Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Pemilihan Pasangan Hidup Ideal: Perspektif Budaya dan Islam

Agama | Monday, 11 Sep 2023, 19:42 WIB
Dok. Republika.co.id

Pemilihan pasangan hidup adalah salah satu keputusan terpenting dalam hidup seseorang. Dalam berbagai budaya dan agama, terdapat kriteria-kriteria yang digunakan untuk menentukan pasangan hidup yang ideal. Dalam budaya Jawa, terdapat konsep "bibit, bebet, bobot," sementara dalam perspektif Islam, agama menjadi kriteria utama. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi kedua perspektif ini, menggali makna dari konsep "bibit, bebet, bobot," serta mengeksplorasi mengapa agama diutamakan dalam Islam dalam konteks pemilihan pasangan hidup.

Bibit, Bebet, Bobot dalam Budaya Jawa

"Bibit, bebet, bobot" adalah istilah dalam budaya Jawa yang digunakan untuk menentukan kriteria pasangan hidup yang ideal. Ini adalah konsep yang sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan nilai-nilai Jawa. Mari kita telaah masing-masing komponen dari konsep ini:

1. Bibit (Keturunan)

Bibit mengacu pada keturunan atau latar belakang keluarga seseorang. Dalam budaya Jawa, memiliki keturunan yang baik sering kali dianggap penting karena keturunan yang baik akan menjadi cerminan bagi keluarga. Ini mencakup sejarah keluarga, kebangsawanan, atau reputasi keluarga yang terjaga dengan baik.

2. Bebet (Status Sosial Ekonomi)

Bebet mengacu pada status sosial ekonomi seseorang. Dalam masyarakat Jawa, status sosial ekonomi yang setara antara pasangan dapat dianggap sebagai dasar untuk membangun kehidupan rumah tangga yang harmonis. Ketidaksetaraan ekonomi dapat menjadi sumber konflik dalam pernikahan.

3. Bobot (Kualitas Diri)

Bobot merujuk pada kualitas diri seseorang, seperti kepribadian, pendidikan, dan pencapaian. Dalam budaya Jawa, memiliki kualitas diri yang baik, seperti kepribadian yang baik, pengetahuan, dan pencapaian yang positif, dianggap sebagai bekal yang penting bagi kehidupan rumah tangga yang sukses.

Namun, perlu dicatat bahwa kriteria-kriteria ini hanyalah pertimbangan, bukan syarat mutlak. Dalam pemilihan pasangan hidup, faktor-faktor seperti cinta, ketertarikan, dan kompatibilitas juga memiliki peran yang sangat penting.

Agama Sebagai Kriteria Utama dalam Islam

Dalam perspektif Islam, kriteria pasangan hidup ideal yang paling utama adalah agama. Ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad yang menyatakan bahwa wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya, dan disarankan untuk memilih wanita yang beragama.

Pentingnya agama dalam pemilihan pasangan hidup dalam Islam berkaitan dengan keyakinan bahwa agama yang kuat akan menjadi dasar bagi kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan warahmah. Agama memberikan kerangka moral yang kuat bagi pasangan untuk memahami dan menjalani kewajiban mereka dalam pernikahan, seperti saling mendukung, menghormati, dan menjaga hubungan yang harmonis.

Selain agama, kriteria lain yang dapat dipertimbangkan dalam memilih pasangan hidup dalam Islam mencakup keturunan, status sosial ekonomi, dan kualitas diri. Meskipun agama diutamakan, faktor-faktor lain ini juga harus dipertimbangkan agar pasangan dapat hidup dalam keseimbangan dan harmoni.

Kesimpulan

Dalam pemilihan pasangan hidup, budaya dan agama memiliki peran yang signifikan dalam menentukan kriteria pasangan yang ideal. Dalam budaya Jawa, konsep "bibit, bebet, bobot" mencerminkan nilai-nilai sejarah dan sosial masyarakat Jawa, sementara dalam Islam, agama menjadi kriteria utama yang diutamakan. Kedua perspektif ini mengajarkan pentingnya memilih pasangan yang memiliki nilai-nilai dan keyakinan yang sejalan dengan nilai-nilai pribadi dan agama masing-masing individu. Namun, pada akhirnya, pemilihan pasangan hidup juga harus didasarkan pada ketertarikan, cinta, dan kompatibilitas antara kedua belah pihak, karena cinta adalah inti dari sebuah pernikahan yang bahagia dan berkelanjutan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image