Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Sahabat Bisa Bawa Berkah atau Petaka: Pelajaran Al-Quran dalam Memilih Teman Hidup

Agama | Saturday, 20 Jan 2024, 18:04 WIB
Dokumen pribadi

Dalam kehidupan sosial kita di dunia, memilih teman adalah hal yang sangat penting. Teman yang baik dapat menguatkan iman dan membawa kepada kebaikan, sedangkan teman yang buruk dapat menjerumuskan kepada kesesatan. Oleh karena itu, Al-Quran telah mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam memilih teman.

Salah satu ayat yang secara jelas menyinggung masalah ini adalah QS Ali Imran [3]: 73. Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya agar tidak mempercayai siapa pun kecuali orang yang menganut agama yang sama. Allah berfirman, "Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu."

Mengapa Allah begitu tegas dalam memperingatkan kita soal ini? Karena memang berteman dengan orang yang berbeda keyakinan dapat membahayakan iman seseorang. Apalagi jika teman tersebut aktif menyebarkan paham atau ideologinya yang bertentangan dengan iman kita. Lambat laun, iman dan keyakinan kita bisa terkikis dan goyah.

Oleh karena itu, Nabi Muhammad sangat berhati-hati dalam memilih sahabat dan teman dekat beliau. Nabi hanya berteman akrab dengan orang-orang mukmin sejati yang teguh imannya. Beliau menjauhi orang-orang munafik yang hanya berpura-pura beriman agar mendapat keuntungan materi dari umat Islam.

Tentu saja kita tidak boleh memutuskan hubungan sama sekali dengan orang yang berbeda agama. Kita masih diperintahkan untuk berdakwah kepada mereka dan menjalin hubungan baik dalam pergaulan sosial kemasyarakatan. Namun kita harus hati-hati untuk tidak terlalu dekat dan terbuka dengan mereka, apalagi sampai mempercayai ideologi atau pandangan mereka yang dapat merusak akidah kita.

Sebagai umat Islam di tengah masyarakat majemuk, kita harus bijaksana dalam pergaulan. Sikap arif dan toleran tetap harus dijaga, namun tanpa mengabaikan kewaspadaan dalam menjaga akidah dan iman kita. Kita perlu membangun relasi dan silaturahmi yang baik dengan semua golongan, tetapi tetap memilih teman dekat dan sahabat karib yang sama-sama komitmen dalam menjalankan ajaran agama yang benar.

Selain berhati-hati dalam memilih teman, ayat ini juga mengingatkan agar kita hanya bergantung kepada petunjuk Allah, bukan kepada manusia. Petunjuk yang benar hanya datang dari Allah. Manusia dengan segala keterbatasannya tidak dapat dijadikan sumber petunjuk utama, apalagi jika petunjuk itu bertentangan dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Kita boleh belajar dari manusia lain, tetapi harus dengan kriteria yang ketat. Guru kita haruslah orang yang benar-benar menjalankan ajaran agama dengan baik, bukan sekadar pengetahuan luas tetapi akhlaknya buruk. Lebih baik kita mengikuti orang yang kurang ilmu tetapi benar-benar istiqamah menjalankan perintah Allah, dibandingkan mengikuti orang alim yang tidak mencontohkan ilmunya dalam akhlak dan perbuatan.

Ayat ini juga menegaskan bahwa karunia Allah diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Tidak ada seorang pun yang dapat menjamin bahwa dirinya pasti mendapat karunia yang sama dengan orang lain, apalagi merasa lebih baik dan berhak mendapatkannya. Semua karunia sepenuhnya datang dari Allah, Dia yang menentukan kepada siapa karunia itu diberikan.

Dengan demikian, kita tidak boleh dengki dan iri hati jika melihat orang lain mendapat karunia, seperti ilmu pengetahuan, kekayaan, jabatan, atau hal-hal duniawi lainnya. Sebaliknya, jika kita belum mendapatkan sebuah karunia, kita tidak boleh berputus asa atau merasa hina. Kita harus tetap berusaha dan berdoa memohon karunia tersebut kepada Allah swt. Karena Dia Maha Pemberi karunia yang luas.

Itulah sekilas tafsir dan pelajaran dari QS Ali Imran [3]: 73 tentang berhati-hati dalam memilih teman, hanya bergantung kepada petunjuk Allah, dan menyadari bahwa karunia sepenuhnya datang dari Allah semata. Dengan menerapkan pesan-pesan mulia ini dalam kehidupan sosial kita sehari-hari, kita akan terjaga dari pengaruh negatif dan senantiasa istiqamah dalam beragama. Semoga kita menjadi umat yang saling nasihat-menasihati dalam kebaikan dan takwa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image