Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Menggapai Surga tanpa Hisab melalui Tauhid

Agama | Friday, 13 Oct 2023, 16:10 WIB
Dokumen Republika.id

Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak melakukan tathayyur, tidak melakukan pengobatan dengan kay dan mereka bertawakkal kepada Rabb mereka”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Tauhid adalah salah satu konsep paling mendasar dalam agama Islam. Tauhid berarti keyakinan dalam satu Tuhan yang Maha Esa, Allah. Dalam Islam, kesempurnaan tauhid adalah tujuan utama setiap Mukmin, yang merupakan orang-orang yang memeluk agama Islam. Dalam konteks ini, kita akan membahas bagaimana orang Mukminin mewujudkan kesempurnaan tauhid dalam hidup mereka, baik yang bersifat wajib maupun yang mustahab (dianjurkan).

Dalam agama Islam, tauhid yang bersifat wajib adalah keyakinan bahwa hanya Allah-lah yang berkuasa atas segala hal. Orang Mukminin diwajibkan untuk meyakini dengan teguh bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dalam hadits yang disebutkan di atas, terdapat petunjuk tentang pentingnya menghindari tathayyur, yaitu tindakan yang melemahkan tawakkal (kepercayaan penuh kepada Allah) dan tauhid.

Tathayyur adalah tindakan yang merujuk kepada kesalahan dalam keyakinan atau prasangka buruk terhadap sesuatu yang seharusnya menjadi kepercayaan kepada Allah semata. Dalam konteks ini, tathayyur adalah sikap atau keyakinan yang melemahkan tawakkal dan tauhid. Ini mencerminkan ketidaksetiaan terhadap keyakinan bahwa Allah-lah yang mengatur segala sesuatu dan bahwa seseorang seharusnya hanya menggantungkan diri kepada-Nya.

Orang Mukminin dituntut untuk meninggalkan dua perkara yang makruh (tidak dianjurkan): meminta diruqyah (pengobatan spiritual) dan pengobatan kay (pengobatan konvensional), meskipun mereka membutuhkannya. Hal ini menunjukkan bahwa orang Mukminin lebih mengutamakan tawakkal kepada Allah daripada menggantungkan diri pada makhluk.

Dalam beberapa hadits lain, Nabi Muhammad memberikan wasiat kepada para Sahabat agar tidak meminta kepada manusia. Bahkan, Beliau telah membaiat sejumlah Sahabat untuk jangan pernah meminta apapun kepada orang lain. Dari sini, kita dapat mengambil pelajaran tentang anjuran untuk merasa tidak butuh terhadap makhluk dan menjaga diri dari meminta apa yang dimiliki oleh manusia. Sebaliknya, kita seharusnya menggantinya dengan meminta kepada Allah al-Khaliq (Pencipta) dan menghadapkan hajat-hajat kepada-Nya.

Mengapa anjuran ini begitu penting dalam agama Islam? Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi hal ini. Pertama, hal ini mencerminkan keyakinan yang mendalam dalam tauhid. Ketika seseorang meminta kepada Allah semata, ia menegaskan bahwa hanya Allah-lah yang memiliki kekuasaan mutlak untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ini adalah bentuk tawakkal yang penuh kepada Allah.

Kedua, anjuran untuk tidak meminta kepada manusia mengingatkan kita untuk tidak menyekutukan Allah dalam ibadah kita. Menggantungkan diri kepada manusia dalam hal-hal yang seharusnya kita minta kepada Allah bisa menjadi bentuk syirik (penyekutuan) dalam ibadah. Islam menegaskan bahwa hanya Allah yang patut disembah dan hanya kepada-Nya kita harus menghadapkan permohonan.

Ketiga, anjuran ini juga mencerminkan tingkat kesempurnaan dalam adab terhadap rububiyah Allah. Rububiyah adalah konsep yang mencakup Allah sebagai Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Ketika kita meminta kepada manusia, kita seakan-akan merendahkan Allah dari posisi-Nya sebagai Pencipta yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, menjaga diri dari meminta kepada manusia adalah bentuk penghormatan terhadap rububiyah Allah.

Keempat, anjuran ini memperkuat kesempurnaan dalam ubudiyah kepada Allah. Ubudiyah adalah konsep dalam Islam yang merujuk kepada pengabdian kepada Allah semata. Ketika kita meminta kepada Allah dan menghadapkan hajat-hajat kita kepada-Nya, kita menjalankan ubudiyah dengan kesempurnaan, karena kita meyakini bahwa hanya Allah-lah yang berhak untuk kita sembah dan kita minta.

Dengan demikian, anjuran untuk menghindari sejauh mungkin dari hal-hal yang mencoreng kesempurnaan bergantung kepada Allah dan untuk menjalankan ubudiyah dengan kesempurnaan adalah pesan penting dalam ajaran Islam. Ketika seorang hamba benar-benar bergantung kepada Allah dan tunduk kepada-Nya dengan sebenarnya, ia akan menggapai janji yang paling agung.

Janji yang dimaksud adalah janji bahwa barang siapa mewujudkan tauhid dengan sebenarnya, niscaya akan masuk Surga tanpa hisab. Surga adalah tujuan akhir setiap Mukmin, dan Allah memberikan janji yang agung kepada mereka yang mewujudkan tauhid dengan sepenuh hati. Ini adalah bukti betapa pentingnya kesempurnaan tauhid dalam agama Islam.

Dalam rangka mencapai kesempurnaan tauhid, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh orang Mukminin. Pertama, mereka harus memperdalam pemahaman tentang tauhid dan keyakinan dalam hati mereka bahwa hanya Allah yang berkuasa atas segala sesuatu. Ini dapat dicapai melalui belajar lebih banyak tentang ajaran Islam dan merenungkan ayat-ayat Al-Quran yang menekankan kesempurnaan tauhid.

Kedua, mereka harus menghindari segala bentuk tathayyur atau prasangka buruk terhadap nasib atau kejadian. Ini berarti mereka harus mempercayakan segala sesuatu kepada Allah dengan tawakkal penuh. Tawakkal adalah bentuk penerimaan sepenuh hati terhadap ketentuan Allah, dan ini adalah salah satu aspek penting dari kesempurnaan tauhid.

Ketiga, orang Mukminin harus menjalankan ubudiyah kepada Allah dengan penuh kesempurnaan. Ini termasuk dalam hal beribadah, berdoa, dan meminta kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan. Dengan menjalankan ubudiyah dengan kesempurnaan, mereka memastikan bahwa mereka tidak menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya dalam ibadah.

Keempat, mereka harus merenungkan pesan yang terkandung dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan untuk tidak meminta kepada manusia. Hal ini harus menjadi prinsip dalam kehidupan sehari-hari mereka, sehingga mereka selalu menghadapkan hajat-hajat mereka kepada Allah dan tidak menggantungkan diri pada manusia.

Sebagai penutup, kesempurnaan tauhid adalah tujuan utama dalam kehidupan orang Mukminin. Mewujudkan tauhid yang bersifat wajib dan mustahab merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Dengan menghindari tathayyur, menjalankan tawakkal kepada Allah, dan tidak meminta kepada manusia, mereka dapat mencapai kesempurnaan dalam keyakinan mereka. Kesempurnaan tauhid membawa janji agung dari Allah, yaitu masuk Surga tanpa hisab. Oleh karena itu, orang Mukminin harus berupaya untuk mencapai kesempurnaan tauhid dalam setiap aspek kehidupan mereka.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image