Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lingga Permesti

Eksistensi Santri Perempuan Jayakan Negeri

Agama | Monday, 23 Oct 2023, 12:56 WIB

Bagi kami, kakek KH Daman Azhar bin H. Adhar adalah seorang penyabar dan memberikan banyak ilmu. Apih Daman kami memanggilnya. KH Daman Azhar bin H. Adhar merupakan menantu dari KH Masthuro, pendiri Ponpes Al Masthuriyah Sukabumi. Beliau merupakan adik dari kakek kami Endin Sukandi.

Meski kakek kami memilih sebagai tentara, nenek, ibu dan seluruh keluarga intinya pun lulusan dari Ponpes Al Masthuriyah.

Almarhum Apih Daman pun menjadi saksi dari pernikahan saya dan suami. Kepergian Apih Daman memang membuat kami kehilangan, namun dengan kepergiannya itu membuat kami juga semakin semangat meneruskan cita-citanya. Almarhum dan sang istri mengaktifkan masjid, membuat lembaga pendidikan anak-anak dengan yayasannya dan aktif dalam segala bentuk sosial di sana. Almarhum apih Daman Azhar mencerminkan sosok santri sesungguhnya.

Dekat dengan keluarga santri membuat saya belajar banyak, terutama mengenai Islam dan keberagamannya. Menjadi anak dari keluarga besar yang rata-rata nyantri ini, saya yakin santri adalah generasi yang memiliki potensi besar untuk turut membangun Indonesia yang lebih baik.

Eksistensi Santri Perempuan Jayakan Negeri

Sejarah mencatat, santri memiliki peran strategis dalam membangun negeri. Namun dalam perjalanannya, kita kerap kali mengenyampingkan peran dan jasa perempuan khususnya santriwati. Santriwati terkesan inferior sehingga geraknya agak terbatas. Padahal pada faktanya, santriwati memberikan sumbangsih besar dalam perjuangan bangsa. Sebut saja Nyai Siti Walidah Dahlan yang melawan diskriminasi dan kebodohan dengan cara mengajarkan kaum perempuan untuk membaca Alquran dan menyebarkan agama.

Atau sebut saja RA Kartini yang juga sempat nyantri kepada ulama besar KH Sholeh Darat di Semarang. Buku fenomenal Kartini Habis Gelap Terbitlah Terang terinspirasi dari tafsir Al Fatihah yang diajarkan KH Saleh Darat. Jangan lupakan pula perjuangan Nyai Hajah R Djuaesih yang perjuangannya menjadi latar belakang lahirnya Muslimat NU. Ia berpandangan bahwa Islam bukan hanya kaum lelaki yang mesti berpendidikan, namun kaum wanita juga wajib memiliki pendidikan.

Saya pun juga ingin meneladani ketiganya dengan belajar dengan aktif menjadi santri di salah satu Rumah Tahfidz Ceper Klaten. Bertemu dengan santri perempuan yang semangat menghafalnya tinggi di tengah kesibukan domestik mereka. Menjadi santri penghafal Alquran, tak mengenal usia, dari yang paling muda hingga yang sepuh. Semangatnya sama, membumikan Alquran.

Saya yakin perbaikan umat ini mulai dari perempuan atau dan ibu solehah. Jika perempuan atau ibu solehah, maka dapat menggerakkan keluarga menjadi soleh dan solehah, maka kemudian dapat mengubah masyarakat juga menjadi lebih baik dan lebih soleh solehah lagi.

Hari santri menjadi awalan yang tepat bagi perempuan-perempuan yang berlatar belakang santri untuk terus bergerak mengubah stigma tentang perempuan. Bahwa perempuan perlu menuangkan wawasan dan pengetahuannya untuk dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Saya yakin, perempuan, ibu-ibu dan anak muda yang bersemangat mempelajari Islam akan menjadi tonggak Indonesia semakin jaya.

Saya yakin, santri adalah penerus cita-cita para ulama dan pejuang bangsa. Semoga para santri Indonesia terus berkarya dan berkiprah untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Selamat Hari Santri Nasional!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image