Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fadia Pramesti

Mengulas Kembali Inovasi Pelayanan Publik (KAMI SETARA: KAmpus Inklusif SEmua TAk BerjaRAk)

Eduaksi | Thursday, 13 Jan 2022, 01:48 WIB
Image source: psld.ub.ac.id

Penulis

Ketua: Fadia Pramesti (NPM 20200110200042)

Dosen Pengampu: Muhammad Khoirul Anwar, M. Si

Anggota: Ananda Fikriyah Hasan (NPM 20200110200035)

Anggota: Annissa Safitri Salsabilla (NPM 20200110200037)

Abstrak

Fakta membuktikan bahwa penyandang disabilitas telah lama terpinggirkan dari akses pendidikan yang merupakan aset penting dalam membentuk kapital manusia. Salah satu dampak dari banyaknya penyandang disabilitas yang tidak memperoleh akses terhadap pendidikan tinggi adalah rendahnya human capital penyandang disabilitas. Dalam rangka peningkatan pelayanan publik, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi kembali menyelenggarakan Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2021. Universitas Brawijaya melalui Pusat Studi dan Layanan Disabilitas mewakili Kemendikbudristek berhasil lolos TOP 99 KIPP Tahun 2021 dengan judul inovasi “KAMI SETARA (KAmpus Inklusif SEmua TAk BerjaRAk)”. Implementasi kebijakan pendidikan inklusif di perguruan tinggi diprakarsai sebagai jawaban atas terbatasnya sarana pendidikan luar biasa di tingkatan perguruan tinggi. Penulisan ini bertujuan untuk mengulas kembali inovasi pelayanan publik “KAMI SETARA” yang dihadirkan oleh Universitas Brawijaya dengan mengetahui tantangan dan strategi dalam mengoptimalkan pendidikan Inklusi di Perguruan Tinggi di Indonesia.

Kata Kunci: Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik, PERMENPAN RB, Universitas Brawijaya, Pendidikan Inklusi, Pelayanan Publik, Implementasi, Tantangan, Stategi.

PENDAHULUAN

Sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan publik, pemerintah telah melakukan berbagai langkah perbaikan pelayanan publik secara berkesinambungan demi terwujudnya pelayanan publik yang prima. Salah satu upaya perbaikan pelayanan publik adalah dengan melakukan inovasi pelayanan publik.

Pembangunan inovasi pelayanan publik dilakukan pada kementrian/lembaga dan Pemerintah Daerah secara kompetitif, adaptif, dan berkelanjutan. Sebagai bentuk motivasi agar kebijakan tersebut dapat dilaksanakan di tingkat pusat maupun daerah maka berdasarkan pada Peraturan Menteri PAN & RB Nomor 7 tahun 2021 menginisiasi kompetisi inovasi di lingkungan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, serta Badan Usaha Milik Negara/Daerah. Setiap tahun, sejak 2014 ditetapkan Top 99 Inovasi Pelayanan Publik melalui kompetisi sebagai apresiasi (reward) atas dilakukannya pembangunan dan pengembangan inovasi di Indonesia. Salah satunya adalah Universitas Brawijaya melalui Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) mewakili Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang turut serta dalam ajang perlombaan KIPP Tahun 2021 dengan memilih kategori Pendidikan yang garis besarnya adalah menginisiasikan inovasi pendidikan inklusif di Universitas Brawijaya bagi para penyandang disabilitas.

Kurang lebih 15 persen dari jumlah penduduk di dunia adalah penyandang disabilitas. Sekitar 82 persen dari penyandang disabilitas berada di negara-negara berkembang dan hidup di bawah garis kemiskinan dan sering kali menghadapi keterbatasan akses baik kesehatan, pendidikan dan pelatihan, serta mendapatkan pekerjaan yang layak. Berdasarkan data Kemenristekdikti tahun 2018, terdapat 4.504 perguruan tinggi di Indonesia yang terdiri dari perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta baik yang berada di bawah Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi maupun di bawah Kementerian atau Lembaga negara dengan sistem kedinasan. Berdasarkan data tersebut, terdapat 74 perguruan tinggi yang telah menerima mahasiswa disabilitas. Universitas Brawijaya Malang, merupakan salah satu perguruan tinggi penyelenggara sistem Pendidikan inklusif, yang pada tahun 2013 mendapatkan inclusive award dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pendidikan inklusif dalam perguruan tinggi di Indonesia tertuang dalam peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No. 46 Tahun 2014 mengenai Pendidikan Khusus. Permendikbud tersebut mengatur tentang konsep, tujuan, sarana prasarana, program belajar dan tenaga pendidik yang harus dipenuhi oleh perguruan tinggi yang akan menyelenggarakan pendidikan inklusif.

Pendidikan inklusif dalam lingkup perguruan tinggi diharapkan menjadi tempat dimana mahasiswa/i difabel (berkebutuhan khusus) dapat belajar, berpartisipasi dan dipandang sebagai individu yang berkualitas serta bernilai dalam universitas (Morgado et al., 2016). Sebagai wujud dari upaya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas, khususnya hak atas pendidikan seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa Universitas Brawjiya melalui Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) mewakili Kemendikbudristek berhasil lolos top 99 KIPP kategori kelompok umum yang diselenggarakan oleh Kementerian PANRB dengan program inovasi yang disebut dengan KAMI SETARA (KAmpus Inklusif SEmua TAk BerjaRAk).

Sebelum tahapan persentasi di hadapan TPI, Universitas Brawijaya telah terseleksi secara administrasi dan berhasil lolos top 99 proposal inovasi pelayanan publik tahun 2021. Melalui program inovasi tersebut, Universitas Brawijaya menghadirkan inovasi seperti layanan akademik serta mengembangkan berbagai macam bidang terapan dalam membantu mahasiswa/i penyandang disabilitas. Hadirnya KAMI SETARA diharapkan dapat memberikan respon dan pengaruh positif bagi teman-teman penyandang disabilitas yang ingin melanjutkan sekelolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (universitas) serta melalui inovai ini, penyandang disabilitas tidak hanya merasakan setara, melainkan juga berdaya. Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam artikel ini adalah bagaimanakah pelaksanaan inovasi pelayanan KAMI SETARA yang dihadirkan oleh Universitas Brawjaya? Tantangan apa yang dihadapi dalam menerapkan inovasi tersebut? Apa solusi yang paling efektif untuk pendidikan inklusif?

METODE

Design penelitian ini menggunakan metode literature review dengan pencarian sistematik pada database google scholar. Peneliti melakukan pencarian dengan meninjau istilah umum dan istilah khusus. Istilah pencarian yang dipakai adalah sebagai berikut: Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik, PERMENPAN RB, Universitas Brawijaya, Pendidikan Inklusi, Pelayanan Publik, Implementasi, Tantangan, Stategi.

Terdapat tiga jurnal yang lulus kriteria sebagai tinjauan literatur. Adapun kriteria jurnal yang dianalisa adalah 1. Penelitian tentang pendidikan inklusi di perguruan tinggi, 2. Subjek penelitian fokus pada mahasiswa Universitas Brawijaya, 3. Penelitian yang terpublikasi tahun 2015-2021. Identifikasi artikel dilakukan dengan mengecek kecocokan abstrak dengan tujuan telaah literatur. Kemudian full text artikel diidentifikasi dengan menggali informasi yang relevan sesuai tujuan penelitian sistematik review.

Pemilihan literatur juga melalui proses penyeleksian setting penelitian, berdasarkan kriteria dan seluruh proses yang telah dijelaskan sebelumnya penelitian ini memilih tiga literatur untuk diulas. Penelitian ini menghasilkan pembahasan mengenai ulasan tentang pelaksanaan atau penerapan inovasi pelayanan publik “KAMI SETARA” di Unversitas Brawijaya, serta tantangan dan strategi pengoptimalan pendidikan inklusi perguruan tinggi di Indonesia.

HASIL

Dari pembahasan yang sudah dianlisa, maka dapat diketahui bahwa implementasi pendidikan inklusif di Universitas Brawijaya menunjukkan dampak yang signifikan terutama di masa pandemi seperti, hadirnya juru bahasa isyarat dan note taker dalam kelas online maupun kegiatan kampus lainnya, hal ini disebabkan oleh adanya perubahan mode pembelajaran dari luring menjadi daring. Hadirnya pelatihan disability awareness online (partisipatif dengan role model) serta dikembangkannya layanan akademik seperti layanan pendampingan akademik di kelas, layanan konseling khusus untuk para disabilitas, layanan tutorial serta layanan aksesibilitas digital serta aplikasi pendukung seperti aplikasi enablink dan aplikasi layanan bahasa isyarat, dinilai mampu membantu mahasiswa/i penyandang disabilitas di Universitas Brawijaya dalam mendukung proses pembelajaran.

Hal ini dapat dilihat dari jumlah mahasiswa disabilitas saat ini yang terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Brawijaya yaitu sebanyak 172 mahasiswa. Universitas Brawijaya juga telah meluluskan 69 sarjana disabilitas dengan rata – rata IPK 3.2 dan telah bekerja sebagai ASN, BUMN, industri, maupun wirausaha. Terdapat sekitar 42 % prodi yang ada di Universitas Brawijaya siap menerima mahasiswa disabilitas, hal ini yang akhirnya mendorong terciptanya kultur dan lingkungan inklusif dikampus. Selain itu, setiap tahunnya terdapat sekitar 25 judul penelitian yang mengangkat isu disabilitas diajukan di Universitas Brawijaya, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan inklusif di UB telah memberikan respon / pengaruh positif bagi teman-teman penyandang disabilitas.

Dari ulasan yang telah dibahas, diketahui pula bahwa hadirnya pendidikan inklusif di Universitas Brawijaya juga telah menghasilkan beragam capaian dari mahasiswa maupun alumni baik yang berkontribusi di dalam maupun luar negeri seperti di Amerika dan Jepang. Prestasi tersebut diantaranya adalah keikutsertaan mahasiswa sebagai atlet Paralympic, pertukaran pelajar ke University of Nebraska, USA, 2018, meraih Gold Medal, International Innovation Design and Articulation, 2018 dan Duskin Leadership Training 2020.

PEMBAHASAN

A. Inovasi Pelayanan Publik: KAMI SETARA

Sebagai upaya percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik sekaligus memberikan penghargaan bagi penyelenggara pelayanan publik, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi kembali menyelenggarakan Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tahun 2021. Dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi serta untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Brawijaya melalui Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) ikut berpartisipasi dalam KIPP Tahun 2021 sebagai Kelompok Umum. Dari 10 kategori yang ada, Universitas Brawijaya memilih kategori Pendidikan. Proposal yang diajukan pada KIPP Tahun 2021 berjudul “KAMI SETARA (KAmpus Inklusif SEmua TAk BerjaRAk).

Universitas Brawijaya telah melaksanakan pendidikan inklusif sejak tahun ajaran 2012/2013. Di mana hal tersebut dipertegas melalui SK Rektor Universitas Brawijaya Nomor 135/SK/2012 tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Personalia Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya, sebagai dasar hukum utama bagi mahasiswa penyandang disabilitas dalam memperoleh pendidikan inklusif di Universitas Brawijaya. Pelaksanaan seleksi masuk jalur mandiri untuk mahasiswa disabilitas di Universitas Brawijaya diatur dalam Peraturan Rektor Nomor 33 Tahun 2019 tentang Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru Melalui Seleksi Program Khusus Penyandang Disabilitas Tahun Akademik 2019/2020.

Dalam rangka perluasan akses dan peningkatan dalam pelayanan publik di masyarakat, Universitas Brawijaya tidak hanya meningkatkan layanan pada masyarakat yang tidak mampu (daerah 3T) saja, melainkan juga meningkatkan layanan pada penyandang disabilitas. Saat ini, terdapat kurang dari 1 persen penyandang disabilitas yang lulus S1. Oleh karena itu, Universitas Brawijaya berusaha melakukan suatu inovasi yaitu kampus inklusif yang disebut semua tidak berjarak atau KAMI SETARA. Inovasi ini dilakukan oleh Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) dimana saat ini telah menjadi rujukan nasional maupun internasional dalam mengimplementasikan tri darma perguruan tinggi dalam bidang pendidikan.

Urgensi pelaksanaan pendidikan inklusif di Universitas Brawijaya yaitu minimnya perguruan tinggi bagi penyandang disabilitas di Indonesia yakni hanya 11 dari 4.500 Perguruan Tinggi (PT) yang menerima penyandang disabilitas. Melalui pendidikan inklusif, maka hak penyandang disabilitas atas pendidikan akan terpenuhi. Inovasi yang di hadirkan UB di dalam kompetisi inovasi pelayanan publik yaitu berupa layanan-layanan akademik di antaranya adalah layanan pendampingan akademik di kelas, layanan konseling khusus untuk para disabilitas, layanan tutorial serta layanan aksesibilitas digital.

Sesuai dengan kriteria KIPP yakni memiliki kebaharuan, inovasi pendidikan inklusif di Universitas Brawijaya hadir dalam bentuk pembaharuan mode pembelajaran dari luring menjadi daring yakni tersedianya juru bahasa isyarat dan note taker bagi mahasiswa/i penyandang disabilitas baik di dalam kelas online maupun kegiatan kampus lain seperti wisuda dan dies natalis. Selain layanan akademik, Universitas Brawijaya melalui PSLD UB juga menginisiasi dan mengembangkan berbagai bidang terapan untuk membantu mahasiswa penyandang disabilitas, misalnya dengan meluncurkan aplikasi enablink, aplikasi layanan bahasa isyarat, dan lainnya. Dibidang penelitian telah banyak juga dihasilkan karya-karya untuk menunjang pendidikan disabilitas. Sedangkan, dibidang pengabdian masyarakat banyak dikembangkan kerja sama dengan lembaga-lembaga sub-bidang baik yang bersifat lokal maupun internasional.

Sejak tahun ajaran 2012/2013 hingga saat ini UB telah meluluskan kurang lebih 69 sarjana disabilitas dengan rata-rata IPK 3.2 dan telah bekerja sebagai ASN, BUMN, industri, maupun wirausaha. Sebanyak 172 mahasiswa penyandang disabilitas kini terdaftar sebagai mahasiswa aktif di UB yang artinya UB siap menerima mahasiswa penyandang disabilitas setiap tahunnya melalui jalur mandiri yang diberi nama Seleksi Penerimaan Khusus Penyandang Disabilitas (SPKPD).

Capaian prestasi yang diukir oleh mahasiswa dan alumni telah banyak memberikan penghagaan baik di dalam maupun luar negeri seperti di Amerika dan Jepang. Prestasi tersebut diantaranya adalah keikutsertaan mahasiswa sebagai atlet Paralympic, pertukaran pelajar ke University of Nebraska, USA, 2018, meraih Gold Medal, International Innovation Design and Articulation, 2018 dan Duskin Leadership Training 2020.

Jika menilik lebih dalam, PSLD UB juga melakukan kerja sama dengan berbagai sektor untuk mengkampanyekan kebijakan dan layanan yang pendidikan inklusif di antaranya yaitu Universitas, Rumah Sakit, Pengadilan Agama, Perguruan Tinggi, Sekolah, dan lain sebagainya. Hal diatas sesuai dengan kriteria KIPP yakni, inovasi tersebut harus dapat ditranfer atau direplika. Sedangkan untuk strategi keberlanjutan dalam mengembangkan inovasi KAMI SETARA, Universitas Brawijaya membuka penerimaan penyandang disabilitas sebagai pegawai UB. Selain itu, tersedianya pendidikan dan pelatihan dosen serta tenaga didik dibidang disabilitas, komitmen penyediaan anggaran, serta kerjasama UB dengan pihak luar baik dalam maupun luar negeri terus dikembangkan oleh UB untuk keberlanjutan program inovasi tersebut. Harapannya melalui program inovasi ini dapat memberikan pengaruh positif terhadap teman-teman penyandang disabilitas yang ingin melanjutkan sekolah ke jenjang perguruan tinggi dan menguatkan isu inklusifitas pada semua lingkup dan sektor. Dengan demikian, melalui program inovasi ini penyandang disabilitas tidak hanya merasakan setara, melainkan juga berdaya.

B. Tantangan yang dihadapi dalam Proses Pembuatan Inovasi Pelayanan Publik: KAMI SETARA

1. Culture yang belum menyadari akan pentingnya pemenuhan hak penyandang disabilitas

Masih adanya masyarakat di lingkungan kampus yang menganggap mahasiswa difabel adalah seseorang yang perlu dikasihani dan merepotkan merupakan salah satu tantangan di dalam melaksanakan pendidikan inklusi di kampus. Mahasiswa difabel sering juga mendapatkan dosen yang kesulitan dalam mengajar mahasiswa difabel. Selain itu, tidak jarang kita temukan mahasiswa non-difabel yang masih menjaga jarak dengan menunjukan isyarat gerak tubuh untuk tidak mau berkomunikasi dengan mahasiswa difabel.

Seseorang dengan kebutuhan khusus dianggap sebagai anak yang bermasalah, jadi individu ini dianggap tidak mampu belajar, tidak seperti orang lain, membutuhkan dosen dan lingkungan yang spesial. Pandangan seperti inilah yang mempengaruhi kinerja semua komponen perkuliahan dan menumbuhkan rasa putus asa untuk mengembangkan pendidikan inklusi.

Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan paradigma baru tentang bagaimana penyandang disabilitas bisa diterima dimasyarakat umum tanpa adanya diskriminasi. Paradigma baru tersebut adalah dengan model sosial dan model inklusif. Model sosial berfokus pada mengikutsertakan komunitas untuk bekerjasama dengan penyandang disabilitas. Sedangkan model inklusif berfokus menempatkan penyandang disabilitas sebagai pusat pengambilan keputusan dalam kehidupan sosial.

2. Manajemen pembelajaran dan tenaga pendidik yang berkompeten

Sebelum mencanangkan program pendidikan inklusif, Universitas Brawijaya dengan pihak kampus yang berwenang bersama PSLD UB mengadakan diskusi terkait manjemen kurikulum yang akan diterapkan di kelas mahasiswa disabilitas serta penempatan tenaga pendidik yang kompeten guna menunjang proses pembelajaran mahasiswa disabilitas. Hal ini disebabkan karena dalam membuka peluang untuk mahasiswa difabel disuatu universitas bukan hal yang mudah. Suatu universitas harus menyiapkan infrastruktur yang mendukung seperti adanya komputer screen reader untuk gangguan penglihatan, komputer khusus untuk tuna rungu dan harus adanya dosen yang memiliki kompetensi dalam mengajar mahasiswa difabel.

Keberadaan pendidikan inklusif memberikan tantangan baru bagi dosen, terutama dalam hal mengubah cara mengajar secara signifikan dan mengubah kurikum yang disesuaikan untuk memenuhi semua kebutuhan mahasiswa, baik mahasiswa difabel maupun non-difabel.

Selain itu, kampus juga harus memiliki tenaga ahli khusus dalam penerapannya seperti menyediakan dosen, tenaga pendidikan dan para relawan khusus yang mampu memenuhi kebutuhan para mahasiswa difabel. Pembelajaran di kampus inklusi juga memerlukan perubahan atau konversi kurikulum yang dapat diperoleh mahasiswa difabel sesuai dengan prinsip pendiikan inklusi. Oleh karena itu, Universitas Brawijaya mengadakan pelatihan pembelajaran inklusif bagi dosen dan pelatihan layanan inklusif bagi tenaga pendidik.

3. Kesediaan Fasilitas Kampus

Sebelum mengadakan pendidikan inklusif di kampus, tentunya Universitas Brawijaya sudah mempertimbangkan matang-matang mengenai pemenuhan saran dan prasana yang ramah difabel guna menunjang proses pembelajaran. Perguruan tinggi memiliki tanggung jawab untuk menyediakan layanan serta fasilitas yang memadai kepada semua mahasiswa baik mahasiswa penyandang disabilitas, non-disabilitas, staff, serta dosen dikampus. Akses fasilitas yang difokuskan yakni tempat parkir, pintu, lift, ramp, jalur pedetrian, rambu, toilet, wastafel dan jalan pemandu.

Kebutuhan mahasiswa disabilitas tidak terbatas pada fasilitas penunjang diluar kampus, melainkan juga membutuhkan ruang kelas yang mudah diakses. Untuk memfasilitasi siswa tunanetra, tata ruang kelas harus diatur, termasuk penataan furnitur, papan kelas, pintu, laci dan alat perkakas di dalam kelas. Untuk saat ini UB sudah menyediakan fasilitas sarana prasarana ramah difabel di kampus seperti mobil khusus, aplikasi penghubung EnabLink, layanan aksesbilitas, dan lain sebainya.

C. Strategi Pengoptimalan Inovasi Pelayanan Publik: KAMI SETARA

1. Relawan pusat layanan difabel perguruan tinggi

Untuk mendukung program inovasi KAMI SETARA, Universitas Brawijaya melakukan kerja sama dengan relawan pusat layanan difabel perguruan tinggi (PT). Secara garis besar tugas relawan dibagi menjadi dua, yaitu tugas rutin dan tugas insidentil. Tugas rutin adalah pendampingan belajar atau noteker saat perkuliahan. Sedangkan tugas insidentil adalah tugas relawan yang tidak wajib seperti mendampingi mahasiswa difabel dalam kegiatan pusat layanan disabilitas.

Relawan juga dapat bertindak sebagai layanan konseling sebaya bagi mahasiswa difabel. Mereka juga dapat berfungsi sebagai pendampingan belajar. Khusus pendampingan belajar biasanya dilakukan oleh teman yang mengambil mata kuliah yang sama dengan mahasiwa difabel tersebut.

Saat ini, Universitas Brawijaya juga sudah menyiapkan layanan pendamping yang bekerjasama dengan kakak kelas/tingkat. Kakak tingkat ini sudah diseleksi dan dilatih untuk membantu teman-teman disabilitas di dalam proses pembelajaran.

2. Pendampingan komunitas difabel

Strategi kedua dalam mengoptimalkan pelaksanaan inovasi KAMI SETARA dapat dilakukan melalui program pendampingan komunitas difabel yang merupakan program pendampingan untuk mempersiapkan siswa disabilitas atau siswa yang berada di SLB mendapakan kesempatan untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Minimnya informasi mengenai seleksi masuk bagi siswa disabiltas mengakibatkan rendahnya semangat atau ketertarikan siswa itu sendiri untuk melanjutkan sekolah ke tingkat perguruan tinggi.

Proses pendampingan terjadi dalam tiga tahap, yang pertama adalah tahap assesment yaitu menelaah kebutuhan penyandang disabilitas, kedua adalah proses pemberdayaan dimana panitia dan peserta mengikuti sosialisasi, workshop dan monitoring sesuai modul yang ditetapkan, kemudian tahap terakhir adalah proses evaluasi.

3. Layanan perpustakaan difabel corner

Strategi ketiga yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan layanan KAMI SETARA yakni dengan menghadirkan perpustakaan difabel corner. Difabel corner sendiri merupakan unit layanan yang disediakan khusus bagi pemustaka difabel atau pemustaka yang berkebutuhan khusus. Terdapat tiga layanan dalam program tersebut yang pertama adalah koleksi adaptif yaitu koleksi buku populer, referensi kuliah baik dalam bentuk Braille, Soft file, Elektronik Book dan audio book. Layanan kedua adalah teknologi pendukung seperti scan dan komputer dengan aplikasi JAWS yaitu screen reader untuk tunanetra. Layanan ketiga adalah bantuan personal dari relawan pusat difabel. Bentuk kegiatannya dapat berupa reading assistance dan pendampingan diwilayah perpustakaan. Kehadiran layanan perpusatakan yang ramah difabel akan menunjang mobilitas belajar mahasiswa difabel lebih baik karena mudah mengakses sumber belajar yaitu perpustakaan.

KESIMPULAN

Inovasi kebijakan di Indonesia memasuki lingkup baru dengan penerapan kompetisi Inovasi Pelayanan Publik yang wajib diikuti oleh setiap instansi pemerintah baik dalam lingkup Kementerian/Lembaga maupun Pemerintah Daerah (Peraturan Menteri PAN & RB Nomor 7 Tahun 2021). Kompetisi ini berhasil mendorong produktifitas inovasi pelayanan publik yang lebih efektif, baik, cepat, adil, sederhana, murah dan mudah direplikasi. Salah satunya adalah Universitas Brawijaya melalui PSLD dengan mewakili Kemendikbudristek berhasil lolos kedalam top 99 pemenang ajang perlombaan KIPP Tahun 2021 dalam kategori umum. Universitas Brawijaya menginisiasikan inovasi yang disebut dengan KAMI SETARA (KAmpus Inklusif SEmua TAk BerjaRAk).

Layanan inovasi yang diciptakan oleh UB diantaranya berupa layanan pendampingan akademik di kelas, layanan konseling khusus untuk para disabilitas, layanan tutorial serta layanan aksesibilitas digital. Selain itu, dikembangkan pula aplikasi terapan seperti aplikasi enablink dan aplikasi layanan bahasa isyarat guna memudahkan mahasiswa penyandang disabilitas dalam proses pembelajaran.

Dalam pelaksanaanya, terdapat beberapa tantangan yang di hadapi oleh UB di dalam pembuatan program inovasi KAMI SETARA, diantaranya adalah culture yang belum menyadari akan pemenuhan hak penyandang disabilitas, manajemen pembelajaran dan penempatan tenaga didik yang berkompeten dan aksebilitas fasilitas kampus menjadi tantangan bagi UB di dalam mengusung inovasi layanan KAMI SETARA.

Tantangan tersebut hendaknya bukan membuat semangat menjadi surut tetapi sebaliknya justru menjadi pemicu untuk terus berjuang dan berusaha merealisasikan niat baik tersebut. Oleh karena itu, untuk menghadapi hal tesebut maka diperlukan strategi-strategi yang dianggap efektif atau ideal dalam mengoptimalkan layanan KAMI SETARA di UB diantaranya adalah melakukan kerja sama dengan relawan pusat layanan difabel perguruan tinggi, menghadirkan pendampingan komunitas difabel dan membangun layanan perpustakan difabel corner.

DAFTAR PUSTAKA

Michael, D. (2020). Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Bagi Penyandang Disabilitas di Universitas Brawijaya (Private Education for People with Disabilities in Brawijaya University). JURNAL HAM Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020, 201-2017.

Muhibbin, M. A. (2021). Tantangan dan Strategi Pendidikan Inklusi di Perguruan Tinggi di Indonesia: Literatur Review. Jurnal Pendidikan Inklusi Volume 4 Nomor 2 Tahun 2021, 92-102.

Nasta'in, K. (2021, Juli 2). Inovasi Layanan KAMI SETARA Berhasil Lolos Top 99 KIPP Kementrian PANRB, Wakili Kemendikbudristek. Retrieved Januari 5, 2022, from PSLD Universitas Brawijaya: https://psld.ub.ac.id/in/inovasi-layanan-kami-setara-top-99-kipp/

Pendidikan Inklusif di Perguruan Tinggi: Antara Peluang Dan Tantangan. (2015). Jurnal Islamika, Volume 15 Nomor 2 Tahun 2015, 163-172.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image