Gim Online vs Generasi Muslim
Agama | 2024-04-30 04:22:54Gim online merupakan bentuk permainan yang menggunakan teknologi internet. Sebagaimana permainan lainnya, ia akan menjadikan pemainnya senang. Meski sekilas tampak aman, namun sejatinya ia membahayakan generasi.
Pada dasarnya bermain dilakukan sa'atan sa'atan, sesekali waktu saja. Hukumnya pun mubah atau boleh. Pelarangannya justru ada pada konten yang terdapat pada gim tersebut, misalnya jika terdapat pornografi dan pornoaksi. Atau pada penggunaannya yang terus menerus, sehingga melalaikan seseorang dari beramal salih.
Seseorang yang senantiasa menyadari bahwa ia berhubungan dengan Allah SWT (idrak sillah billah), maka ia akan senantiasa membuat skala prioritas (kaidah aulawiyat) dalam hidupnya. Aktivitas yang bernilai haram, makruh atau mubah, tidak akan ia lakukan. Ia tidak akan mengisi waktunya untuk perkara sia-sia. Hidupnya akan senantiasa ia dedikasikan untuk meraih rida Allah semata.
Begitu pun jika terdapat konten kekerasan pada gim tersebut, maka hal ini harus segera dihentikan. Tidak boleh ada muatan kemungkaran atau hal lain yang membelokkan arah pandang generasi, dari ketinggian berpikirnya. Maka segala hal yang merusak, jangan dibiarkan memasuki hati dan pikiran generasi. Benak mereka harus dipenuhi dengan Islam.
Di sinilah peran negara. Negara memiliki banyak kekuatan untuk menjaga hal apa saja yang mendukung generasi agar menjadi pemimpin yang andal. Negara pula yang harus memberantas semua kondisi yang dapat merusak generasi. Sebab maraknya gim online menunjukkan adanya kesalahan dalam memanfaatkan digitalisasi.
Di sisi lain, era digital akan menjadi masa gemilang ketika media digunakan untuk menebarkan kebaikan, menyeru orang untuk beramal salih, bukan memecah belah, memicu kemungkaran atau menghalangi tegaknya hukum Allah SWT.
Maka perlu adanya aturan khusus, seiring dengan perkembangan teknologi, internet dan sosial media di tengah masyarakat, termasuk gim online yang berbasis internet.
Islam menetapkan pemanfaatan teknologi untuk kebaikan, mendekatkan umat pada kemudahan menjalankan hukum syariat, dan meninggikan kalimatullahi.
Karenanya negara pun harus memberi dukungan penuh pada perkara ini, sebagai tanggung jawab pada pembentukan pribadi generasi muslim.
Sebab output sistem pendidikan Islam membentuk individu berkepribadian Islam, yang memiliki ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, berwawasan luas, serta pandai dan mampu memanfaatkan teknologi dengan sesuai hukum syara'. Inilah sebaik-baik generasi yang akan memikul beban kebangkitan umat. Rabbi habli minash shaalihin.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.