Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aisyah Mufida

Implementasi Aliran Nativisme dalam Pendidikan Masa Kini

Pendidikan dan Literasi | Wednesday, 22 May 2024, 18:25 WIB
https://pin.it/2fHvd9V97

Nativisme adalah teori dalam psikologi perkembangan yang menyatakan bahwa beberapa kemampuan atau pengetahuan sudah ada dalam bentuk bawaan sejak lahir. Teori ini berakar pada pandangan bahwa manusia memiliki struktur kognitif tertentu yang memungkinkan mereka untuk menguasai berbagai kemampuan tanpa memerlukan pengalaman atau pembelajaran yang ekstensif (Margolis & Laurence, 2013).

Pelopor utama dari aliran nativisme adalah Noam Chomsky, seorang ahli linguistik yang memperkenalkan konsep "Language Acquisition Device" (LAD). Chomsky berargumen bahwa kemampuan bahasa adalah kemampuan bawaan yang dimiliki oleh semua manusia, memungkinkan anak-anak untuk mempelajari bahasa dengan cepat dan efisien tanpa membutuhkan instruksi formal yang intensif. Menurut Chomsky, anak-anak dilahirkan dengan kemampuan bawaan untuk mengenali dan mempelajari struktur bahasa, yang disebut dengan tata bahasa universal (Spelke, 1998). Teori ini menjadi dasar bagi banyak penelitian dalam bidang linguistik dan pendidikan bahasa, mengubah cara pandang tentang bagaimana anak-anak belajar berkomunikasi.

Dalam konteks pendidikan, nativisme memiliki implikasi yang signifikan terhadap metode dan pendekatan pengajaran. Pendidikan berbasis nativisme cenderung fokus pada pengembangan kemampuan bawaan anak dengan menyediakan lingkungan yang kaya akan stimulasi untuk mendukung potensi tersebut. Implementasi aliran nativisme dalam praktik pendidikan masa kini melibatkan berbagai metode dan pendekatan yang mengakui dan mendukung potensi bawaan anak.

1. Metode Montessori: Maria Montessori, pendiri metode ini, percaya bahwa anak memiliki potensi bawaan yang perlu dirangsang melalui lingkungan belajar yang terstruktur dan kaya akan stimulasi. Dalam metode Montessori, anak-anak diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan mereka sendiri, dengan bimbingan minimal dari guru. Pendekatan ini memungkinkan anak untuk mengembangkan kemampuan mereka sendiri dengan cara yang alami dan mandiri. Kegiatan dalam kelas Montessori dirancang untuk merangsang semua indra anak dan membantu mereka mengembangkan keterampilan motorik, kognitif, dan sosial (Naim & Widiyono, 2024).

2. Pembelajaran Bahasa Holistik: Dalam pendekatan ini, lingkungan yang kaya dengan interaksi verbal, permainan bahasa, dan cerita digunakan untuk mendukung kemampuan bawaan anak dalam mempelajari bahasa (Han, 2023). Guru menciptakan lingkungan yang mendukung dialog dan percakapan alami, memberikan banyak kesempatan bagi anak untuk mendengarkan dan menggunakan bahasa dalam konteks sehari-hari.

3. Penggunaan Teknologi dalam Pendidikan: Aplikasi pendidikan dan permainan edukatif dapat membantu merangsang kemampuan bawaan anak dalam berbagai bidang, termasuk logika, matematika, dan keterampilan berpikir kritis. Teknologi memungkinkan anak-anak untuk belajar dengan cara yang interaktif dan menyenangkan, yang dapat meningkatkan motivasi dan minat mereka dalam belajar (Rukmana et al, 2023). Misalnya, aplikasi pembelajaran bahasa seperti Duolingo atau permainan matematika seperti Prodigy memberikan platform yang memungkinkan anak-anak belajar dengan kecepatan mereka sendiri, sesuai dengan kemampuan bawaan mereka.

4. Pendekatan Berdasarkan Minat dan Bakat: Kurikulum yang dikembangkan dengan dasar nativisme berfokus pada pengenalan dan pengembangan potensi bawaan siswa (Rahmah et al, 2024). Guru mengidentifikasi minat dan bakat setiap siswa dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengeksplorasi dan mengembangkan kemampuan tersebut lebih lanjut.

5. Pendidikan Berbasis Penemuan (Discovery Learning): Dalam pendekatan ini, siswa didorong untuk belajar melalui penemuan dan eksplorasi mandiri. Guru berperan sebagai fasilitator yang menyediakan alat dan sumber daya yang diperlukan, sementara siswa melakukan eksperimen, mengajukan pertanyaan, dan menemukan jawaban mereka sendiri. Pendekatan ini menghargai rasa ingin tahu bawaan anak dan memberikan mereka kebebasan untuk belajar dengan cara yang paling sesuai dengan potensi alami mereka (Dari & Ahmad, 2020).

Implementasi aliran nativisme dalam praktik pendidikan masa kini mencakup berbagai pendekatan yang mendukung dan mengembangkan potensi bawaan anak. Dengan menggunakan metode seperti Montessori, pembelajaran bahasa holistik, teknologi pendidikan, pendekatan berdasarkan minat dan bakat, serta pendidikan berbasis penemuan, pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif dan mendukung perkembangan alami anak.

Referensi:

Spelke, E. S. (1998). Nativism, Empiricism, and the Origins of Knowledge. Infant Behavior & Development, 21(2); 181-200.

Margolis, E., & Laurence, S. (2013). In Defense of Nativism. Philosophical Studies. https://doi: 10.1007/s11098-012-9972-x

Naim, J., & Widiyono, A. (2024). Implementasi Metode Montessori dalam Meningkatkan Hasil Belajar PKn Kelas I SD Negeri 4 Dongos Kedung Jepara. IMEIJ, Vol 5, No 1; 1128-1137.

Han, Y. (2023). Autonomous L2 Learners Navigating the Digital Wilds: A Complexity Theory Perspective. World Call: Thailand.

Rukmana, A. Y., Supriandi, S., & Wirawan, R. (2023). Penggunaan Teknologi dalam Pendidikan: Analisis Literatur Mengenai Efektivitas dan Implementasi. Jurnal Pendidikan West Science, Vol 1, No. 7; 460-472.

Rahmah, A., Kardena, A., Irwandi, & Amiza, E. (2024). Students Reading Achievement Based on Their Intelligence Quotient (IQ): A Case Study. Educational Achievment, Vol 5, No 2; 262-267.

Dari, F. W., & Ahmad, S. (2020). Model Discovery Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SD. Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol 4, No 2; 1469-1479.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image