Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Azhari Mushlihuddin

Mata Air Bening Ketenangan Jiwa Karya: DR. Asep Achmad Hidayat

Agama | Tuesday, 26 Dec 2023, 03:01 WIB
Gambar Buku Mata Air Bening Ketenangan Jiwa (Sumber:https://images.app.goo.gl/HkVJaUDckGDXTcC39)

Apa itu Tasawuf

Dalam Tasawuf sering kali disalahpahami, terutama ketika merujuk pada orientalis yang cenderung tidak tepat dalam menjelaskan hakikat sejati Tasawuf. Kesalahan umum adalah mengaitkan definisi Tasawuf dengan kata "shuf," yang mengacu pada pakaian berbahan bulu domba yang digunakan oleh beberapa ahli Tasawuf pada masa lalu, meskipun tidak semua mengenakannya. Pendekatan semacam ini dianggap tidak akurat dalam mencapai pemahaman yang benar tentang Tasawuf.

Dalam kitab "Tahdzib Al-Asrar fi Ushul At-Tashawwuf," tercatat 45 definisi mengenai Tasawuf, termasuk salah satunya dari Dzun Nun Al-Mishri yang mengartikan Tasawuf sebagai "hal yang menutupi dan menyimpan amal yang dapat menyebabkan riya." Pembahasan tentang Tasawuf tidak dapat dilepaskan dari konsep-konsep seperti maqamat, ahwal, dan tarekat yang saling terkait. Maqamat merujuk pada kedudukan seorang hamba di mata Allah, yang dicapai melalui usaha dan bersifat permanen, seperti riyad, shalat, dan mujahadah. Di sisi lain, ahwal menggambarkan keadaan ruhani seseorang yang bersih dan suci, yang tidak dicapai melalui usaha, melainkan bersifat sementara dan tergantung pada status seseorang.

Thariqah

Thariqah, sebagai konsep yang signifikan dalam bidang tasawuf, dapat disimpulkan sebagai suatu metode atau cara. Sebagai panduan spiritual, pernyataan "Dan jika mereka terus berpegang teguh pada jalan itu (agama Islam), maka sesungguhnya Kami akan memberikan mereka rezeki yang berlimpah" mencerminkan betapa pentingnya mengikuti thariqah. Dalam ranah tasawuf, thariqah dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu thariqah Al-'amm yang melibatkan penerapan semua ajaran Allah SWT, dan thariqah Al-Khashsh yang merupakan pendekatan khusus yang dikembangkan oleh para wali Allah dan memiliki hubungan sanad atau silsilah dengan Nabi Muhammad SAW.

Terapi tasawuf

Terapi Tasawuf menghadapi sejumlah tantangan dalam kehidupan nyata dan daring, termasuk masalah fisik dan psikis seperti stres, kekhawatiran, dan kecemasan. Dalam konteks tasawuf, permasalahan ini dianggap sebagai gejala dari penyakit qalbu (hati) yang muncul akibat perbuatan maksiat atau dosa. Kaum sufi meyakini bahwa jiwa yang terkontaminasi oleh sifat-sifat tercela dan dosa, baik secara fisik maupun batin, menjadi penghalang bagi cahaya ilahi untuk masuk. Akibatnya, dominasi cahaya duniawi memunculkan rasa keresahan, kecemasan, kekhawatiran, dan berbagai ketakutan.

Pendekatan Tazkiyah An-nafs (Penyucian Jiwa) muncul sebagai metode yang dapat diterapkan, terdiri dari tiga tingkatan. Tahap pertama, Takhalli, menekankan pada pembersihan dan pengosongan diri dari perilaku tercela. Tahap kedua, Tahalli, melibatkan pengisian diri dengan perbuatan terpuji. Terakhir, tingkatan ketiga, Tajalli, menandai penampakan pancaran cahaya ilahi dalam hati seseorang.

Secara keseluruhan, Islam, melalui pendekatan tasawuf, memberikan berbagai tips dan cara untuk mengatasi gangguan jiwa serta tekanan mental dalam era digital ini. Pemahaman lebih lanjut akan mengeksplorasi berbagai tariqat dan jalan bagi mereka yang berminat menjalani terapi terhadap berbagai masalah dunia.

1. Langkah Pertama Dalam Perjalanan Keikhlasan

Dalam perjalanan keikhlasan adalah kesungguhan dalam bekerja. Sederhananya, istilah "ikhlas" dapat dijelaskan sebagai "murni," seperti yang terdapat dalam peribahasa "dzahabun khalishun" (emas murni). Dalam konteks ini, "murni" berarti melakukan suatu tindakan dengan satu-satunya harapan mendapatkan ridha Allah SWT. Meskipun konsep ikhlas terdengar mudah, konsistensinya sulit dipertahankan karena melibatkan pekerjaan hati yang bersifat abstrak dan tidak terlihat secara langsung. Meski ikhlas bisa dirasakan dalam satu momen, bayangan riya' bisa muncul kemudian, menghapuskan keikhlasan dari hati manusia. Oleh karena itu, untuk menjaga keikhlasan, manusia perlu melatihnya, sebagaimana diungkapkan oleh Utsman Al-Maghribi bahwa ikhlas berarti melupakan pandangan atau opini manusia.

Menurut Dzun Nun Al-Mishri, keikhlasan hanya dapat sepenuhnya terlihat dengan menerapkannya sepenuh hati dan bersabar untuk mencapainya. Dia juga mengidentifikasi tiga indikator keikhlasan, yaitu ketika seseorang menganggap pujian dan kritikan sama nilainya, tidak menyadari ketika sedang melakukan perbuatan baik, dan lupa akan haknya untuk mendapatkan pahala di akhirat karena amal baiknya.

Sebagai lawan dari ikhlas, riya' seringkali muncul tiba-tiba dan merusak tindakan baik. Untuk mengatasi penyakit riya' dan membentuk keikhlasan dalam hati, diperlukan dua jenis latihan spiritual, yaitu latihan batin dan lahiriyah. Latihan batin mencakup kegiatan seperti berdzikir kepada Allah, membaca Al-Qur'an, dan qiyam al-lail. Sementara itu, latihan lahiriyah melibatkan usaha untuk membantu banyak orang tanpa pamrih, bersedekah tanpa riya', dan tindakan serupa. Sebagaimana diungkapkan, "Jika seorang hamba benar-benar ikhlas, maka gelombang godaan dan kemunafikan akan berhenti."

2. Langkah kedua Hendaklah Bersikap Zuhud

Mengedepankan sikap zuhud merupakan suatu keharusan. Secara etimologis, istilah "zuhud" berasal dari Bahasa Arab yang mengandung arti menjauhi sesuatu karena dianggap rendah nilainya. Dalam perspektif syariat, zuhud diartikan sebagai perilaku mengambil hanya sebatas kebutuhan dari hal-hal yang halal dan diyakini kehalalannya. Zuhud terhadap dunia tercermin dalam ketidakterikatan berlebihan terhadap kenikmatan duniawi, dengan keyakinan bahwa kehidupan ini sementara dan tidak abadi. Kesadaran akan keterbatasan dunia, yang pada akhirnya akan kembali menjadi tanah tandus, mendorong seseorang untuk hanya menganggap dunia sebagai bekal untuk kehidupan setelah mati, sebagaimana seseorang yang mempersiapkan bekal untuk perjalanan.

Penting untuk diingat bahwa zuhud tidak berarti meninggalkan dunia sepenuhnya, karena kita berada di dunia ini untuk mengumpulkan bekal menuju akhirat. Inti dari zuhud adalah tidak menjadikan dunia sebagai fokus utama perhatian dan pemikiran. Dominasi hati dan pikiran seharusnya diberikan kepada kehadiran Allah SWT. Melebih-lebihkan cinta terhadap dunia dikecam, karena cinta sejati hanya patut diberikan kepada Allah SWT. Sebaliknya, orang yang menerapkan zuhud adalah mereka yang mendapatkan kasih sayang Allah SWT. Zuhud membawa harapan bahwa dengan mengamalkannya, ketenangan dapat lebih mudah dicapai, sesuai dengan ajaran Islam yang menegaskan bahwa kesucian hati dan ketaatan kepada Allah membawa kebahagiaan dan ketenangan.

3. Langkah Ketiga Biasakan Membaca Al-Qur’an Dengan Khusyuk

Dianjurkan untuk membiasakan diri membaca Al-Quran dengan penuh khusyuk. Menghadapi perasaan gundah, gelisah, risau, dan khawatir dapat menjadi lebih mudah dengan merenungkan keagungan Al-Qur'an. Dalam kehidupan sehari-hari yang dipenuhi tekanan, Al-Qur'an dianggap sebagai obat yang diberikan kepada setiap Muslim yang mencari ketenangan. Diyakini bahwa Al-Qur'an bukan hanya sebagai anugerah, melainkan juga sebagai penawar untuk membersihkan hati dari berbagai penyakit yang timbul akibat perbuatan maksiat.

Perspektif sufi menyoroti bahwa kotoran-kotoran hati dapat disucikan melalui membaca Al-Qur'an, disertai dengan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya. Al-Qur'an dianggap sebagai sumber cahaya rohaniah yang mampu menumbuhkan rasa takut dan cinta kepada Allah SWT. Keberadaan cahaya rohaniah tersebut diyakini dapat menciptakan ketenangan dan keamanan dalam hati, karena yakin bahwa Allah selalu menyertai setiap langkah. Sebaliknya, absennya bacaan Al-Qur'an dalam hati dapat memicu perasaan cemas, takut, dan kekhawatiran terhadap masa depan seseorang.

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS. Fathir: 29-30)

4. Langkah Keempat Perbanyaklah Mohon Ampun Kepada Tuhan.

Perbanyaklah memohon ampun kepada Tuhan, karena manusia menjalani kehidupan dengan berbagai peran dan aktivitas yang tak terhindarkan dari dosa dan kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak. Dari dosa tersebut, timbul perasaan cemas, khawatir, dan takut. Ketika dihadapkan pada kecemasan dan keresahan, disarankan untuk sering melakukan istighfar, yaitu memohon ampun kepada Allah SWT, baik atas dosa yang disadari maupun yang tidak. Tindakan ini sebaiknya dilakukan tanpa menunda-nunda, mengingat waktu terus berubah dan kematian bisa datang tanpa pemberitahuan.

Al-Ghazali mendorong praktik beristighfar dengan dua alasan utama. Pertama, beristighfar membawa taufiq, yaitu keberhasilan yang diidamkan oleh setiap muslim, sehingga menjalankan ibadah kepada Allah menjadi lebih mudah. Kedua, istighfar diperlukan agar ibadah yang dilakukan memiliki kualitas dan nilai yang diterima oleh Allah SWT.

Dalam kitabnya, Aziz bin Farhan Al-Anazi menyajikan lima keutamaan dari bacaan istighfar. Pertama, sebagai bentuk pujian Allah SWT kepada hamba-Nya. Kedua, mencerminkan konsistensi atau keistiqomahan Nabi dalam melaksanakannya. Ketiga, merupakan syiar para Nabi dan Rasul Allah SWT. Keempat, menjadi fondasi dan semangat ibadah serta penghambaan kepada Tuhan yang Maha Esa. Kelima, mengandung banyak manfaat yang terkadang tidak diketahui oleh seorang hamba.

Tidak hanya itu, keutamaan beristighfar juga mencakup penghapusan dosa dan kesalahan, perlindungan dari azab, nikmat baik di dunia maupun akhirat, datangnya hujan, kelapangan harta dan keturunan, penghilangan kegelisahan dan kesusahan, mendatangkan rezeki, serta menjadikan seseorang yang rajin beristighfar sebagai orang yang dosanya ringan.

5. Langkah Kelima Kerjakan Shalat Tahajud Setiap Malam

Melakukan Shalat Tahajud setiap malam dapat menjadi suatu hal yang mudah dilakukan jika telah menjadi bagian dari kebiasaan sehari-hari, sebagaimana diwariskan oleh para tokoh shalih. Dalam pandangan kelompok sufi, Shalat Tahajud bukan hanya sebuah rutinitas ritual, tetapi merupakan senjata batin yang memungkinkan mereka untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Para ulama sufi menjelaskan bahwa Tahajud adalah waktu di mana kebanyakan orang tertidur nyenyak, tetapi orang-orang yang berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan tetap terjaga. Bagi mereka, malam tidak hanya sebagai waktu istirahat, melainkan sebagai peluang untuk menjalin hubungan batiniah dengan Sang Pencipta dan berbuat baik untuk-Nya.

Bagi mereka yang menginginkan ketenangan dan kedamaian dalam hidup, disarankan untuk mencapainya dengan bangkit di tengah malam saat sebagian besar orang sedang terlelap dan melupakan Tuhannya. Selanjutnya, isi hati dan pikiran dengan pelaksanaan Shalat Tahajud yang penuh dengan rasa khusyuk. Dengan tekad yang kuat, diyakinkan bahwa melalui pelaksanaan Tahajud yang khusyuk, akan tercapai samudra ketenangan dan kedamaian yang diidamkan.

6. Langkah Keenam Kosongkan Perut Dengan Shaum

Kosongkan perut dengan shaum, sebuah ibadah puasa yang selain mengandung nilai-nilai keagamaan, juga membawa berbagai manfaat kesehatan. Dr. Shahid Athar, dalam artikel berjudul "Medical Aspects of Islamic Fasting," menguraikan dengan baik lima keuntungan kesehatan yang terkait:

1. Ibadah puasa tidak hanya menyediakan alternatif aman terhadap malnutrisi atau kekurangan kalori dibandingkan dengan diet konvensional, tetapi juga menjadi pilihan cerdas untuk program penurunan berat badan.

2. Puasa tidak hanya berfungsi sebagai wadah untuk melatih kendali diri, terutama saat menghadapi godaan makanan selama bulan suci.

3. Menjadikan puasa sebagai momen bebas batasan diet khusus, memungkinkan kebebasan menikmati berbagai hidangan saat sahur dan berbuka, dengan tetap memperhatikan batas-batas kesehatan.

4. Pelaksanaan shalat tarawih setelah berbuka bukan hanya mendukung metabolisme makanan, tetapi juga melibatkan pembakaran kalori untuk penurunan berat badan yang efektif.

5. Ibadah puasa membentuk kedisiplinan diri melalui keteraturan dan konsistensi, membawa manfaat tidak hanya bagi kesehatan fisik tetapi juga kesehatan mental sebagai bentuk terapi jiwa.

Puasa tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental, dianggap sebagai sesi terapi jiwa. Konsistensi dalam menjalani ibadah puasa menjadi cara untuk mengelola dan meredakan stres dengan lebih baik.

Puasa terbukti dapat meredam hawa nafsu, membatasi godaan setan melalui lapar, menjauhkan diri dari larangan, dan terlibat dalam jihad an-nafs yang diberkati oleh Allah SWT. Dalam konteks tasawuf, ibadah puasa dianggap sebagai sarana tazkiyat An-Nafs atau pembersihan diri dari sifat-sifat tercela dan perilaku maksiat. Melalui puasa, kecenderungan negatif dan jiwa seseorang dapat dikuasai, menjadikan emosi sebagai motor tindakan yang dapat dikendalikan dan diredakan melalui ketaatan pada ibadah ini.

7. Langkah Ketujuh Perbanyaklah Dzikir Setiap Waktu

Perbanyaklah mengingat Allah pada setiap kesempatan. Keistimewaan berzikir sangat nyata ketika kita menyadari bahwa aktivitas ini tidak dibatasi oleh waktu seperti shalat wajib. Seorang hamba tidak hanya diwajibkan untuk berzikir pada waktu-waktu tertentu, melainkan juga dianjurkan melakukannya kapan pun, baik sebagai kewajiban maupun sebagai sunnah. Zikir yang terus-menerus mengalir dalam hati seseorang, tidak terpengaruh oleh kondisi apa pun. Allah, dalam pujian-Nya, menekankan keutamaan hamba-Nya yang senantiasa berzikir, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an (Ali Imran: 191).

Keunikan lain dari berzikir terletak pada dampak luar biasa yang dimilikinya terhadap jiwa dan spiritual seseorang, mencakup seluruh aspek kehidupan. Mereka yang rajin berzikir akan merasakan ketenangan dalam hati dan kedamaian dalam jiwa.

Percayalah! Dengan menghidupkan zikir, kegelisahan, ketakutan, kecemasan, kegundahan, dan gelombang kekhawatiran dapat menguap. Bahkan, berzikir mampu memberikan bantuan dalam mengurangi beban berat dari berbagai permasalahan hidup. Dengan senantiasa mengingat Allah, hati seseorang akan merasakan ketentraman yang mendalam.

8. Langkah Kedelapan Duduklah Bersama Orang-Orang Sholeh

Duduklah bersama mereka yang taat agama agar mendapati ketenangan batin, kedamaian jiwa, dan ketentraman hati, lakukanlah secara teratur kegiatan bersama individu yang saleh dan ulama yang berkomitmen pada praktik ilmu. Terlibat dalam lingkungan semacam itu akan membawa kita ke dalam suasana yang erat dengan Allah, juga memberikan sejumlah nasehat, panduan, dan dorongan semangat untuk memperkaya perjalanan ibadah kita.

9. Langkah Kesembilan Hilangkan Diri Dari Lilitan Utang

Beban utang bukan hanya menciptakan ketidaknyamanan finansial, tetapi juga memicu perasaan cemas, khawatir, dan kegelisahan. Ketegangan pikiran ini dapat membuka pintu untuk perilaku negatif dan dosa, seperti kemarahan berlebihan, kehilangan konsentrasi, kecenderungan berdusta, bahkan pemikiran tragis untuk mengakhiri hidup.

Oleh karena itu, penting untuk menghindari diri dari jeratan utang. Penting juga untuk mengingatkan diri akan anjuran Nabi yang menegaskan bahwa meninggal dunia sambil masih memiliki utang dapat menimbulkan kesulitan di kehidupan setelah mati. Dalam menghadapi tanggung jawab finansial, tindakan yang bijak adalah membayar utang dengan tekun, sehingga beban tersebut tidak lagi meracuni pikiran dan mengganggu kesejahteraan jiwa. Menciptakan kebebasan finansial adalah langkah konkret menuju ketenangan batin.

10. Langkah Kesepuluh Jauhkan Diri Dari Praktik Riba

Menjauhlah dari praktik riba. Riba, dalam bahasa umum, mencerminkan tambahan atau surplus. Tetapi, dalam konteks syariah, riba memiliki konsep yang lebih kompleks, yaitu pembayaran utang yang melebihi pokok pinjaman yang harus dikembalikan oleh peminjam. Kelebihan ini dianggap sebagai imbalan atas penundaan waktu dan, jika dibiarkan, dapat terus meningkat seiring berjalannya waktu.

Dalam perspektif tasawuf, tindakan riba dianggap sebagai sumber kegelisahan jiwa, ketidaktenangan batin, kekhawatiran hati, dan penyempitan akal. Proses menghilangkan dampak negatif riba dimulai dengan bertaubat dengan tulus dan memperindah diri dengan melakukan perbuatan baik, seperti berbagi dengan bijaksana, kedermawanan tanpa pamrih, dan tindakan altruistik lainnya. Fakta bahwa riba diharamkan juga ditegaskan dalam berbagai dalil, diantaranya:

Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan riba, yang memberi makannya, juru tulisnya, dan dua saksinya, dan beliau bersabda,”Mereka adalah sama.” (Hr Muslim).

11. Langkah Kesebelas Mari Kita Bersabar

Mari kita bersiap untuk menempuh perjalanan ini dengan penuh kesabaran. Dalam konteks sufi, kesabaran bukanlah sekadar kata-kata, melainkan suatu maqam atau tingkatan yang harus dijalani dalam perjalanan rohaniah menuju Allah. Kesabaran, yang umumnya diartikan sebagai ketabahan dan ketekunan, menjadi fondasi bagi mereka yang menghendaki pencapaian spiritual dan kesempurnaan.

Mereka yang mengikuti jalan menuju Allah dan kesempurnaan diwajibkan tidak hanya memiliki kesabaran, tetapi kesabaran yang luar biasa. Mencari Allah bukanlah tugas yang mudah; itu memerlukan tekad, pengorbanan, dan konsistensi. Allah sendiri menjanjikan ganjaran bagi mereka yang bersabar dan tekun dalam pencarian-Nya.

Kesabaran bukan hanya sebuah sifat, melainkan juga merupakan pintu menuju ketenangan dan jalan menuju kebahagiaan yang membawa pada akhir yang indah. Ini adalah panggilan untuk bersabar, bukan hanya karena menghadapi situasi sulit, tetapi karena kesabaran merupakan kunci untuk membuka pintu menuju keberadaan yang dipenuhi dengan berkah dan kedamaian.

12. Langkah Kedua Belas Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Ketika kamu telah menentukan tekad, bersandarlah sepenuhnya pada Allah. Tawakal, yang mencerminkan kepercayaan penuh pada Allah SWT, adalah dasar dari kepercayaan jiwa yang tulus dan tidak terbatas. Dalam praktik tawakal, setiap aktivitas dan perjalanan hidup dianggap sebagai bagian dari rencana-Nya yang sempurna.

Penerapan tawakal memberikan hasil manis yang memuaskan. Jiwa seseorang menjadi tempat ketenangan karena harapannya selalu terfokus pada Allah. Hati yang sepenuhnya tunduk pada-Nya mengalami ketenangan, dan setiap tindakan dilandasi oleh keyakinan akan takdir yang telah ditentukan oleh Allah. Dengan tawakal, segala kegelisahan menghilang, karena setiap masalah dipegang erat oleh kepercayaan pada Allah SWT.

Bagi yang mengaku sebagai mukmin, tawakal bukan hanya sekadar kata-kata, melainkan suatu tindakan nyata. Mereka mempercayakan segala urusan, baik yang besar maupun kecil, kepada Allah. Meskipun menganggap malapetaka, derita, musibah, dan bencana sebagai bagian dari rencana Allah, namun mereka ingat bahwa tawakal harus disertai dengan upaya nyata. Inilah kuncinya: tawakal yang diiringi oleh usaha sungguh-sungguh.

13. Langkah Ketiga Belas Syukuri Apa Yang Telah Dimiliki

Bersyukur atas apa yang telah diperoleh memiliki efek positif yang luar biasa pada keadaan emosional seseorang. Kemampuan untuk mengenali berkah besar yang diberikan oleh Tuhan tidak hanya memberikan kenyamanan pada hati, tetapi juga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang mendalam. Ketika seseorang sepenuhnya menyadari anugerah yang diberikan, hati dipenuhi dengan rasa syukur. Keadaan emosional yang dipenuhi dengan rasa syukur membuat suasana hati menjadi sejuk, tenang, dan penuh dengan kebahagiaan yang tak tergantikan. Ini mencerminkan sejauh mana Tuhan melimpahkan karunia kepada hamba-Nya yang bersyukur. Sebaliknya, ketidakberlanjutan rasa syukur dapat menyebabkan hati menjadi gelisah dan terbebani oleh ketidakpuasan. Jiwa dan pikiran dapat terbelenggu oleh ambisi yang tidak terkendali, dengan dampak negatif pada kesejahteraan batin. Oleh karena itu, hidup dengan penuh rasa syukur dianggap sebagai kunci untuk menciptakan kebahagiaan yang sejati.

14. Langkah Keempat Belas Jangan Putus Asa, Rahmat Allah itu Luas

Jangan putus asa, karena kasih sayang Allah sangat melimpah. Meratapi atau merasa putus asa tidaklah bijaksana bagi seorang yang beriman. Perasaan putus asa lebih tepat disematkan pada mereka yang kekurangan iman. Bagi seorang yang beriman, mencari ketenangan jiwa adalah kunci utama dalam menjalani kehidupan.

Penting untuk tidak terjebak dalam kenangan kelam masa lalu atau terombang-ambing dalam ketidakpastian yang telah berlalu. Sebaliknya, lakukan tindakan yang dapat dilakukan saat ini. Jangan biarkan keputusasaan menguasai diri, melainkan langkahilah dengan tindakan yang membawa harapan dan pemulihan.

Menghadapi tantangan dengan sikap positif dan fokus pada langkah-langkah praktis saat ini merupakan kunci untuk melampaui masa-masa sulit. Ini merupakan langkah awal menuju ketenangan jiwa yang diinginkan.

15. Langkah Kelima Belas Jadikan Masjid Tempat Berteduh

Jadikanlah masjid sebagai tempat perlindungan saat langkah kaki memasuki masjid, sebenarnya seseorang disambut oleh kehadiran tak terlihat dari ribuan malaikat yang tengah mengangkat doa suci kepada Allah. Ketika pintu masjid terbuka, jiwa seolah-olah diselimuti oleh kesejukan spiritual, ketenangan, dan kenikmatan yang tidak dapat diukur. Keindahan ini semakin terasa dan kerinduan semakin mendalam ketika seseorang rajin mengunjungi masjid. Setiap langkah ke dalamnya memperkuat kerinduan untuk selalu berada di tempat tersebut. Ini adalah salah satu kebijaksanaan dari amalan yang ditekuni secara terus-menerus.

Dengan demikian, setiap kunjungan menjadi lebih dari sekadar rutinitas; itu menjadi perjalanan spiritual yang membangun kedekatan dengan Allah dan memperdalam kekhusyukan hati.

16. Langkah Keenam Belas Sisihkan Waktu Tadabbur Alam

Tadabbur, sebagai suatu bentuk pemikiran yang mengandung makna yang mendalam, sebenarnya merupakan hasil dari refleksi tafakkur dan tafahhum. Ini merupakan suatu perjalanan eksploratif pikiran yang mampu mengungkap keindahan makna dengan terkait erat pada alam. Ketika ditinjau dari perspektif alam, tadabbur alam dapat dianggap sebagai usaha untuk merenungkan dan menggali kebesaran Allah SWT yang tercermin dalam segala aspek penciptaan-Nya, termasuk langit, bumi, dan seluruh isinya.

Lebih daripada sekadar merenungkan tanda-tanda kekuasaan-Nya, tadabbur alam juga menyimpan pelbagai hikmah yang dalam. Melalui praktik ini, pikiran yang sebelumnya mungkin kelam dan penuh kekacauan dapat dihantarkan pada ketenangan dan pencerahan. Kesejukan hati dan rasa syukur yang mendalam pun menjadi anugerah bagi mereka yang tekun melibatkan diri dalam tadabbur.

Tidak hanya itu, proses ini juga menciptakan transformasi yang luar biasa pada hati. Dengan penuh syukur dan kesadaran akan nikmat, hati yang sebelumnya mungkin terkekang oleh keterbatasan kini terbuka lebar untuk merasakan kenikmatan ciptaan Allah. Bahkan lidah, sebagai penjaga rasa dan kalimat, ikut sibuk dengan tasbih dan penghormatan kepada Allah. Ini karena segala sesuatu dalam alam ini, dengan cara yang uniknya, senantiasa bersaksi dan memuji-Nya.

17. Langkah Ketujuh Belas Sempatkan Waktu Untuk Khalwat Dan Uzlah

Uzlah adalah istilah yang mencakup isolasi diri dari keramaian, sementara khalwat menunjukkan arti menyendiri. Meskipun kedua konsep ini tampak berbeda, mereka memiliki keterkaitan yang erat. Mendalami makna uzlah dan khalwat dapat membentuk karakter hati dan memainkan peran penting dalam mengatasi beban kesedihan.

Mengasingkan diri dalam uzlah dan khalwat tidak hanya sekedar menjauh dari keramaian, tetapi juga menciptakan ruang refleksi mendalam. Di dalamnya, terjadi perenungan yang mendalam, introspeksi yang jujur, penghormatan terhadap kebesaran Allah, serta tafakur dan tadabur sebagai sarana untuk mencapai ketenangan jiwa.

Manfaat yang muncul dari praktik uzlah dan khalwat tidak hanya terbatas pada dimensi spiritual, tetapi juga merambah ke aspek kesehatan jiwa. Hati yang dibentuk melalui kedalaman uzlah dan khalwat mencerminkan ketenangan, pikiran yang terarah menuju kejernihan, batin yang diselimuti kedamaian, dan jiwa yang sehat.

Dalam kesunyian yang dipilih dengan penuh kesadaran, tercipta keadaan di mana seseorang dapat lebih dalam merasakan keberadaannya. Oleh karena itu, manfaat besar dari uzlah dan khalwat mengajarkan kita untuk mengalokasikan waktu di tengah kehidupan yang sibuk, membentuk ruang pribadi yang membawa berkah ke dalam perjalanan hidup kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image