Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ghina Khairunnisa

Khasiat Madu untuk Penderita Diabetes, Membantu Mengontrol Kadar Gula Darah

Eduaksi | Friday, 08 Dec 2023, 10:56 WIB

Diabetes Melitus merupakan suatu kondisi dimana dapat disebabkan oleh genetik, lingkungan, atau dapat keduanya, ketika terjadi gangguan metabolik. Diabetes melitus memiliki karakteristik berupa terdapatnya kelainan pada sekresi insulin dan disfungsi pankreas, yang dapat menyebabkan peningkatan pada kadar glukosa darah sehingga berujung pada hiperglikemik . Dapat diketahui, prevalensi diabetes melitus di dunia mencapai angka 9,3% pada tahun 2019 dan diperkirakan akan terus meningkat sampai 10.2% pada tahun 2030. Kondisi ini dapat mengakibatkan meningkatnya risiko kematian di seluruh dunia.

Kadar gula yang tinggi pada penderita Diabetes melitus dapat menyebabkan perubahan pada dalam tubuh. proses merugikannya yaitu reaksi oksidasi yang dapat menyebabkan peningkatan pembentukan zat berbahaya yang biasa disebut dengan radikal bebas. jika pembentukan dari radikal bebas dan juga antioksidan dalam tubuh tidak seimbang, akan menimbulkan gangguan pada kasus diabetes melitus. bila jumlah zat pada radikal bebas mengalahkan jumlah dari antioksidan akan menimbulkan komplikasi diabetes melitus.

Kenaikan gula darah dapat dipengaruhi oleh jumlah dan juga dari jenis karbohidrat yang dikonsumsi. Semakin banyak karbohidrat yang dikonsumsi makan semakin tinggi kadar glukosa darahnya, sedangkan jenis karbohidrat sendiri berhubungan dengan indeks glikemik. Indeks glikemik dapat dipahami sebagai suatu konsep yang berikatan dengan pemeringkatan dampak suatu makanan terhadap kadar glukosa darah. Artinya, indeks glikemik dapat menentukan kecepatan perubahan dari makanan menjadi glukosa, sehingga semakin cepat pula terjadi peningkatan kadar glukosa darah.

Madu sudah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu sebagai suplemen serta dalam pengobatan tradisional. Madu merupakan zat alami dari nektar bunga oleh lebah dan dapat digunakan sebagai makanan bergizi. Warna madu berhubungan dengan suatu pigmen tumbuhan dan warna madu yang lebih gelap dilaporkan mengandung tingkat antioksidan yang lebih tinggi. Madu juga mengandung komponen antioksidan seperti senyawa fenolik, avonoid, serta vitamin yang dapat larut dalam air.

Madu mengandung zat antibakteri yang sudah terbukti dalam kondisi medis. Madu menghambat banyak jenis bakteri. Ekstrak alkohol madu menghambat berbagai spesies bakteri, termasuk aerobik dan anaerobik, gram positif dan gram negatif. Bahkan mikroorganisme patogen dan non patogen (ragi dan jamur) yang telah mengembangkan resistensi antibiotik pun sensitif terhadap sifat antibakteri yang berasal dari madu. Tergantung pada dosis yang digunakan, efek antimikroba dapat bersifat bakteriostatik.

karena dapat mempengaruhi pertumbuhan regeneratif dan epitelisasi jaringan, hal ini dapat mempercepat penyembuhan luka dengan sedikit atau tanpa jaringan parut. Prostaglandin dan oksida nitrat juga berperan penting dalam proses penyembuhan. Penggunaan madu terbukti aman. baik madu oleh luas maupun yang dioleskan pada selaput lendir rongga tubuh tidak akan memiliki efek samping atau tanda-tanda reaksi alergi.

Antioksidan berperan sangat penting dalam sistem pertahanan tubuh saat serangan dari radikal bebas, dimana radikal bebas pada sel-sel tubuh ini dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada lipid, enzim, asam nukleat,dan protein yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan pada sel, jaringan. keadaan ini dapat menimbulkan berbagai gejala penyakit atau komplikasi yang sering menyerang masyarakat. Selain itu, reaksi radikal bebas dalam makanan dapat meningkatkan masa simpan akibat oksidasi dari lipid menyebabkan ketengikan yang selanjutnya dapat merusak makanan. Antioksidan juga dapat menunda, memperlambat, mencegah dan menghambat oksidasi dalam tubuh.

antioksidan pada madu mencakup enzimatik yaitu oxidase, glukose, peroksidase, dan katalase serta ada yang non-enzimatik yaitu asam arakidonat, protein, asam amino, asam organik, asam askorbat, karotenoid, senyawa fenolik, dan juga flavonoid.

Senyawa Flavonoid dan Fenolik adalah senyawa yang biasa dikenal sebagai senyawa antioksidan. Madu mengandung lebih dari 150 senyawa polifenol yang mengandung >150 senyawa polifenol yang mengandung flavonoid, asam fenolik, katekin dan turunannya. Asam sinamat adalah senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan. Senyawa Flavonoid adalah kelompok senyawa fenolik terbesar. Dari hasil penelitian aktivitas antioksidan madu paling utama yang disebabkan oleh kedua senyawa tersebut dikarenakan terdapat korelasi yang kuat antara aktivitas antioksidan dan juga senyawa fenolik dan flavonoid.

Selain senyawa flavonoid dan fenolik, madu pun mengandung vitamin C sebagai senyawa antioksidan. Vitamin C sendiri adalah antioksidan utama dalam plasma yang melawan serangan radikal bebas dan berperan juga dalam sel. Sebagai zat pembersih radikal bebas, vitamin C dapat bereaksi langsung dengan superoksida dan anion hidroksil, serta berbagai hidroperoksida lemak. pada saat yang sama, ini adalah antioksidan yang memecah reaksi berantai, membantu meregenerasi bentuk vitamin E yang tereduksi. Vitamin C merupakan antioksidan yang dapat larut dalam air dan dapat mempertahankan Vitamin serta kaya akan kofaktor logam dalam bentuk tereduksi.

Beberapa penelitian membuktikan asupan karbohidrat yang tinggi indeks glikemik akan menghasilkan resistensi dari insulin yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan asupan indeks glikemik rendah. Oleh sebab itu, para penderita diabetes dianjurkan agar mengkonsumsi makanan dengan indeks glikemik yang rendah sehingga dapat membantu mengontrol kadar glukosa darah. Madu sendiri telah diuji memiliki indeks glikemik rendah yang baik dalam mengontrol kadar gula darah, disebabkan oleh kandungan dominan dalam madu yang terdiri atas fruktosa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image