Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

Membantu Pembelajar Dewasa dengan Membimbing dari Sela-Sela

Eduaksi | Thursday, 07 Dec 2023, 14:01 WIB
Sumber gambar: Chief Learning Officer

Menyesuaikan pendidikan orang dewasa online dengan andragogi.

Andragogi, istilah yang pertama kali diciptakan oleh pendidik Jerman Alexander Kapp pada tahun 1833, kemudian dipopulerkan oleh pendidik Amerika Malcolm Knowles. Hal ini menandakan perubahan dalam metode dan praktik pendidikan, dengan fokus pada pembelajar dewasa dan kebutuhan belajar unik mereka. Lima asumsi kritis andragogi Knowles mengubah peran pendidik dari "orang bijak di atas panggung" menjadi "pemandu di samping".

Asumsi Knowles

Prinsip dasar andragogi meliputi konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar, orientasi belajar, dan motivasi belajar. Prinsip-prinsip ini menjelaskan perbedaan cara orang dewasa memperoleh pengetahuan dibandingkan dengan pelajar muda, yang penting untuk menyesuaikan pendekatan pendidikan agar sesuai dengan kebutuhan siswa dewasa.

Asumsi pertama, konsep diri, menggarisbawahi evolusi dari pembelajar yang bergantung menjadi pembelajar yang mandiri seiring dengan kedewasaan individu. Tidak seperti anak-anak, yang sangat bergantung pada guru untuk bimbingan, orang dewasa telah mengembangkan konsep diri yang bertanggung jawab atas keputusan dan kehidupan mereka sendiri. Perubahan ini memerlukan pendekatan pendidikan di mana guru bertindak sebagai fasilitator yang menyediakan sumber daya, bimbingan, dan dukungan daripada mendikte apa yang harus dipelajari dan bagaimana caranya. Peran pendidik berkembang untuk mengakomodasi dan menstimulasi sifat mandiri peserta didik dewasa.

Pengalaman, asumsi kedua, menekankan peran penting akumulasi pengalaman hidup dalam pembelajaran orang dewasa. Seiring bertambahnya usia, mereka mengumpulkan beragam pengalaman yang memperkaya pembelajaran mereka. Pembelajar dewasa membawa beragam pengetahuan dan latar belakang ini ke dalam lingkungan pendidikan, memberikan beragam wawasan yang dapat menjadi landasan dan mengontekstualisasikan pembelajaran baru dibandingkan dengan pendekatan pedagogi yang sering ditujukan kepada pelajar muda pada tahap awal mengumpulkan pengalaman yang luas. Dalam andragogi, pendidik memanfaatkan beragam pengalaman hidup ini, mendorong peserta didik untuk berbagi cerita dan menghubungkan pengetahuan baru dengan apa yang telah mereka alami dan pahami.

Kesiapan untuk belajar, asumsi ketiga, terkait erat dengan tahapan kehidupan orang dewasa dan peran sosialnya. Perubahan atau kebutuhan dalam kehidupan nyata, seperti peran pekerjaan, situasi keluarga, atau masalah kesehatan, sering kali memicu pembelajaran orang dewasa. Pendidik perlu mengenali dan merespons pemicu-pemicu tersebut dengan memberikan kesempatan belajar yang relevan dan dapat diterapkan pada situasi kehidupan peserta didiknya saat ini. Pendekatan ini memastikan bahwa pembelajaran dipandang sebagai upaya praktis dan bermanfaat, bukan sekadar latihan akademis.

Asumsi keempat, orientasi belajar, bergeser dari berpusat pada subjek di masa kanak-kanak menjadi berpusat pada masalah di masa dewasa. Orang dewasa lebih tertarik mempelajari mata pelajaran yang memiliki relevansi langsung dengan pekerjaan atau kehidupan pribadinya. Orientasi ini mengharuskan pendidik merancang pengalaman pembelajaran berbasis masalah yang berfokus pada aplikasi dunia nyata. Peran pendidik adalah memfasilitasi pembelajaran ini dengan memberikan kesempatan bagi orang dewasa untuk terlibat dalam pemecahan masalah dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan baru dalam lingkungan praktis.

Pada akhirnya, motivasi belajar, sesuai dengan asumsi kelima Knowles, matang seiring dengan individu. Meskipun motivator eksternal seperti nilai masih tetap menarik, motivator intrinsik seperti harga diri, kepuasan pribadi, dan peningkatan kualitas hidup lebih menonjol di kalangan orang dewasa. Pendidik pembelajar dewasa harus memupuk lingkungan belajar yang melibatkan dan selaras dengan motivasi mendalam pembelajar dewasa.

Menghubungkan asumsi-asumsi ini dengan konsep pendidik sebagai “pemandu di samping” dan bukan sebagai “orang bijak di atas panggung”, menjadi jelas bahwa andragogi membutuhkan lingkungan belajar di mana pendidik memfasilitasi dan mendukung proses pembelajaran daripada mengarahkannya. . Pendekatan ini selaras dengan kebutuhan pembelajar dewasa akan pengarahan diri sendiri, mengakui kekayaan pengalaman mereka, memenuhi kesiapan dan orientasi belajar mereka, dan memanfaatkan motivasi internal mereka.

Menerjemahkan Asumsi Knowles ke Pembelajaran Online

Saat mengajar pelajar dewasa dalam kursus online, mengintegrasikan prinsip andragogi Knowles dapat meningkatkan pengalaman belajar secara signifikan. Berikut lima cara untuk memanfaatkan prinsip-prinsip ini secara efektif:

1. Menumbuhkan Pembelajaran Mandiri. Sediakan berbagai sumber daya dan izinkan pelajar memilih keterlibatan mereka. Sumber daya ini dapat mencakup video, bacaan, dan aktivitas interaktif.

2. Memanfaatkan Pengalaman Pembelajar. Buat forum diskusi di mana pelajar dapat berbagi pengalaman dan wawasan mereka tentang konten kursus.

3. Selaraskan Pembelajaran dengan Transisi Kehidupan Orang Dewasa. Rancang konten kursus yang relevan dengan kehidupan sehari-hari dan tahapan karier pelajar serta tawarkan penjadwalan dan tempo yang fleksibel untuk mengakomodasi beragam komitmen hidup pelajar dewasa.

4. Pendekatan Pembelajaran Berpusat pada Masalah. Fokus pada masalah dunia nyata dan studi kasus dalam materi kursus.

5. Merangsang Motivasi Intrinsik. Mengakui dan merayakan pencapaian peserta didik, tidak peduli seberapa kecilnya, dan memberikan umpan balik konstruktif yang mengakui upaya dan kemajuan, bukan hanya hasil.

Memperluas Cakrawala Intelektual

Memasukkan prinsip-prinsip andragogi Knowles ke dalam pendidikan orang dewasa akan meningkatkan perjalanan pendidikan, memastikan resonansi dengan sifat dinamis dan pendewasaan pelajar dewasa. Pendekatan ini menggarisbawahi dampak pendidikan yang luas ketika diadaptasi dengan cermat untuk memenuhi kebutuhan siswa dewasa. Metode andragogis secara efektif memperluas cakrawala intelektual peserta didik dewasa, mendorong pertumbuhan pribadi yang substansial, pengembangan keterampilan, dan apresiasi yang mendalam terhadap pencarian pengetahuan yang berkelanjutan.

***

Solo, Kamis, 7 Desember 2023. 1:53 pm

Suko Waspodo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image