Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rika Fauziah

Beasiswa Jepang Bonus Belajar Bahasa Inggris

Pendidikan dan Literasi | Wednesday, 25 Oct 2023, 15:20 WIB
Spring in IUJ-Japan (dok. pribadi)

Dream comes true” itulah perasaan yang saya rasakan ketika membaca pengumuman lulus beasiswa Bappenas di tahun 2011. Selain saya, 3 (tiga) orang teman di tempat saya bekerja juga diterima program beasiswa BAPPENAS (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional). Sebetulnya ada 5 orang yang mendaftar, tapi hanya 4 orang yang berhasil lulus. 2 orang teman mendapatkan beasiswa dalam negeri, sedangkan saya dan 1 orang teman saya berkesempatan melanjutkan studi S2 (pasca sarjana) di 2 universitas di dalam dan luar negeri (double-degree). Alhamdulillah tabarakallah, impian saya untuk belajar di negeri orang bisa terlaksana.

Menurut Wikipedia (sumber yang sebetulnya unreliable, hehe), mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra dalam tidur. Sedangkan Impian adalah harapan setiap orang dari sesuatu yang tidak nyata menjadi nyata.

Biasanya untuk mewujudkan mimpi dan impian seseorang tak jarang harus menjalani jalan berliku dan seringkali tak semulus yang diharapkan. Nah jalan berliku Inilah yang saya rasakan ketika berusaha menjalani mimpi dan impian saya untuk belajar di luar negeri. Kisahnya dapat anda baca di paragrap selanjutnya.

Melanjutkan studi di luar negeri adalah impian semenjak saya kuliah sarjana. Hasrat hati setelah lulus dari IPB pada tahun 2004 saya bercita-cita bekerja di perusahaan swasta bonafide di Jakarta, tinggal di lingkungan mewah dan melanjutkan studi dengan beasiswa dari kantor. Berkenalan, lalu menikah dengan seorang ekspatriat kaya-raya dan akhirnya tinggal di luar negeri. Terlalu muluk ya, hehe.

Namun, impian tidak seindah kenyataan. Nyatanya, setelah lulus, saya berusaha mengadu nasib di ibukota namun nihil. Setelah sebulan tanpa hasil, di bulan berikutnya dibukalah penerimaan CPNS serentak di seluruh tanah air. Bapak saya yang pensiunan PNS mendorong untuk ikut mendaftar. Dengan enggan, saya mendaftar demi menyenangkan hati bapak. Memang restu orangtua sangat manjur, saya yang semula ogah-ogahan mendaftar CPNS dinyatakan lulus. Apa hubungannya cerita masuk PNS ini ya dengan impian saya? Sabar, sebentar lagi anda akan menemukan korelasinya.

Cerita bermula dari saya dan 4 orang teman kantor iseng-iseng berhadiah mendaftar program beasiswa Bappenas. Kami berlima yang notabene adalah pegawai Pemda tentunya memiliki informasi yag terbatas tentang program beasiswa ini. Maklum, pada tahun itu, teknologi internet belum masif seperti digunakan sekarang. Jaringan internet pun, mohon maaf- agak lemot. Akses internet yang buruk juga diperparah dengan tidak adanya alumni penerima beasiswa yang bisa kami tanyai.

Akhirnya modal nekad, bismillah kami berlima mendaftar. Alhamdulillah hanya 1 orang yang gagal mendapat beasiswa. Suatu prestasi yang membanggakan bagi kami pegawai Pemda bisa diterima di program beasiswa Bappenas.

Ternyata, salah satu keuntungan mengikuti program beasiswa Bappenas adalah program ini ditujukan bagi ASN di berbagai bidang Pembangunan diutamakan bagi yang bekerja di unit perencanaan. Sehingga, peserta program hanya perlu bersaing dengan sesama PNS di seluruh penjuru negeri. Sedangkan bila kita ikut program beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) atau dari kedutaan, kita juga harus bersaing dengan non-ASN. Nah ini baru salah satu keuntungan ikut program ini ya, di paragrap berikutnya saya juga akan ceritakan keuntungan lainnya.

Program beasiswa yang saya pilih adalah Linkage Universitas Indonesia-Jepang, Double-Degree. Dalam program ini, peserta mengikuti perkuliahan selama 2 tahun. Satu tahun perkuliahan dilakukan di Indonesia dan 1 tahun berikutnya di International University of Japan dengan gelar double. Walaupun saya lulus beasiswa Universitas Indonesia (UI) -Jepang, tetapi bahasa yang digunakan selama masa perkuliahan baik di Indonesia maupun di Jepang adalah bahasa Inggris.

Lucunya, selama perkuliahan di UI, kami (baik mahasiwa maupun dosen) yang semuanya adalah orang Indonesia wajib menggunakan bahasa Inggris. Semua materi mata kuliah disampaikan dalam bahasa Inggris, textbook berbahasa Inggris dan ujian pun dalam bahasa Inggris karena kelas yang kami ikuti adalah kelas internasional yang berbeda dengan kelas regular. Nah ketentuan ini mengantarkan saya menerima keuntungan kedua atau bonus dari beasiswa ini yaitu adanya kelas persiapan bahasa.

Kelas ini dimulai 6 bulan sebelum mulai masa perkuliahan di Indonesia dimulai. Program yang diikuti adalah a 900-hour English for Academic Purposes Course and IELTS Preparations Course. Selama 6 bulan, kami belajar Bahasa Inggris di Laboratorium Bahasa UI yang berada di Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Saya yang seumur-umur belum pernah mengikuti kursus Bahasa Inggris, alhamdulillah berkesempatan untuk mempelajari Bahasa Inggris secara full-time disini.

Kelas diadakan setiap hari kerja Senin-Jumat sehingga praktis selama masa persiapan ini saya juga sudah dibebas tugaskan dari pekerjaan sehari-hari di kantor. Tentunya sangat menyenangkan setiap hari mempelajari Bahasa Inggris yang memang menjadi Pelajaran favorit semenjak kelas 1 SMP. Selama menjalani program Bahasa ini dan setelah mulai perkuliahan di UI, saya harus rela setiap hari pulang-pergi (PP) Karawang-Depok. Kemudian, di bulan ke-4 (keempat) di masa persiapan ini, alhamdulilah saya diamanahi anak ke-2. Jadi dalam kondisi hamil, sayaharus bolak-balik Karawang-Depok.

Perjalanan PP setiap hari dalam kondisi hamil tentunya tidak mudah. Apalagi tak jarang harus berganti-ganti kendaraan umum, berdesak-desakan dan tidak jarang tidak mendapat kursi sepanjang perjalanan. Selain lelah fisik, kami para peserta program diharuskan untuk lulus tes International English Languange Testing System (IELTS) di akhir masa pelatihan dengan skor minimal 6,0 pada setiap skill (Reading, Listening, Writing dan Speaking). Target ini tentunya tidak mudah bagi saya yang belum pernah kursus dan harus bolak-balik setiap hari.

Dikejar-kejar target memang tidak menyenangkan. Strateginya, setiap hari saya berusaha terpapar bahasa Inggris sebanyak mungkin. saya menyiasatinya dengan menonton film, mendengarkan musik berbahasa inggris dan juga menonton acara komedi tv-series yang terkenal pada masa itu misalnya Friends, How I Met Your Mother, Modern Family, dan lain sebagainya. Saya biasanya menonton pada saat perjalanan di dalam bis, diwaktu santai atau sebagai kegiatan sebelum tidur. Menonton acara tersebut menjadi sabuah pelarian dari rutinitas sekaligus menambah kosakata bahasa Inggris. Sekali mendayung, 2-3 tontonan terlampaui, hehe.

Tapi tentunya, ada saatnya saya berada di titik jenuh dan lelah. Pernah suatu hari, saya ingin menyerah. Saya ceritakan pada salah satu teman kantor yang juga mendapat program beasiswa. Dia mengingatkan saya bahwa saya sedang menjalani impian saya. Ya, dukungan keluarga dan teman-teman memang menjadi energi booster yang powerful pada masa sulit seperti ini.

Seorang dosen di UI pernah menyatakan bahwa selalu ada harga untuk segala sesuatu “Theres always a price of everything”. Mimpi saya harus dibayar dengan perjuangan dan semangat untuk tidak mudah menyerah. Semua memang tidak mudah, dan hari ini saya bisa berbangga hati bahwa saya pernah bermimpi, memiliki Impian, dan ketika kesempatan itu datang, saya terus bergerak mewujudkan mimpi saya. Mimpi yang menjadi kenyataan.

Selamat bermimpi, menjalani impian dan mewujudkan mimpi. Make your dream comes true.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image