Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hanny Savitri

Social Loafing: Kurangnya Kontribusi di Dalam Kelompok

Eduaksi | 2024-07-05 23:51:51
Sumber : canva.com

Kita pasti pernah menghadapi situasi di mana kita di berikan tugas kelompok. Tetapi, saat tugas kelompok ini berjalan kita merasa bahwa ada salah satu di antara anggota kelompok tidak mengerjakan apa pun atau mereka melakukan pekerjaan dengan sedikit. Padahal sebenarnya fungsi kita diberikan tugas kelompok adalah untuk meringankan tugas yang di berikan agar kita bisa mengerjakan secara bersama sama. Ada saja orang yang tidak merasa adanya tanggung jawab di dalam kelompok. Orang tersebut sudah terbiasa untuk menyepelekan tugas kelompok.

Mereka yang biasanya menyepelekan tugas kelompok itu karena mereka terlalu bergantungan dengan teman sekelompoknya. Biasanya orang tersebut mempunyai fikiran bahwa yang mengerjakan tugas kelompok hanya yang pintar saja. Ada beberapa dari mereka merasa kurang percaya diri. Maka dari itu mereka tidak berkontrubusi sama sekali dalam kelompok. Orang orang tersebut bisa di bilang Beban Kelompok atau dalam psikologi mereka di sebut juga dengan Social Loafing.

Apa Itu Social Loafing?

Di dalam buku Psychology In Your Life, Social Loafing ini terjadi ketika ada tugas kelompok, seorang individu tidak merasa ada tanggung jawab akan tugasnya dan mereka bekerja lebih sedikit di dalam kelompok dibandingkan dengan saat mereka bekerja sendiri (Grison Sarah & Gazzaniga S Michael, 2019). Social Loafing juga dapat digambarkan sebagai suatu kebiasaan seorang individu yang bersikap malas atau terlalu bergantung dengan orang lain saat bekerja di dalam kelompok (Ying et al., 2014). Jadi, Social Loafing adalah seorang individu saat di dalam kelompok melakukan sedikit usaha dan tidak ada rasa tanggung jawab ketika menjadi bagian dalam sebuah kelompok. Social Loafing adalah Fenomena yang dapat merugikan kelompok karenadengan adanya seseorang yang mengalami fenomena ini membuat kinerja dalam kelompok berkurang dan dapat menghambat pencapaian serta keberhasilan yang di tuju dalam kelompok. Fenomena ini pertama kali ditemukan oleh seorang insinyur pertanian prancis yang bernama Max Ringelman pada tahun 1913. Kira-kira apa yang menjadi faktor dari fenomena ini?

Faktor Faktor Social Loafing

Banyak sekali faktor faktor yang mempengaruhi nya. Menurut Ziapour, dkk Ia mengatakan Faktor Kepribadian Individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi social loafing. Karena kepribadian merupakan sebuah sifat, karakteristik, pola dan atribut yang berlaku secara konsisten serta dapat membuat seorang individu bersikap tertentu secara berkelanjutan (Ziapour, dkk, 2014, sebagaimana dikutip dalam Fitriana & Saloom, 2018).

Selain faktor kepribadian individu, ada faktor Motivasi Berprestasi. Menurut kerr pada tahun 1983 faktor Motivasi Berprestasi cukup penting dalam fenomena social loafing. Karena saat kita merasa kehilangan motivasi di dalam kelompok itu dapat menyebabkan suatu masalah kolektif. Masalah kolektif ini dapat membuat seorang individu menurunkan usaha mereka dalam kelompok. (Kerr, 1983 sebagaimana dikutip dalam Fitriana & Saloom, 2018). Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi rendah cenderung lebih besar untuk melakukan Social Loafing.

Faktor Ketiga, Anggota Kelompok Terlalu Banyak. Menurut penelitian yang diteliti oleh Ringelman dalam jurnal “The Ringelmann Effect: Studies of Group Size and Group Performance1” (Ingham et al., 1974). Ia mengatakan bahwa semakin banyak anggota di dalam kelompok, maka penurunan kinerja anggota kelompok semakin menurun. Karena banyaknya anggota membuat pembagian tugas kelompok tidak sama rata. Hal itu yang menyebabkan timbulnya Social Loafing. Sebaliknya, jika kelompok anggotanya tidak terlalu banyak, kemungkinan setiap individu berkontrubusi akan makin besar. Karena, mereka merasa usaha yang mereka lakukan penting untuk kelompok.

Faktor Keempat, Jenis kelamin. Menurut penelitian jenis kelamin mempengaruhi social loafing. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa angka koefisien regresi positif menyatakan bawa pria cenderung melakukan social loafing dari pada wanita (Fitriana & Saloom, 2018). Karena kebanyakan pria lebih mementingan diri mereka sendiri, mereka lebih berdominasi dibandingkan wanita. Sedangkan, wanita lebih memiliki rasa tanggung jawab dalam kelompok, mereka suka membantu anggota dalam kelompok.

Cara Mengurangi Social Loafing

Setelah kita mengetahui apa saja yang menjadi faktor penyebab Social Loafing. Saat ini, kita juga harus tau bagaimana cara mengurangi Social Loafing. Karena jika banyak terjadi Social Loafing dampak buruknya tidak hanya untuk diri mereka sendiri saja. Tetapi, ini berdampak bagi seluruh anggota kelompok dan penilaian dalam kelompok. Berikut ini cara mengurangi Social Loafing dalam buku “Group Dynamics” (Forsyth, 2016) :

Pertama, Evaluasi Setiap Anggota. Dengan mengevaluasi setiap anggota itu dapat mengurangi Social Loafing dalam kelompok. Karena ketika sedang di evaluasi mereka cenderung lebih banyak mengeluarkan banyak usaha dan produktivitas mereka di dalam kelompok menjadi meningkat. Kita juga menjadi tau anggota mana yang ikut berkontrubusi lebih banyak di dalam kelompok. Dan menjadi tau siapa saja yang tidak mengerti akan tugas kelompok.

Kedua, Menetapkan Tujuan Grup. Di dalam kelompok kita harus menetapkan tujuan dengan jelas dan menantang. Karena jika kita menetapkan tujuan yang menantang seseorang akan merasa semangat dalam mengerjakan tugasnya. Mereka juga akan merasa bahwa tujuan yang ingin mereka capai itu sulit, maka dari itu mereka akan berusaha lebih giat. Dengan adanya ini dapat mengurangi adanya fenomena Social Loafing dalam kelompok.

Ketiga, Menetapkan Tugas Setiap Anggota. Dengan kita menetapkan tugas setiap anggota dengan rata, itu dapat mengurangi anggota dalam merasakan Social Loafing. Karena sudah memiliki tanggung jawab tugas sendiri sendiri. Anggota juga tidak akan binggung tugas mana yang akan mereka kerjakan. Dan dengan adanya ini kita menjadi tau mana anggota yang tidak mengerti akan tugas kelompok.

Jadi, kita memang tidak bisa menghindari tugas kelompok. Karena memang ada beberapa tugas yang mengharuskan kita untuk bekerja kelompok untuk meringankan tugas tersebut. Tetapi dengan adanya sebuah fenomena Social Loafing ini bukan berarti bekerja di dalam sebuah kelompok merupakan hal yang buruk, melainkan dengan adanya sebuah fenomena ini kita harus meningkatkan rasa sadar diri. Kita juga bisa mengatasi fenomena ini dengan baik sehingga dapat berkurangnya fenomena Social Loafing.

Referensi 

Fitriana, H., & Saloom, G. (2018). Prediktor Social Loafing dalam Konteks Pengerjaan Tugas Kelompok pada Mahasiswa. INSAN Jurnal Psikologi Dan Kesehatan Mental, 3(1), 13. https://doi.org/10.20473/jpkm.v3i12018.13-22

Forsyth, R. D. (2016). Group Dynamics (D.-J. Hague, Ed.; Fifth Edition). Wadsworth Publishing.

Grison Sarah, & Gazzaniga S Michael. (2019). Psychology In Your Life (Sarah Grison, Michael S. Gazzaniga) (1) (Snavely L Sheri, Ed.).

Ingham, A. G., Levinger, G., Graves, J., & Peckham, V. (1974). The Ringelmann Effect: Studies of Group Size and Group Performance1. In JOURNAL OF EXPERIMENTAL SOCIAL PSYCHOLOGY (Vol. 10).

Ying, X., Li, H., Jiang, S., Peng, F., & Lin, Z. (2014). Group laziness: The effect of social loafing on group performance. Social Behavior and Personality, 42(3), 465–472. https://doi.org/10.2224/sbp.2014.42.3.465

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image