Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Mahasiswa IPB Menciptakan Krim Anti Jerawat dari Limbah Industri Kertas Kulit Kayu Akasia

Eduaksi | Tuesday, 10 Oct 2023, 13:57 WIB

Jerawat disebabkan karena adanya penyumbatan pori-pori oleh aktivitas bakteri Propionibacterium acne, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus (Sifatullah dan Zulkarnain, 2021). Sekresi kelenjar keringat dan kelenjar minyak menghasilkan air, asam amino, urea, garam, dan asam lemak yang merupakan sumber nutrisi bagi bakteri, sehingga bakteri mampu berkembang biak dan menginfeksi kulit (Imasari dan Emasari, 2021). Infeksi bakteri mengakibatkan timbulnya kantung nanah atau jerawat. Jerawat merupakan masalah yang sudah tak asing bagi para remaja sampai dewasa baik perempuan maupun laki-laki di Indonesia, umumnya para remaja pada rentang umur 15-18. Prevalensi penderita jerawat di Indonesia berkisar 80-85% pada remaja dengan puncak insiden usia 15- 18 tahun, 12% pada wanita usia > 25 tahun dan 3% pada usia 35-44 tahun (Putranda et al., 2021). Salah satu solusi untuk menghilangkan jerawat adalah dengan pemberian antibiotik dan bahan-bahan kimia seperti retinoid. Namun, retinoid memiliki beberapa efek samping berupa iritasi kulit, seperti eritema, rasa terbakar, kulit kering, deskuamasi, dan rasa gatal serta gejala iritasi kulit lainnya (Alifiano et al., 2021).

Pembuatan sediaan obat sebagai penyusun suatu produk anti jerawat dapat menggunakan produk bahan alam sebagai zat aktifnya yang berasal dari ekstrak tumbuhan yang memiliki aktivitas antibakteri yang membantu dalam penyembuhan. Salah satunya adalah tanaman akasia (Acacia mangium). Akasia merupakan salah satu tanaman yang cepat tumbuh (fast growing species) dan mudah tumbuh (adaptive) pada kondisi lahan yang tingkat kesuburannya rendah (Somadona et al., 2020). Kayu akasia menjadi salah satu bahan baku dalam industri pulp dan kertas, industri ini akan menghasilkan produk samping berupa limbah kulit kayu akasia. Penumpukan limbah kulit kayu menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat mencemari udara di sekitar penumpukan. Hasil pemanenan kayu mangium diperoleh limbah pembalakan berupa kulit kayu sebanyak 7,282- 8,836 ton/ha atau 9,22-3,46% dari biomasa total mangium yang berumur 5-7 tahun (Suprapti et al., 2012). Kulit kayu akasia memiliki metabolit sekunder yang dapat bersifat antibakteri seperti tanin dan flavonoid (Sinaga, 2020). Flavonoid bertindak sebagai agen antibakteri dengan membentuk senyawa kompleks untuk memerangi protein ekstraseluler yang merusak integritas membran sel bakteri. Berikutnya, tanin yang memiliki kemampuan untuk menginaktifkan enzim bakteri serta mengganggu jalannya protein pada lapisan dalam sel bakteri (Kirtanayasa, 2022). Dengan adanya senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibakteri, limbah kulit kayu akasia yang diekstrak dapat dimanfaatkan menjadi suatu produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Dalam hal ini, ekstrak limbah kulit kayu akasia dapat diinovasikan sebagai obat jerawat yang mampu mematikan atau mencegah pertumbuhan bakteri penyebab jerawat yaitu Propionibacterium acne, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus.

Pemanfaatan ekstrak kulit kayu akasia untuk permasalahan jerawat ekstrak kulit kayu akasia 3% mampu secara signifikan mengurangi sebum yang merupakan sumber nutrisi bakteri penyebab jerawat. Sehingga, apabila ekstrak kulit kayu akasia ini dapat diaplikasikan dalam produk kesehatan atau kecantikan seperti krim antijerawat dapat berpotensi untuk mengatasi permasalahan jerawat (Ali et al., 2012).

Dengan begitu hadirlah produk kami KRATUSIA (Krim Anti Jerawat dari Ekstrak Kulit Kayu Akasia): Solusi Kreatif dan Inovatif dalam mengurangi limbah industri kertas Kulit Kayu Akasia. Ekstrak kulit kayu Akasia diperoleh menggunakan pelarut non-organik yaitu air dengan teknik Pressurized Hot Water Extraction, yang tentunya aman untuk kulit sensitif. Keunggulan lainnya dari KRATUSIA, yaitu berasal dari bahan baku yang ramah lingkungan. Senyawa antibakteri yang digunakan berasal dari alam (kulit kayu akasia), yaitu tannin dan flavonoid membuat KRATUSIA memiliki keunikan sendiri dalam pemanfaatan limbah organik untuk mendukung program Green Productivity. Krim KRATUSIA bermanfaat untuk mempercepat proses penyembuhan jerawat khususnya teruntuk masyarakat yang memiliki masalah kulit acne prone. Selain mengatasi permasalahan jerawat, dengan adanya KRATUSIA hal ini juga dapat meningkatkan nilai ekonomis dari limbah kulit kayu akasia, sehingga limbah industri kulit kayu akasia dapat berkurang.

Hadirnya Kratusia ini diinovasikan oleh empat mahasiswa Sekolah Vokasi Institut pertanian Bogor yang berasal dari Prodi Analisis Kimia dan Akuntansi. Mereka adalah Salsabila Defriana, Rehan Ashari, Auralatif Dewasta, dan Defi Nur Anisa dibawah bimbingan dosen Tekad Urip Pambudi Sujarnoko.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image