Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Abigail Hannah

Depresi sebagai Pemicu Kenakalan Remaja

Eduaksi | Wednesday, 27 Dec 2023, 12:45 WIB
Sumber Foto Berasal Dari Shutterstock.com

Dalam kehidupan remaja yang penuh tantangan, depresi dapat menjadi pemicu yang mengarah pada perilaku kenakalan. Remaja seringkali dihadapkan pada tantangan emosional yang dapat memicu perilaku kenakalan. Salah satu pemicu utama yang perlu dipahami dan ditangani secara efektif adalah depresi. Depresi merupakan masalah kesehatan mental yang dapat berdampak serius pada remaja, tidak hanya dari segi emosional, tetapi juga dalam hal perilaku. Menurut Beck & Alford (2009) Depresi merupakan suatu kondisi kesehatan mental yang complex, yang secara khas dicirikan oleh adanya ketidaknormalan dalam pengalaman emosional, proses kognitif, dan pola perilaku seseorang. Sedangkan definisi kenakalan remaja menurut Albert Bandura (1986) seorang psikolog sosial, mencetuskan teori pembelajaran sosial yang menekankan peran penting objek dan pengaruh lingkungan dalam pembentukan perilaku. (Sri Lestari, 2009) menekankan kenakalan remaja dan ia menyoroti bagaimana paparan terhadap perilaku menyimpang dapat memengaruhi remaja. Hal ini mencakup sejumlah aspek yang melibatkan perubahan dalam cara individu merasakan, memproses informasi, dan berinteraksi dengan dunia sekitarnya serta menjadikannya suatu gangguan psikologis yang melibatkan emosional, mental, dan perilaku. Fenomena ini sering kali menjadi pemicu kenakalan remaja, seperti penyalahgunaan zat, pergaulan bebas, atau Tindakan criminal. Oleh karena itu, sangat penting bagi kits untuk memahami depresi sebagai salah satu faktor pemicu dan mencari cara untuk mencegah serta memberikan dukungan yang diperlukan kepada para remaja yang mengalami kondisi ini.

Sumber Foto Berasal Dari Shutterstock.com

Deperesi pada remaja dapat muncul sebagai respons terhadap berbagai tekanan dan stress yang mereka hadapi. Beberapa faktor yang dapat memicu depresi antara lain tekanan akademis, konflik dalam hubungan personal, tekanan teman sebaya, dan perubahan fisik dan hormonal yang terjadi selama masa remaja. Gejala depresi pada remaja meliputi perubahan suasana hati, penurunan minat pada aktivitas yang digemari, perubahan pola tidur, dan menurunnya energi. Depresi dapat memicu kenakalan remaja mellalui berbagai mekanisme. Beberapa remaja mungkin mencoba mengatasi rasa sakit dan Keputusan yang mereka rasakan dengan mencari pelarian dalam perilaku yang beresiko, seperti penyalahgunaan alcohol dan obat-obatan terlarang. Lainnya mungkin mencari kepuasan segera melalui pergaulan bebas atau Tindakan kenakalan lainnya sebagai cara untuk melupakan masalah yang sedang mereka hadapi. Pencegahan kenakalan remaja perlu dimulai dengan pemahaman edukasi mendalam tentang depresi. Sekolah dan keluarga dapat berperan penting dalam memberi edukasi tentang kesehatan mental. Program-program sekolah yang mendukung kesehatan mental, seperti konseling dan dukungan emosional, dapat membantu remaja mengatasi stress dan tekanan hidup. Selain itu, peran orang tua juga sangat besar dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental anak. Komunikasi terbuka, dukungan emosional, dan pemahaman terhadap oerubahan yang dialami oleh remaja dapat mmembantu mencegah depresi dan kenakalan remaja. Remaja yang depresi membutuhkan dukungan maksimal dari lingkungan sekitarnya seperti dukungan emosional, pemahaman, serta bantuan professional jika dibutuhkan. Orang tua, teman, dan guru perlu terlibat aktif dalam mendengarkan dan memberikan dukungan kepada remaja yang mengalami depresi.

Sumber Foto Berasal Dari Shutterstock.com

Kesimpulannya, perlu diakui bahwa depresi memiliki potensi sebagai pemicu perilaku kenakalan pada remaja, dan kompleksitas masalah ini menuntut perhatian dan tindakan bersama. Untuk mengatasi dampak serius depresi pada remaja, dibutuhkan pemahaman mendalam tentang kondisi tersebut, upaya pencegahan yang terfokus, serta dukungan yang memadai. Dengan cara ini, kita dapat bersama-sama membantu remaja mengatasi tantangan yang dihadapi dan membimbing mereka menuju pembangunan masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, mendukung upaya-upaya yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pencegahan terhadap depresi di kalangan remaja menjadi suatu hal yang sangat penting. Serta, Seorang anak remaja yang mengalami depresi mungkin rentan terpengaruh oleh kenakalan remaja sebagai mekanisme koping yang tidak sehat. Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi beban emosional dapat memicu perilaku kenakalan, seperti penggunaan zat-zat terlarang, pergaulan yang merugikan, atau tindakan impulsif lainnya. Depresi dapat menjadi pemicu yang merumitkan tantangan kehidupan remaja, menyebabkan mereka mencari cara yang tidak sehat untuk menghadapi rasa sakit atau ketidaknyamanan yang mereka rasakan. Oleh karena itu, penting untuk memberikan dukungan dan pemahaman kepada remaja yang mengalami depresi, agar mereka dapat menemukan cara yang lebih positif dan efektif untuk mengatasi masalah emosional mereka.

Sumber Foto Berasal Dari Shutterstock.com

Daftar Pustaka

Sri Lestari. (2009). PEMBENTUKAN KARAKTER PADA ANAK: MODEL MEKANISME SANKSI DIRI DARI ALBERT BANDURA SEBAGAI REGULASI PERILAKU MORAL. BULETIN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA VOLUME 17, NO. 1, 2009: 48 – 56, 17.

Beck, A. T., & Alford, B. A. (2009). Depression: Causes and Treatment (2nd ed.). University of Pennsylvania Press. http://www.jstor.org/stable/j.ctt6wr94x

Beck, A., & Alford, B. 2009. The Definition of Depression. In Depression: Causes and Treatment (pp. 3-11). Philadelphia: University of Pennsylvania Press. Retrieved from http://www.jstor.org/stable/j.ctt6wr94x.4

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image