Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image SYIFA NURUL FADILAH UINJKT

Mengenali Katarak Sebagai Penyakit Pada Semua Mata Manusia

Gaya Hidup | Sunday, 12 Nov 2023, 10:11 WIB

Mata merupakan satu dari lima sistem pancaindra yang dikenal dalam tubuh manusia. Mata tergambar indah, terlihat baik dari struktur maupun fungsinya. Sebagian orang mungkin tak sadar betapa berharganya kedua bola mata dengan unsur estetika tinggi ini mempengaruhi kehidupan.

Eye disease vector illustration / Cataract https://www.istockphoto.com/id/vektor/ilustrasi-vektor-penyakit-mata-katarak-gm1270348659-373325100

Mata dikenal sebagai jendela dunia. Mata mempengaruhi kualitas kehidupan manusia yang hampir mencakup seluruh aspek di dalamnya. Namun, beberapa pendapat menyatakan bahwa seiring perkembangan usia, mata akan terus menerus mengalami penurunan fungsi. Penurunan fungsi ini terutama ditandai dengan munculnya gangguan penglihatan yang salah satunya termanifestasi sebagai katarak.

Saat melihat, terdapat tiga komponen utama yang harus diperhatikan pada mata. Hal ini meliputi visus, refraksi, dan koreksi. Visus dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna ketajaman mata atau daya lihat. Ketika melihat, cahaya yang dipantulkan dari objek dalam bidang visual difokuskan ke retina kedua mata. Efektivitas visual bergantung pada dua proses, yaitu pembiasan sinar cahaya dan adanya akomodasi mata terhadap cahaya.

Ketika sinar cahaya merambat dari medium satu ke medium lain yang berbeda kerapatan gelombangnya maka cahaya akan dibiaskan atau dipantulkan. Prinsip ini digunakan pada mata untuk memfokuskan cahaya pada retina. Sebelum melewati retina, cahaya terlebih dahulu melewati konjungtiva, kornea, aqueous humor, lensa, dan vitreous humor.

Semua cahaya yang masuk ke mata perlu dibiaskan (dibelokkan) agar terfokus pada retina. Semakin jauh cahaya, maka semakin sedikit pembiasan yang dapat dilakukan. Sebaliknya, semakin dekat cahaya, maka semakin besar pembiasan yang dapat dilakukan. Hal ini melibatkan keterlibatan fungsi dan struktur mata. Selain pembiasan, terdapat proses akomodasi pada mata. Terdapat tiga faktor yang terlibat, yakni pupil, pergerakan konvergensi bola mata, dan lensa.

Dalam memahami pengetahuan mengenai mata, dikenal juga istilah refraksi. Refraksi bersinonim dengan kata ametropia yang artinya keadaan tidak seimbang atau ketidaksesuaian antara ukuran dan daya refraksi mata sehingga bayangan tidak jatuh di titik fokus yang semestinya, tetapi berada di depan atau di belakang retina. Konsekuensinya dapat menimbulkan gangguan seperti miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmatisme (silinder). Kelainan ini biasanya disebabkan oleh kelainan sumbu panjang bola mata, ketebalan kornea maupun lensa, dan perubahan indeks bias.

Untuk mengetahui seberapa besar nilai kelainan yang terjadi dan penangannya, maka harus dilakukan pemeriksaan koreksi. Pemeriksaan koreksi adalah upaya untuk memperbaiki kelainan pada mata dengan cara memberikan percobaan penggunaan lensa khusus.

Sejalan dengan pertambahan usia, zat-zat komponen penutrisi mata juga akan mengalami perubahan. Komposisi protein di dalam lensa menjadi salah satu diantara perubahan yang terjadi. Perubahan komposisi protein ini akan berpengaruh terhadap indeks refraksi dan juga kejernihan mata. Akibatnya, sebagian mata menjadi miopik dan sebagian lain menjadi hipermetropik. Kejernihan mata yang sekian lama berkurang akan menimbulkan penyakit lain yang kita kenal denga katarak.

Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 1995-2011, kebutaan akibat penyakit katarak merupakan kebutaan terbanyak di dunia yang menduduki peringkat pertama. Katarak adalah kekeruhan lensa akibat sebab multifaktorial apapun, dimana kondisi ini berhubungan dengan visus yang akan menimbulkan gejala penurunan kualitas fungsi penglihatan berupa penurunan sensitivitas kontras serta tajam penglihatan.

Fokus utama yang terganggu saat katarak terjadi pada lensa yang berperan untuk memfokuskan cahaya ke retina. Meskipun memiliki penyebab multifaktorial, penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Artinya, katarak akan termanifestasi pada semua orang seiring bertambahnya usia. Hal ini bergantung pada pola dan gaya hidup kita untuk memperlambat timbulnya katarak.

Katarak akibat proses penuaan disebut juga dengan katarak senilis. Terjadinya penyakit ini disebabkan berbagai proses, meliputi perubahan komposisi protein yang beragregasi membentuk kekeruhan, dan bertambahnya lapisan-lapisan serat lensa yang lama kelamaan akan membuat lensa mengeras, padat, berpigmen, dan mengeruh. Selain itu, faktor lingkungan dan kebiasaan seperti merokok, paparan sinar ultraviolet, trauma, pemakaian obat-obat tertentu, serta penyakit sistemik lain seperti diabetes dan hipertensi juga turut mempercepat timbulnya katarak.

Katarak terbagi menjadi dua bagian, yaitu katarak matur dan katarak immatur. Katarak matur terjadi ketika seluruh lensa pada mata mengalami kekeruhan total, sedangkan katarak imatur terjadi ketika kekeruhan baru menginvasi sebagian lensa kortikal.

Penderita katarak biasanya memiliki gejala penglihatan kabur, buram seperti terhalang kabut yang tidak membaik dengan pemberian kaca mata. Kaca mata berperan besar dalam membantu memperbaiki gangguan penglihatan pada gangguan refraksi melalui pemeriksaan koreksi. Pada penderita katarak, kaca mata sama sekali tidak membantu ketajaman penglihatan yang berkurang karena fungsi lensa yang sudah tertutup dengan kekeruhan.

Pada penderita katarak, awal mula penyakit akan menyebabkan penebalan lensa sehingga akan menimbulkan miopisasi, suatu kelainan dimana cahaya yang masuk tidak jatuh tepat di retina melainkan di depannya. Hal ini akan membuat penderita katarak sulit untuk melihat objek dengan jarak jauh. Pada katarak senilis, timbul beberapa kesan dimana penglihatan pada malam hari terasa lebih baik dibandingkan siang hari. Hal ini terjadi karena saat siang hari pupil terbuka lebar sehingga memungkinkan cahaya masuk ke bagian tepi lensa.

Pemeriksaan katarak dapat dilakukan dengan shadow test dan biomikroskop lampu celah atau slitlamp. Pemeriksaan ini akan dengan mudah mengenali kekeruhan pada lensa melalui pemeriksaan pupil dengan menggunakan senter yang disorotkan dari samping (temporal) ke arah tengah (medial) pupil. Pada shadow test, penderita katarak biasanya memantulkan kembali sinar senter yang jatuh melalui pupil sehingga membentuk bayangan iris berbentuk bulan sabit. Selain itu, pemeriksaan yang lebih akurat bisa dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop direk yang biasanya hanya tersedia di tempat praktik.

Pengobatan katarak pada masa ini terbukti belum dapat memberikan hasil yang memuaskan. Sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa mengonsumsi vitamin E dan vitamin C dapat memperlambat timbulnya katarak. Pengobatan definitif terbaik yang dapat dilakukan untuk penderita katarak adalah operasi katarak. Prinsip operasi ini adalah mengeluarkan lensa yang keruh dan menggantinya dengan implan yang disebut lensa tanam intraokular atau intraocular lens (IOL) untuk mencapai tajam penglihatan maksimal. Teknik ini dapat dilakukan dengan manual (oleh dokter spesialis mata) atau dilakukan menggunakan mesin fakoemulsifikasi.

Daftar Rujukan

  1. Kamus Besar Bahasa Indonesia
  2. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31
  3. Jogi, R. Jaypee. Basic Ophthalmology. Fourth Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2009.
  4. Sitorus, RS., Sitompul R., Widyawati S., Bani, AP. Buku Ajar Oftalmologi. Edisi Pertama. Jakarta : UI Publishing; 2020.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image