Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bagas Rae Supriya Hardianto

Kebiasaan Ikut-ikutan yang Meresahkan di kalangan Mahasiswa

Curhat | Thursday, 05 Oct 2023, 21:34 WIB

Kebiasaan ikut - ikutan (mob mentality ) adalah suatu fenomena psikologis di mana seseorang melakukan sesuatu karena orang lain juga ikut melakukannya, terlepas dari keyakinan mereka sendiri yang mungkin saja diabaikan atau dikesampingkan. Kecenderungan seseorang untuk menyelaraskan keyakinan dan perilaku mereka dengan kelompok ini disebut sebagai mentalitas kawanan.

Kebiasaan ikut - ikutan muncul terutama dari faktor psikologis dan sosiologis. Dimana manusia secara biologis diprogram untuk bersosialisasi dan menjadi bagian dari suatu kelompok. Berperilaku dengan cara yang sama yang dilakukan suatu kelompok dapat menimbulkan rasa memiliki dan penerimaan. Manusia juga cenderung memilih berada di tim pemenang dan menunjukkan identitas sosial mereka. Untuk melakukan hal ini, mereka mengadopsi perilaku orang-orang di sekitar mereka, dan perilaku tersebut mulai tampak diinginkan atau normal karena kedekatan dan proses pengulanganOleh karena itu, manusia cenderung ingin berperilaku dengan cara yang sama dalam kelompoknya, sehingga mereka merasa diterima oleh kelompok tersebut.

Selain itu, manusia juga suka berada di tim pemenang serta senang menunjukkan identitas sosial mereka. Untuk melakukan hal tersebut, sudah menjadi hal yang tidak mengherankan apalabila orang-orang mulai mengadopsi perilaku kelompok di sekitar mereka, dan akhirnya membuat hal yang mungkin awalnya terasa asing, kini mulai terasa normal karena adanya proses pendekatan dan pengulangan.

Kecenderungan untuk ikut-ikutan di dunia perkuliahan sudah menjadi hal yang lumrah yang dapat ditemui hampir di setiap diri mahasiswa. Hal ini dapat kita dapat terlihat pada saat ada pemilihan ketua organisasi seperti BEM dan MPM, bahkan yang mengkahwatirkan bila terjadi pada Pemilu 2024 nanti. Kebanyakan orang akan bertanya pendapat yang lain mengenai siapa yang akan dipilih. Dalam beberapa kasus, mahasiswa cenderung memilih apa yang dipilih oleh temannya, dan menganggap bahwa pilihannya lah yang paling bagus. Padahal dalam bermasyarakat, mahasiswa dianggap sebagai orang yang lebih memiliki wawasan dan orang yang akan memimpin negara ini di masa yang akan datang. Namun bila untuk hal itu saja masih ikut - ikutan mau dibawa kemana masa depan negara ini.

Bahkan, di hal yang sifatnya hanya mempengaruhi diri sendiri saja banyak mahasiswa yang ikut-ikutan. Contohnya perkara tugas, disaat ada tugas pasti ada saja mahasiswa yang bertanya pada temannya mengenai proggres mereka. Bila yang ditanya masih belum selesai mereka akan merasa lega, karena mereka tidak sendiri bila telat mengumpulkan.

Dalam kerja kelompok biasanya banyak mahasiswa yang hanya pasif saja, ikut apa kata teman, atau ikut pendapat yang ada saja. Apalagi bila didalam kelompknya ada orang yang diyakini lebih mampu atau lebih pintar darinya. Hal itu makin akan mendorong kita menjadi lebih minder dan tidak percaya akan kemampuan kita. Sehingga bila kita memiliki pemikiran yang berbeda dari orang tersebut kita menjadi ragu atau bahkan tidak berna mengungkapkan sama sekali apa yang kita pikirkan dan hanya memilih untuk mengikuti apa kata orang tersebut. Padahal seharusnya hal - hal seperti itu sudah menjadi tanggung jawab pribadi dari mahasiswa. Mereka tidak perlu menyamai nasib, pendapat, dan pilihan. Karena setiap mahasiswa seharusnya mempunyai tujuan dan rencana mereka masing - masing.

Sebenarnya bila kita bersifat pasif yang paling dirugikan adalah diri kita sendiri. Karena dengan bersikap pasif atau hanya ikut-ikutan saja kita secara tidak langsung menumpulkan otak dan skill yang kita miliki. Disisi lain dengan bersifat pasif terutama dalam berkelompok, kita akan menghambat progress dari kelompok itu sendiri, kita hanya jadi beban. Masih bagus bila kita hanya menjadi beban saat diskusi namun bekerja saat pelaksanaannya. Nah, kalo misalnya pasif di diskusi dan tidak bekerja saat pelaksanaannya? Selamat, kalian sudah menjadi parasit bagi kelompok kalian sendiri.

Bukan hanya itu saja, kebiasaan ikut-ikutan juga sering terjadi di lingkup pergaulan. Terkadang di dalam pergaulan kita ingin dianggap keren atau supaya kita diterima di pergaulan tertentu dan nggak ingin kalah dari teman, kita jadi melakukan yang akan perkuliahanmu. kebiasaan-kebiasaan mempengaruhi buruk kehidupan.

Dilansir dari laman Psychology Today, ada beberapa faktor psikologis yang menyebabkan adanay kebiasaan ikut-ikutan. Diantaranya, deindividuasi, dimana ketika seseorang terlalu menjadi bagian dari suatu kelompok, mereka mengalami kehilangan jati diri tentang siapa mereka sebagai individu. Kemudian, adanya peningkatan emosi atau perasaan tertentu di dalam sebuah kelompok, rasa ingin diterima oleh kelompok (akseptabilitas). Dan yang terakhir anonimitas yaitu berkurangnya rasa tangung jawab dan akuntabilitas seseorang yang diakibatkan adanya difusi pertanggung jawaban di suatu kelompok yang besar.

Menghindari kebiasaan ikut-ikutan bisa menjadi proses yang sulit karena hal ini sangat melekat pada mindset seorang individu. Pemikiran untuk selalu mengikuti kelompok adalah hal yang sulit untuk dihindari, begitu pula bias yang cenderung dimiliki oleh manusia secara sosial. Ada tiga langkah yang dapat Anda ambil untuk meminimalkan efek ikut-ikutan. Yaitu dengan cara berpikir kritis, tidak menerima sesuatu begitu saja (taken for granted) tetapi mencari tahu sumber dan tinggkat kepercayaannya, dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.

Bila ada yang bertanya kebiasaan ikut-ikutan itu hal yang baik ataupun buruk, jawabannya tergantung. Tergantung pada perilaku apa yang kita ikuti. Bila yang kita ikuti adalah hal yang baik, maka efeknya akan menjadi baik. Sebaliknya, bila yang kita ikuti adalah hal yang buruk maka efeknya akan menjadi buruk. Maka dari itu kita harus pandai dan cermat dalam memilih apa yang kita akan ikuti.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image