Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Membaca Kualitas Iman Lewat Jejak Langkah

Agama | Sunday, 21 Jan 2024, 13:10 WIB
Sumber foto: HALLORIAU.COM

Keimanan merupakan hal mendasar dalam ajaran agama Islam. Menurut Al-Ajurri sebagaimana dikutip Syaikh Abdurrazzaq al-Badr, iman adalah pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan. Ketiga hal tersebut harus terpenuhi agar seseorang disebut beriman. Hanya keyakinan dalam hati tanpa diikuti perkataan dan perbuatan tidaklah cukup.

Pernyataan Al-Ajurri ini didukung oleh banyak dalil, di antaranya firman Allah dalam Al-Quran: "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (Al-Hujurat: 15). Ayat ini menjelaskan ciri-ciri orang beriman, yaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak ragu, dan berjuang di jalan Allah.

Rasulullah bersabda: "Iman itu ada tujuh puluh lebih cabang, cabang iman yang paling utama adalah mengucapkan Laa Ilaaha Illallah, dan cabang iman yang paling rendah adalah menyingkirkan benda yang membahayakan dari jalan." (HR. Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa iman bukan hanya ucapan, tapi juga perbuatan.

Dari dalil-dalil tersebut, jelaslah bahwa iman yang benar adalah iman yang diwujudkan dalam bentuk perkataan dan perbuatan, bukan sekadar keyakinan dalam hati. Lalu, bagaimana hakikat iman itu?

Iman adalah keyakinan yang tertanam kuat dalam hati tentang keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad. Keyakinan ini mendorong seorang mukmin untuk mengikrarkan syahadat, menegakkan syariat Islam dalam kehidupannya, dan beramal saleh demi mendapat keridhaan Allah.

Iman yang benar akan melahirkan sikap dan perilaku positif. Seorang mukmin yang beriman akan memiliki karakter antara lain:

1. Ikhlas dalam beribadah hanya karena Allah.

2. Jujur dan amanah dalam setiap perkataan dan perbuatan.

3. Sabar dan tawakal menghadapi ujian hidup.

4. Rendah hati dan tidak sombong.

5. Pemurah dan suka menolong sesama.

6. Adil terhadap diri sendiri dan orang lain.

7. Menjaga kehormatan dan martabat sesama muslim.

8. Mencintai kebaikan untuk semua makhluk Allah.

9. Menjauhi perbuatan dosa dan maksiat.

10. Menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak sesama makhluk.

Karakter tersebut tentu saja akan berpengaruh positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Seorang mukmin dengan keimanan yang benar akan menjadi rahmat bagi semesta alam. Ia akan mendatangkan kebaikan bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk orang lain.

Beberapa contoh pengaruh positif keimanan seseorang terhadap masyarakat di antaranya:

1. Menjaga keharmonisan dengan tetangga dan kerabat. Sikap rendah hati, adil, dan pemaaf akan menciptakan hubungan baik dalam masyarakat.

2. Menolong fakir miskin dan anak yatim. Sifat pemurah dan dermawan akan membantu meringankan penderitaan orang lain.

3. Melestarikan lingkungan. Kesadaran akan tanggung jawab sebagai khalifah di bumi mendorong pelestarian alam.

4. Memberantas korupsi. Sikap amanah dan kejujuran mencegah penyelewengan jabatan demi kepentingan pribadi.

5. Meningkatkan kualitas pendidikan. Semangat mencintai ilmu dan mengamalkannya akan berdampak pada generasi berkualitas.

Itulah beberapa contoh positif keimanan seseorang terhadap lingkungannya. Semakin banyak masyarakat yang beriman, maka akan semakin dirasakan manfaatnya oleh banyak orang.

`Keimanan adalah hal mendasar dalam Islam yang berpengaruh besar pada kehidupan. Bukan sekadar angan-angan dalam hati, iman harus diwujudkan dalam perkataan dan perbuatan nyata yang mendatangkan kebaikan. Marilah kita perbaiki keimanan kita, dan berlomba dalam kebaikan untuk mendapatkan keridhaan Allah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image