Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fokker

Konflik di Palestina dan Bangkitnya Humanisme Internasional

Info Terkini | Wednesday, 08 Nov 2023, 01:05 WIB
Semangka sebagai simbol bendera Palestina (sumber: akun X @rahmdess27-)

Krisis kemanusiaan di bumi Palestina belakangan ini patut dipahami sebagai bentuk neo kolonialisme yang telah menihilkan asas Hak Asasi Manusia. Penggunaan senjata taktis, dan biologis (fosfor), kiranya telah membuat jatuhnya banyak korban di kalangan sipil.

Tercatat lebih dari 10.000 korban jiwa berjatuhan, dimana 4.000 korbannya adalah anak-anak. Hal inilah yang seketika membangkitkan humanisme internasional dengan perspektif kesadaran kemanusiaan.

Tak lain karena sikap menentang okupasi Israel ke tanah Palestina, dengan dalih apapun. Bukan semata-mata bersikap netral atau diam tanpa simpati dengan para korban. Melainkan ambil bagian dari setiap aksi kesadaran kemanusiaan demi terciptanya perdamaian di bumi Palestina.

Bicara humanisme internasional, bangsa Indonesia pun pernah mengalaminya. Kala upaya pendudukan Belanda terjadi pasca Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 silam. Upaya Belanda menguasai kembali Indonesia, memantik reaksi masyarakat dunia, yang menentang aksi polisionil atau agresi militer Belanda.

Jutaan korban jiwa yang berjatuhan dalam membela bangsa merdeka, dapat membuat respon masyarakat internasional turut memberikan sikapnya. Hal inilah yang kelak membuat Belanda merasa "tersudut" dalam proses diplomasi Indonesia-Belanda. Alhasil, kemerdekaan pun berhasil dipertahankan secara de facto dan de jure.

Pun dengan krisis yang pernah terjadi di Timur Tengah, dominasi negara adidaya dalam politik internasional memang kerap menimbulkan korban jiwa. Baik dengan dalih apapun, faktanya sesuai Konvensi Jenewa tahun 1949, hak-hak sipil dalam realitas konflik (perang) harus tetap menjadi prioritas utama.

Artinya, tidak ada alasan untuk menyerang secara militeristik area sipil dan bahkan Palang Merah Internasional disana. Catatan buruk dari sikap militer Israel yang menjadi kecaman masyarakat dunia. Dalam hal ini, tentu rasa humanisme sebagai manusia atas penghilangan paksa nyawa seseorang menjadi argumentasinya.

Maka, sikap tegas seorang manusia akan dipertanyakan, jika masih berpikiran untuk bersikap netral dalam menilai konflik ini. Kiranya demikian dalam Islam, melalui nasihat Imam Syafi'i; "Jika kamu tidak mampu membantu agamamu, setidaknya jangan berdiri di barisan perusak agamamu".

Ada secaman kesadaran moril yang kiranya setiap agama punya paradigma sama dalam menilai rasa kemanusiaan. Keadilan atas hak yang seharusnya diperjuangkan, adalah fakta yang diajarkan dalam berbagai pendekatan dogmatis dan religi. Bukan semata-mata hadir atas dasar perspektif politik anomali. Melalui pendapat yang irasional dari fakta-fakta krisis kemanusiaan di Palestina saat ini.

Dimana hal serupa pernah terjadi di masa lampau, kala upaya bangsa Palestina memberi pengaruh bangsa-bangsa Arab, untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.

Semoga bermanfaat, salam damai, dan terima kasih.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image