Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lulu Nugroho

Julid Fii Sabilillah

Info Terkini | Friday, 15 Dec 2023, 05:04 WIB

 

Pasukan julid menjadi tren beberapa waktu belakangan ini. Dukungan mereka terhadap kemenangan muslim Palestina atas tanah kharajiyah dan Al-Aqsha, menjadi warna baru babak peperangan di era digital. Perang pemikiran, melalui pesan-pesan pada media sosial, akhirnya membahana di dunia maya.

Julid sejatinya berasal dari Bahasa Sunda, binjulid, yang artinya iri atau dengki. Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata tersebut tidak ditemukan. Yang ada kata 'iri' yang berarti kurang senang, melihat kelebihan orang lain (beruntung dan sebagainya); cemburu; sirik.

Namun pasukan julid yang satu ini sungguh berbeda dengan batasan atau kriteria yang terdapat pada KBBI tersebut. Mereka ada, bukan karena iri. Pun tidak mengedepankan sifat dengki yang sembarangan. Sesungguhnya yang mereka benci adalah pendiaman para pemimpin dunia, atas penindasan yang meraja di depan mata.

Secara terminologi (makna istilah), julid fi sabilillah diartikan sebagai gerakan netizen Indonesia dan Malaysia untuk melawan Zionis dan Israel beserta para pendukungnya, di media sosial. Serangan mereka berbentuk gelombang protes tanpa ampun, yang terbukti ampuh merontokkan pertahanan mental pasukan dan semua pendukung entitas Zionis Israel.

Ketika dunia berpangku tangan dan sepakat diam menghadapi sikap durjana penjajah terhadap negeri Palestina dan Al-Aqsha, maka netizen pun bersatu padu menyerang pertahanan mental Zionis. Sebagaimana dikatakan oleh Sun Tzu, seorang penulis The Art of War, Jenderal dari Tiongkok, ahli strategi militer, dan filsuf yang hidup pada masa Tiongkok Kuno menyatakan bahwa, perang tidak hanya terjadi di medan perang. Bahkan memenangkan 100 peperangan di medan pertempuran, bukanlah puncak skill atau ketrampilan militer. Justru menundukkan musuh tanpa berperang adalah puncak keahlian militer.

Inilah yang dilakukan pasukan Julid, mereka pun menyampaikan kebenaran yang terus dihalangi pengusung kebatilan. Berbagai akun media sosial diblokir. Suara-suara lantang, dibungkam. Perang narasi yang terjadi secara kasat mata tak dapat dibiarkan, sebab sarat dengan pembohongan publik. Benar dan salah saat ini sedang berebut mengambil hati penduduk dunia.

Media tidak selalu menyampaikan hal yang benar. Mereka bersikap subyektif, karena memiliki kepentingan tertentu. Perang informasi ini memang melibatkan rezim kapitalisme global, dan lembaga-lembaga internasional. Maka tak heran, mereka pun menawarkan solusi dua negara. Mereka berada di balik entitas Zionis, yang mendukung pendudukan Israel yang ingin mencaplok tanah Palestina, menguasai Masjidil Aqsha dan mencabut hak hidup warga muslim di sana.

Karenanya perlu berbagai cara meruntuhkan Barat, baik di medan tempur, maupun di jagat maya. Sebaran kebohongan, penyesatan informasi dan manipulasi fakta, dilakukan Barat, agar dunia lengah dan mendukung mereka. Padahal umat yang menginginkan kebangkitan, sejatinya harus terus menegakkan kebenaran. Maka dibutuhkan ilmu, agar umat tidak menelan semua info yang disampaikan media.

Malcom X, seorang tokoh Muslim Afrika-Amerika dan aktivis hak asasi manusia pernah mengatakan bahwa, jika kita tidak hati-hati atau waspada, maka surat kabar akan membenci orang yang tertindas dan mencintai orang yang melakukan penindasan.

Benar dan salah bukan lagi sesuatu yang absurd. Tetapi harus disampaikan ke khalayak ramai, agar umat dapat membedakan satu dari yang lain. Melihatnya dengan terang benderang, untuk kemudian memperjuangkan, hingga tegak di tengah-tengah kehidupan.

Maka umat ini tidak dapat dibiarkan sendiri. Mereka harus bersatu dan memiliki kekuatan politik. Dengan adanya kesatuan komando, akan melindungi umat, laksana sebuah perisai. Pun memimpin mereka pada seluruh pertempuran, baik di dunia maya, maupun dunia nyata. Kepemimpinan yang tidak memanipulasi hati atau pikiran masyarakat dunia. Pemimpin yang bertanggung jawab kepada Allah SWT, yang akan menegakkan perkara-perkara haq dan menjauhkan kebatilan. Al haqqu mirrobbikum falaa takuunannaa minal mumtarin.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image