Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Najwa Nurul Kamila

Mengenal Lebih Dekat: Jenis-jenis Perilaku Seksual Remaja

Eduaksi | Saturday, 30 Dec 2023, 20:38 WIB

Sexual behaviour atau perilaku seksual menurut Humas UGM adalah suatu perilaku seksual yang muncul karena adanya keinginan kepada lawan jenis (Rohmadini et al., 2020). Perilaku seksual pada remaja yang belum menikah meliputi hal-hal seperti berpegangan tangan, berpelukan, ciuman ringan dan berat, hingga berhubungan intim. Para remaja biasanya melakukan hubungan berpacaran untuk melakukan kegiatan perilaku seksual agar terpenuhinya kebutuhan biologis. Perilaku seksual pada remaja biasanya sudah mulai terjadi pada sekolah tingkat atas atau SMA namun penelitian juga mengatakan bahwa adanya kemungkinan perilaku seksual yang terjadi pada sekolah tingkat Tengah atau SMP. Wah! Bahaya banget gak sih?.

ilustrasi dari Photo by Andy Kuzma: https://www.pexels.com/photo/group-photo-of-students-2883153/

Banyak sekali fenomena perilaku seksual yang kita temukan di khalayak luas atau mungkin saja pernah kita lakukan dengan pasangan kita. Dilihat dari non verbal, perilaku seksual meliputi kejadian-kejadian seperti berpelukan ataupun berpegangan tangan. Di SMP sendiri, presentase terjadinya perilaku seksual cukup bervariasi. Ditemukan bahwa penelitian di SMP Kabupaten Bandung sebanyak 30% sudah mulai berpelukan lawan jenis, bahkan 10% dari populasinya sudah memulai hubungan intim. Hal tersebut merupakan hal-hal yang tidak semestinya terjadi pada anak-anak yang belum cukup umur khususnya kategori SMP. Dikategori SMK presentase perilaku seksual yang cukup intens seperti ciuman bibir mencapai 43,9% Sedangkan bagi kategori SMA khususnya di Pontianak, perilaku seksual yang sama mencapai presentase 56,9%. Parahnya, pada masa tersebut sudah ada yang mulai untuk melakukan hubungan seksual ataupun meraba-raba alat kelamin lawan jenis.

Perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja saat berpacaran dengan lawan jenis ini sering dikenal sebagai perilaku seksual pranikah (Yulianto, 2020). Dari banyaknya aktivitas perilaku seksual, fenomena ini bisa terbagi menjadi beberapa jenis dan beberapa mungkin ada yang belum pernah teman-teman ketahui lho.

Berikut termasuk jenis-jenis perilaku seksual yang bisa terjadi pada remaja.

1. Touching

Perilaku seksual touching pastinya mengarah pada aktivitas sentuhan lawan jenis. Nah, biasanya perilaku seksual jenis ini biasa dilakukan pada remaja yang baru mulai berpacaran. Contoh perilaku seksual touching seperti saat suatu pasangan sedang mengitari jalanan kota , biasanya perempuan memeluk tubuh lelakinya jika mereka pergi menggunakan motor. Adapun perilaku seksual toucing lain seperti berpegangan tangan. Mungkin teman-teman tidak menyadari bahwa berpengangan tangan termasuk kedalam perilaku seksual. Namun hal itu benar adanya karena seseorang mungkin ingin menunjukkan rasa cintanya dengan cara tersebut.

2. Kissing

Teman-teman mungkin sudah familiar dengan perilaku seksual jenis ini. Aktivitas ciuman biasa dilakukan seseorang untuk menunjukkan rasa cintanya kepada pasangannya. Tidak sedikit remaja yang mengatakan bahwa kissing atau ciuman merupakan hal yang wajar. Sebuah tulisan mengatakan para remaja mengira bahwa ciuman tidak terlalu beresiko karena tidak menimbulkan hal-hal serius seperti kehamilan (Febrida, 2019). Namun, pada kategori remaja semestinya aktivitas ini harus dibatasi untuk mencegah munculnya gairah menuju pada hubungan intim yang semestinya dilakukan pada suami istri.

3. Necking

Necking merupakan rangsangan di sekitar leher ke bawah. Necking dapat berupa ciuman di sekitar leher serta pelukan secara mendalam untuk menimbulkan gairah. Necking pada istilah zaman sekarang lebih akrab dikenal dengan istilah cupang. Necking tidak diukur secara lebih serius karena perilaku seksual ini paling sedikit dilakukan remaja (Yulianto, 2020). Biasanya seseorang melakukan hal tersebut untuk memuaskan kebutuhan seksualnya. Namun, tidak dapat di pungkiri bahwa Necking pada remaja cukup beresiko karena dapat menimbulkan jejak bekas kemerahan di leher sehingga orang sekitar dapat memandang sesuatu yang negatif. Hati-hati ya remaja Gen Z.

4. Petting

Petting dalam perilaku seksual berarti meraba area-area yang sensitif. Melansir dari Orami, Petting sendiri terbagi menjadi 2 tipe antara lain light dan heavy (Orami Author, 2023). Light petting adalah sebuah rangsangan yang merujuk pada bagian dekat leher ataupun sekitarnya sedangkan heavy petting adalah perilaku seksual yang lebih mendalam dan biasanya menuju pada bagian-bagian yang erotis. Bagian tubuh yang biasa diraba biasanya mulai dari bagian atas hingga bagian bawah yang menuju pada alat kelamin. Terlihat bahwa petting sangat lumrah pada pasangan suami istri namun hati-hati aktivitas ini bisa saja terjadi pada remaja.

5. Intercourse

Intercourse berarti suatu aktivitas dimana kedua alat kelamin manusia mulai menyentuh dan terhubung. Istilah umum dari intercourse yang sering dipahami adalah berhubungan seks. Kasus seks pada usia remaja sudah sangat umum terjadi pada zaman sekarang. Tentu saja hal itu sangat merugikan bagi diri mereka dan masa depannya belum lagi orang tua mereka yang harus menanggung cuitan-cuitan tetangga yang ada-ada saja. Lebih parahnya lagi jumlah seks pada remaja sudah mulai meningkat dari tahun ke tahun lho.

Kebayang bukan bagaimana jenis-jenis perilaku seksual terjadi pada remaja?. Untuk itu agar perilaku seksual tidak melewati batas remaja adanya edukasi dan bimbingan dari orang tua sangat berpengaruh pagi pola pikir anak-anaknya. Menurut (Yulianto) Tingkatan komunikasi antara ibu dan anak dalam pembicaraan seksualitas harusnya dinaikkan agar mereka tidak terjerumus kedalam lingkaran negatif yang justru menimbulkan dampak buruk bagi masa depan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image