanjutan. Hal ini disebabkan tingginya ketidakpastian dalam pengembangan sektor hijau.Arshad Rasjid,presiden Kamar Dagang dan Industri Indonesia,mengatakan Indonesia bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 31,89 persen pada tahun 2030 dan mencapai emisi net-zero pada tahun 2060 atau lebih cepat.Namun ,investasi di sektor ini menghadapi risiko ketidakpastian yang tinggi ketika mendukung transisi menuju perekonomian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Upaya transisi menuju perekonomian hijau dan berkelanjutan mempunyai risiko.Seperti Seluruh daerah di Kalimantan harus segera mempersiapkan transformasi ekonomi dengan memperkuat peran sektor potensial selain pertambangan.Penerapan inisiatif hijau untuk pembangunan berkelanjutan di Kalimantan memerlukan tindakan dan kerjasama yang nyata.Mempromosikan inisiatif ramah lingkungan untuk pembangunan ekonomi di Kalimantan diumumkan pada``Kalimantan Berkelanjutan melalui Aksi dan Kerjasama''yang diadakan pada hari Kamis(9Juli2023) di Banjarmasin, Kalimantan Selatan Hal ini diumumkan pada seminar internasional tentang``Maju Inisiatif Hijau''.

Wahyu Pratomo,Presiden dan CEO Bank Kalimantan Selatan ,Indonesia , mengatakan bahwa di lanskap Kalimantan yang subur, terdapat peluang besar untuk menjadikan keanekaragaman hayati sebagai model pembangunan berkelanjutan yang akan menginspirasi dunia .Namun,semua hal memerlukan upaya kolektif untuk mencegah deforestasi dan mendorong energi terbarukan .` `Inisiatif ramah lingkungan tidak hanya berarti melindungi lingkungan, namun juga melestarikan warisan yang kita tinggalkan.``Dengan berinvestasi pada praktik-praktik berkelanjutan, kita meningkatkan kesejahteraan Kalimantan , Indonesia,dan bumi.'

Anda berinvestasi pada keharmonisan.antara kedua negara,”kata Wahiyu. Kalimantan tidak bisa selalu mengandalkan sektor pertambangan untuk mendukung pembangunan,karena hasil pertambangan merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan dan pada akhirnya akan habis.Meskipun demikian, tidak dapat disangkal bahwa sektor energi merupakan sumber emisi gas rumah kaca terbesar.Selama satu dekade terakhir, penggunaan sumber daya yang tidak efisien dan perubahan iklim yang ekstrim telah menjadi masalah bagi dunia, dan banyak negara telah didorong untuk menyetujui Perjanjian Iklim Paris (2015).

Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29%pada tahun2030, atau sebesar41% dengan dukungan internasional.“Hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi Indonesia, khususnya Kalimantan, yang secara tradisional mengandalkan sektor pertambangan, khususnya batu bara, sebagai sumber pertumbuhan ekonomi.”Oleh karena itu, Kalimantan perlu segera mempersiapkan transformasi ekonomi dengan memperkuat peran sektor non tambang yang potensial ,ujarnya. Menurut Pak Wahyu, strategi pembangunan yang tepat untuk mewujudkan Kalimantan baru di masa depan adalah pendekatan ekonomi hijau.

Wahyu Pratomo,Presiden dan CEO Bank Kalimantan Selatan ,Indonesia , mengatakan bahwa di lanskap Kalimantan yang subur, terdapat peluang besar untuk menjadikan keanekaragaman hayati sebagai model pembangunan berkelanjutan yang akan menginspirasi dunia .Namun,semua hal memerlukan upaya kolektif untuk mencegah deforestasi dan mendorong energi terbarukan .` `Inisiatif ramah lingkungan tidak hanya berarti melindungi lingkungan, namun juga melestarikan warisan yang kita tinggalkan.``Dengan berinvestasi pada praktik-praktik berkelanjutan, kita meningkatkan kesejahteraan Kalimantan , Indonesia,dan bumi.'

Anda berinvestasi pada keharmonisan.antara kedua negara,”kata Wahiyu. Kalimantan tidak bisa selalu mengandalkan sektor pertambangan untuk mendukung pembangunan,karena hasil pertambangan merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan dan pada akhirnya akan habis.Meskipun demikian, tidak dapat disangkal bahwa sektor energi merupakan sumber emisi gas rumah kaca terbesar.Selama satu dekade terakhir, penggunaan sumber daya yang tidak efisien dan perubahan iklim yang ekstrim telah menjadi masalah bagi dunia, dan banyak negara telah didorong untuk menyetujui Perjanjian Iklim Paris (2015).

Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29%pada tahun2030, atau sebesar41% dengan dukungan internasional.“Hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi Indonesia, khususnya Kalimantan, yang secara tradisional mengandalkan sektor pertambangan, khususnya batu bara, sebagai sumber pertumbuhan ekonomi.”Oleh karena itu, Kalimantan perlu segera mempersiapkan transformasi ekonomi dengan memperkuat peran sektor non tambang yang potensial ,ujarnya. Menurut Pak Wahyu, strategi pembangunan yang tepat untuk mewujudkan Kalimantan baru di masa depan adalah pendekatan ekonomi hijau.

Pendekatan pembangunan ekonomi hijau berfokus pada penerapan pembangunan rendah karbon, mendorong efisiensi penggunaan energi dan sumber daya alam, memperkuat peran keuangan ramah lingkungan, dan mencegah hilangnya keanekaragaman hayati dan ekosistem.“Untuk mencapai ekonomi hijau, embrio keberadaannya harus terus kita dorong dalam bentuk inisiatif-inisiatif yang mengarah pada tujuan ekonomi hijau,” ujarnya.

Nama:Vina Nury Salsabila

Pakultas:Ekonomi Syari'ah

4B,Blokagung,Banyuwangi,Jawa timur.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image