Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Hartanya Anak Shalih: Keberkahan bagi Orang Tua dalam Setiap Langkah

Agama | Saturday, 02 Dec 2023, 05:16 WIB
Dokumen m.kumparan.com

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu.” (QS. Al-Isra’/17:31)

Pertimbangan untuk memiliki anak seringkali terhalang oleh kekhawatiran akan biaya dalam mengasuh dan membesarkannya. Namun, kita lupa bahwa setiap anak merupakan anugerah dari Tuhan yang telah dijamin rizkinya. Allah telah menegaskan dalam Al-Qur'an bahwa Dia yang akan memberikan rizki kepada setiap anak yang dilahirkan dan juga kepada orang tua mereka. Ayat dalam Al-Qur'an (QS. Al-Isra’/17:31) dengan tegas menegaskan bahwa ketakutan akan kemiskinan bukanlah alasan untuk membunuh anak-anak.


Bagi sebagian orang tua, keberadaan anak-anak di masa tua seringkali dianggap tidak penting karena ada pilihan untuk tinggal di panti jompo atau membayar orang untuk merawat. Namun, pada kenyataannya, kehadiran anak-anak di masa tua menjadi sebuah keberkahan yang tak ternilai. Saat orang tua mengalami kesibukan, sakit, atau memasuki masa tua, anak-anaklah yang paling diharapkan untuk membantu. Mereka adalah sosok yang paling ikhlas membantu dan merawat orang tua di saat-saat seperti ini.


Anak-anak yang shalih, yang berusaha berbakti mencari ridha orang tua, menjadi sosok yang amat berharga. Mereka bukan hanya membantu secara fisik, namun juga memberikan kebahagiaan dan kedamaian dalam hati orang tua. Keberadaan mereka memberikan dukungan moral yang tak terhingga. Mereka menjadi tonggak yang kuat dalam menjaga hubungan keluarga dan menginspirasi dengan nilai-nilai luhur yang mereka anut.


Keikhlasan anak shalih dalam merawat orang tua di masa tua mereka menggambarkan betapa pentingnya nilai-nilai kasih sayang, pengorbanan, dan kepedulian di dalam sebuah keluarga. Mereka tidak hanya menjadi penjaga saat orang tua sedang rapuh, tetapi juga menjadi sumber kebahagiaan dan kebanggaan yang tak ternilai bagi orang tua mereka.


Dalam banyak kasus, anak-anak shalih juga memperlihatkan sikap empati yang luar biasa. Mereka mampu membaca kebutuhan orang tua mereka bahkan sebelum diminta, menjadikan perhatian dan kepedulian sebagai sebuah kebiasaan yang melekat pada diri mereka.


Lebih dari sekadar bantuan fisik, kehadiran anak shalih di tengah-tengah keluarga menjadi perekat yang menguatkan hubungan antaranggota keluarga. Mereka memperlihatkan bahwa keluarga bukan hanya ikatan darah semata, tetapi juga ikatan batin yang kuat, tumbuh dari cinta, hormat, dan kebersamaan.


Ketika orang tua melewati masa tuanya, kehadiran anak-anak shalih menjadi obat bagi kesepian dan kekosongan. Mereka menjadi sumber keceriaan, cerita, dan pelipur lara. Anak-anak yang shalih membawa kebahagiaan dan rasa syukur bagi orang tua, mengingatkan mereka akan arti sejati dari keluarga dan kasih sayang yang tak terhingga.


Dalam pandangan Islam, berbakti kepada orang tua adalah salah satu amal terpuji yang memiliki pahala yang besar. Anak-anak shalih yang dengan tulus menjaga, merawat, dan mencintai orang tua mereka mendapatkan pahala yang tidak terhingga dari Allah. Mereka membuktikan bahwa kasih sayang dan pengabdian kepada orang tua adalah sebuah kehormatan dan panggilan yang mulia.


Sebagai kesimpulan, memiliki anak shalih bukan hanya memberikan keberkahan kepada orang tua dalam dunia, tetapi juga di akhirat. Anak-anak yang shalih adalah harta yang tak ternilai bagi orang tua mereka. Mereka membawa kebahagiaan, ketenangan, dan penuh berkah dalam kehidupan keluarga. Kehadiran mereka adalah anugerah yang harus disyukuri, dijaga, dan diberikan kasih sayang seiring dengan ajaran dan bimbingan yang baik dari orang tua.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image