Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image M Fajar

Psikologi Sosial: Validasi Menjadi Alat Pendukung Adaptasi pada Komunikasi di Generasi Z

Eduaksi | Friday, 15 Dec 2023, 17:35 WIB

Berkembangnya masyarakat teknologi akan selalu berjalan beriringan dengan masyarakat sosial, hal ini dapat terlihat pada kasus sederhana yang selalu terjadi sehari-harinya seperti seorang anak remaja yang selalu berusaha up to date mengenai perihal-perihal yang terjadi pada dunia ini melalui media digital, banyak remaja yang mempunyai kasus yang sama bahkan tak jarang membuat mereka mempunyai gejala fear of missing out (FOMO), dampak dari kasus tersebut akan berlanjut pada kondisi psikologis, kesehatan mental, bahkan sikap yang ditunjukkan para remaja tersebut kepada lingkungannya, terlebih sikap-sikap yang mereka pilih akan menjadi suatu acuan masyarakat untuk menilai remaja-remaja tersebut dan bagaimana mereka bisa beradaptasi kepada dunia luar.

Ketika sosok remaja berusaha beradaptasi pada dunia luar, ia akan mencari cara internal (self adaption) dan eksternal (behavior) agar bisa menunjang adaptation process yang dijalankan oleh remaja tersebut dan proses ini disebut dengan Komunikasi Adaptasi. Menurut ahli psikologi, Howard Giles mengatakan dalam interaksi percakapan, orang cenderung mengubah gaya berbicara, intonasi suara, dan gerakan tubuh mereka untuk memuat suatu persamaan dengan lawan bicara mereka, hal ini tersambung pada kasus diatas pada remaja-remaja yang berusaha beradaptasi pada lingkungan barunya atau lingkungan yang asing bagi mereka, Self Adaptation menjadi proses ketika remaja-remaja tersebut menganalisa, mencoba masuk, dan mempelajari lingkungan yang dihadapi, tentu akan ada beberapa rintangan yang terkadang melemahkan proses adaptasi tersebut seperti contoh, ada remaja yang berasal dari luar jakarta yang melakukan perjalanan ke Ibukota, ketika dirinya mencoba menyesuaikan sikap dirinya terhadap budaya yang terjadi di Jakarta, ia mengalami Culture Shock atau ketidaksiapan dalam menghadapi perbedaan, entah dari sikap yang sejalan, perbedaan sifat, nilai-nilai atau norma yang dijalankan, dari kasus tersebut tentu kita melihat dengan jelas bahwasannya kondisi internal tidak selalu menjadi aspek pendukung yang jelas dalam melakukan adaptasi terkhususnya arus komunikasi.

Hal-hal eksternal yang dapat terjadi terdapat pada penjelasan kasus diatas seperti perbedaan sikap bagaimana masyarakat menerima Outsider atau masyarakat asing, sifat-sifat yang tidak sejalan yang menyebabkan adanya perbedaan penafsiran komunikasi bahkan gestur, bahkan nilai-nilai atau norma yang berbeda menjadi acuan yang sulit dijalankan karena sifat masyarakat yang heterogen di lingkungan Jakarta. Aspek eksternal ini juga menjadi sebuah faktor besar bagi individu terkhususnya para remaja yang sedang beradaptasi dengan lingkungan baru yang mereka tinggali. Terlebih tidak selamanya masyarakat saling mengerti satu sama lain, ada yang berusaha merendahkan aturan agar seseorang bisa beradaptasi pada levelnya sampai ia mengakui dan diakui sebagai masyarakat disekitarnya, namun tak dapat dipungkiri bahwa banyak masyarakat yang teguh dalam norma dan mengharuskan seseorang bekerja lebih keras dalam beradaptasi di suatu kelompok. Tentunya beberapa masyarakat seperti tetangga akan membantu seseorang untuk beradaptasi di lingkungan tersebut, sama halnya pada dunia digital terutama media sosial, dimana para individu yang tidak mengenal satu sama lain saling membantu untuk seseorang adaptif dan tidak terkena cancel culture alias menolak dan memboikot suatu sikap yang melenceng pada norma yang ada.

Banyak cara terutama pada dunia digital dalam membantu para individu untuk beradaptasi pada dunia yang dimana media sosial dominan dihuni oleh para kaum remaja atau generasi Z. salah satu cara yang nampak jelas di masyarakat digital serta pengalaman penulis dalam melihat peran orang lain pada suatu remaja ialah Validasi. Pada definisinya validasi merupakan suatu pengukuran nilai untuk mengesahkan suatu objek terhadap keakuratan kemungkinan objek dalam menghadapi suatu perihal (Sugiharto dan Sitinjak : 2006), dalam hal ini validasi digunakan untuk memberikan suatu kevalidan pada nilai individu tersebut agar ia bisa melewati rintangan/tantangan yang dihadapi, terlebih tujuan validasi pada remaja terkhususnya generasi Z dilakukan untuk memberi motivasi secara eksplisit dan mendorong mereka untuk mengembangkan perubahan bahkan perkembangan pada diri mereka sendiri, tak jarang seseorang yang diberi validasi secara logis dan empiris akan membuat dorongan bahwa mereka diakui secara eksistensi dan tidak tersingkirkan di masyarakat, terlebih jika individu/remaja tersebut berhasil membawa perubahan di masyarakat maka itu merupakan salah satu manfaat dari validasi yang diberikan yang dimana validasi tersebut menjadi acuan mereka dalam membuat konsep diri mereka yang lebih baik untuk kedepannya.

dapat disimpulkan bahwa perkembangan masyarakat teknologi dan sosial saling beriringan, terutama terlihat pada remaja yang aktif mengikuti perkembangan dunia melalui media digital. Fenomena seperti "fear of missing out" (FOMO) dapat berdampak pada kondisi psikologis, kesehatan mental, dan perilaku remaja. Proses adaptasi pada remaja yang mencoba berintegrasi dengan lingkungan baru dapat melibatkan komunikasi adaptasi, yang mencakup upaya internal (self adaptation) dan eksternal (behavior) untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.

Dalam konteks adaptasi, baik dalam lingkungan fisik maupun digital, remaja mengalami tantangan seperti culture shock dan perbedaan nilai-nilai. Komunikasi adaptasi menjadi kunci, di mana remaja cenderung mengubah gaya berbicara dan perilaku mereka agar sejalan dengan lingkungan baru. Faktor eksternal, seperti cara masyarakat menerima individu asing, juga memainkan peran penting dalam proses adaptasi.

Pentingnya validasi muncul sebagai elemen krusial dalam membantu remaja beradaptasi. Validasi memberikan pengakuan eksplisit terhadap nilai individu, memotivasi perubahan dan pengembangan diri. Dalam dunia digital, terutama media sosial, validasi dari komunitas dapat menjadi dorongan positif bagi remaja, membentuk konsep diri yang positif, dan mendorong partisipasi mereka dalam pembangunan masyarakat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image