Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ichsanastrie Ramadhania

Ibu adalah Wanita Karier: Apakah Hal ini Memengaruhi Tumbuh Kembang Anak?

Eduaksi | Sunday, 10 Dec 2023, 23:47 WIB

Jika zaman sudah berkembang menjadi lebih modern, pemikiran kita pun juga harus lebih modern. Pemikiran orang zaman dahulu pasti mempunyai pandangan bahwa seorang perempuan hanya mempunyai tugas untuk mengurus rumah tangga dan juga hidup untuk mengerjakan tugas di dapur jika sudah menikah. Tetapi, wanita juga bisa untuk bekerja layaknya laki-laki yang mencari nafkah untuk keluarganya. Perempuan kuat yang mempunyai semangat untuk bekerja inilah yang disebut sebagai wanita karier.

Manfaat jika Menjadi Wanita Karier

Wanita karier tentunya memiliki banyak sekali manfaat yang positif bagi dirinya maupun keluarganya. Ada 3 manfaat utama bagi wanita karier. Pertama, mereka memberikan tambahan penghasilan bagi ekonomi keluarga. Kedua, mereka mempunyai pengalaman keberhasilan atas pekerjaan yang dilakukannya sehingga dapat meningkatkan sikap percaya diri dan pengalaman ini memberikan wawasan baru yang mungkin dapat membantu untuk memecahkan masalah yang ada di dalam rumah. Terakhir, pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja dapat mengasah kemampuan yang awalnya memang sudah dimiliki oleh kita dan hal ini membuat perasaan wanita lebih bahagia (Novita R, 2022) .

Lantas, jika memang banyak manfaatnya, mengapa seringkali ditemukan pada wanita yang sudah menikah dan mempunyai anak tidak diperbolehkan menjadi wanita karier oleh suaminya? Pertanyaan ini dapat dijawab karena anak membutuhkan seseorang yang dapat mengasuhnya dari awal perkembangan bayi hingga ia beranjak dewasa. Peran ibu sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan sang buah hati. Apa sajakah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh ibu?

Kebutuhan Dasar Anak yang Harus Terpenuhi

Kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh ibu pada saat masa perkembangan yang berlangsung dari bayi hingga anak beranjak dewasa mencakup kebutuhan fisik, kebutuhan emosional, dan kebutuhan pendidikan. Ketiga kebutuhan ini sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang anak. Jika ketiga kebutuhan tidak terpenuhi, maka akan berdampak buruk bagi proses perkembangan dari masa kanak-kanak hingga masa dewasa. Kebutuhan fisik pada anak akan terbilang sudah terpenuhi jika anak mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna, pemeriksaan kesehatan pada anak, imunisasi, lingkungan yang sehat dan lain sebagainya. Selanjutnya, kebutuhan emosional meliputi hubungan yang terjalin antara keluarga dan anak yang harmonis, erat, dan menimbulkan rasa aman bagi perkembangan anak. Terakhir, kebutuhan pendidikan mencakup pembelajaran untuk memperoleh proses berpikir dan berbahasa yang baik, bersosialisasi, hingga kemandirian anak dalam berperilaku (Fitriyani et al., 2016) .

Pola Asuh

Selain tiga kebutuhan utama bagi perkembangan anak, ada juga yang dinamakan pola asuh. Pola asuh yang dilakukan oleh orang tua, khususnya peran ibu sebagai pemenuh kebutuhan anak di rumah, juga sangat berperan bagi perkembangannya. Perlu diketahui bahwa pola asuh anak terdapat dua variasi berbeda, yaitu warmth dan control. Warmth merupakan kata yang tepat untuk menjelaskan kehangatan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Sedangkan, control merujuk pada bagaimana kendali atau batasan yang diberikan orang tua terhadap anaknya (Putra, 2020) . Lalu apakah ada teori dari tokoh psikologi yang mendukung pola asuh ini?

Teori dari Tokoh Psikologi Terkait Pola Asuh

Tentu saja ada teorinya. Teori ini berasal dari salah satu tokoh psikologi yang bernama Diana Baumrind. Menurut teori Baumrind (sebagaimana dikutip dalam Putra, 2020), terdapat 4 perbedaan pola asuh yang diberikan orang tua dan tentunya mempunyai dampak yang berbeda-beda pada setiap pola asuh. Pola asuh yang pertama adalah authoritative atau otoritatif. Pola asuh ini ditandai dengan warmth dan control yang tinggi. Pada pola asuh ini orang tua mendorong anaknya untuk lebih mandiri dan juga memberi kontrol yang berupa batasan terhadap anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif cenderung bertanggung jawab, mendukung keputusan anak, dan tidak kasar. Kedua, pola asuh authoritarian atau otoriter yang ditandai dengan warmth yang rendah dan control yang tinggi. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini terhadap anaknya biasanya menuntut untuk memenuhi keinginan dan juga aturan yang diberikan orang tua. Terkadang, orang tua dengan pola asuh otoriter juga sering memberikan hukuman kepada anak karena melakukan kesalahan. Ketiga, pola asuh permissive-indulgent atau permisif. Pola asuh ini ditandai dengan adanya warmth yang tinggi dan control yang rendah. Orang tua dengan pola asuh ini bisa dibilang terlalu memanjakan anaknya karena aturan atau tuntutannya yang sedikit, bahkan tidak ada, sehingga anak menjadi pribadi yang manja dan tidak mandiri. Terakhir, pola asuh uninvolved-neglectful. Pola asuh ini ditandai dengan warmth dan control yang sama-sama rendah. Orang tua tipe ini tidak mencukupi kebutuhan yang diperukan oleh anak dan mempunyai sifat tidak peduli pada anak. Pola asuh ini merupakan pola asuh yang terburuk, jadi sebisa mungkin jangan pernah menggunakan pola asuh ini kepada anak.

Kembali lagi pada topik pertama, wanita karier. Wanita karier yang sudah menikah dan mempunyai anak juga berhak untuk memilih pola asuh yang pas untuknya karena wanita karier cenderung susah untuk membagi waktu antara pekerjaan dan juga tugas untuk mengurus anak. Adanya kesulitan terkait pembagian waktu ini, maka akan berdampak bagi perkembangan anak. Anak yang memiliki ibu sebagai wanita karier dituntut untuk harus lebih mandiri untuk memenuhi ketiga kebutuhan dasarnya. Meski ibunya tidak terus berada di sisinya sepanjang hari, namun bila menjadi pribadi yang mandiri, kebutuhan dasarnya tetap terpenuhi (Fitriyani et al., 2016) . Cara yang paling tepat agar bisa menjadi wanita karier sekaligus ibu yaitu harus bisa meluangkan waktu untuk anak dan tidak hanya sekedar bekerja terus menerus sampai lupa untuk mengasuh anak di rumah dan juga hindarilah kegiatan yang multitasking ketika berada di rumah. Urusan pekerjaan sebaiknya dikerjakan pada saat di kantor, jika sudah tiba di rumah, maka alangkah baiknya memisahkan urusan rumah dan juga urusan kantor. Menurut saya, untuk seberapa pengaruhnya wanita karier terhadap perkembangan anak dapat dilihat dari bagaimana mereka memilih pola asuhnya, karena hal ini tergantung bagaimana pola asuh yang diterapkan dan juga kemandirian anak.

Referensi:

Fitriyani, O. :, Nurwati, N., & Humaedi, S. (2016). 8 peran Ibu yang bekerja dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak. 3, 52–57.

Novita R. (2022, June 29). Kelebihan dan kekurangan wanita karir, berbagi peran antara pekerjaan dan keluarga. Kompas.Com. https://buku.kompas.com/read/1251/kelebihan-dan-kekurangan-wanita-karir-berbagi-peran-antara-pekerjaan-dan-keluarga#google_vignette

Putra D. (2020, July 19). Gaya asuh dan pengaruhnya pada perkembangan anak. LM Psikologi UGM. https://lm.psikologi.ugm.ac.id/2020/07/gaya-asuh-dan-pengaruhnya-pada-perkembangan-anak/

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image