Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Menggabungkan Ilmu dan Kesabaran dalam Dakwah

Agama | Saturday, 09 Sep 2023, 05:36 WIB
Dok. Republika.co.id

Pada dasarnya, seorang da'i atau penceramah agama memiliki tanggung jawab besar dalam menyalurkan ajaran dan pemahaman agama kepada orang-orang. Salah satu hal yang menjadi kewajiban utama bagi seorang da'i adalah bersabar, tabah, dan tidak tergesa-gesa dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini merupakan suatu aspek penting dalam dakwah yang seringkali diabaikan oleh banyak individu. Dalam tulisan ini, kita akan mengulas mengapa kesabaran adalah kunci dalam menjalankan peran sebagai seorang da'i dan bagaimana kesabaran ini dapat memberikan pemahaman agama kepada orang-orang.

Kesabaran adalah salah satu sifat terpuji dalam Islam yang dianjurkan oleh Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur'an, "Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" (QS. al-Anfal/ 8: 46). Dari ayat ini, kita bisa melihat bahwa Allah mendukung orang-orang yang bersabar, termasuk para da'i yang berjuang untuk menyebarkan ajaran-Nya. Kesabaran adalah kunci untuk menghadapi berbagai tantangan dan rintangan dalam berdakwah.

Seorang da'i harus bersabar dalam memberikan pemahaman agama kepada orang-orang. Tidak semua orang memiliki pemahaman agama yang sama, dan ada yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahaminya. Oleh karena itu, seorang da'i harus bersedia meluangkan waktu dan tidak tergesa-gesa dalam memberikan bimbingan. Kesabaran ini akan membantu orang awam untuk memahami agama dengan baik.

Selain itu, seorang da'i juga harus sabar dalam menjawab pertanyaan dan keraguan yang mungkin muncul dari para hadirin kajian. Terkadang, ada orang yang tidak dapat memahami maksud dari ucapan da'i atau muballigh. Dalam hal ini, seorang da'i harus siap untuk mengulang-ulang perkataan dan menjelaskannya dengan ungkapan-ungkapan yang variatif. Hal ini bertujuan agar penyampai pengajaran dan wejangan benar-benar dapat dipahami oleh para hadirin.

Kesabaran dalam menjelaskan akan membantu memastikan bahwa pesan yang disampaikan menjadi jelas dan dapat diterima oleh semua orang.
Kesabaran juga sangat penting ketika seorang da'i menghadapi tantangan atau penolakan dari orang-orang. Dalam proses berdakwah, tidak semua orang akan menerima ajaran agama dengan baik. Ada yang akan menentang, mencemooh, atau bahkan mencoba menipu da'i tersebut. Dalam hal ini, seorang da'i harus mengambil contoh dari Nabi Muhammad yang menghadapi banyak rintangan dan penolakan selama risalah kenabiannya. Allah berfirman, "Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah" (QS. an-Nahl/ 16: 127). Kesabaran adalah kunci untuk mengatasi rintangan ini, dan dengan kesabaran, seorang da'i dapat menghadapinya dengan tenang dan tidak terpengaruh.

Selain kesabaran, seorang da'i juga harus bersikap tabah. Tabah adalah sifat keteguhan hati dalam menghadapi berbagai cobaan dan ujian. Dalam berdakwah, seorang da'i mungkin akan menghadapi berbagai cobaan seperti kritik, penghinaan, atau bahkan ancaman terhadap dirinya. Dengan sikap tabah, seorang da'i akan tetap teguh dalam keyakinan dan misinya untuk menyebarkan ajaran agama. Keberanian untuk tetap berdiri tegak dalam menghadapi cobaan adalah hal yang sangat penting dalam berdakwah.

Seorang da'i juga harus menjaga agar hatinya tidak terlalu bersempit dada terhadap orang-orang yang mungkin tidak menerima dakwahnya. Hal ini penting karena dalam berdakwah, tidak semua orang akan segera mengubah pandangan mereka. Ada yang butuh waktu lebih lama untuk merespons dakwah tersebut. Oleh karena itu, seorang da'i harus memiliki hati yang luas dan tidak mudah merasa kecewa atau putus asa jika tidak melihat hasil yang instan.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai da'i, seorang individu juga harus selalu berpegang pada ilmu. Allah memerintahkan dalam Al-Qur'an, "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap sesuatu, 'Sesungguhnya aku akan mengerjakannya besok-besok,' melainkan dengan mengatakan, 'Insya Allah'..." (QS. al-Kahf/ 18: 23-24). Ini mengajarkan pentingnya mengakui keterbatasan manusia dan bergantung pada kehendak Allah dalam segala hal. Oleh karena itu, seorang da'i harus memiliki ilmu yang cukup untuk memberikan pemahaman agama yang benar kepada orang-orang.

Da'i juga harus bersedia terus belajar dan meningkatkan pemahaman agamanya. Karena Islam adalah agama yang luas dan dalam, tidak ada seorang pun yang bisa menguasai seluruhnya. Oleh karena itu, seorang da'i harus terus menggali ilmu agama dan memperdalam pemahamannya agar dapat memberikan bimbingan yang akurat dan relevan kepada orang-orang.

Dalam menjalankan tugas dakwah, seorang da'i juga harus memahami bahwa kesabaran dan keteladanan adalah dua hal yang saling terkait. Seorang da'i harus menjadi teladan bagi orang-orang yang diajarinya. Kesabaran dan keteladanan adalah dua sifat yang dapat memberikan dampak positif dalam menginspirasi orang lain untuk mengikuti ajaran agama dengan baik.

Seorang da'i juga harus menjaga akhlak dan etika yang baik dalam berdakwah. Tidak hanya kata-kata yang diucapkan, tetapi juga perilaku dan sikap sehari-hari harus mencerminkan ajaran agama yang dia sampaikan. Dengan cara ini, seorang da'i dapat memberikan contoh yang baik kepada orang-orang dan menjadikan agama lebih menarik bagi mereka.
Kesimpulannya, menjadi seorang da'i adalah tugas besar yang memerlukan kesabaran, keteladanan, dan ilmu agama yang kuat. Seorang da'i harus bersabar dalam memberikan pemahaman agama kepada orang-orang, menjawab pertanyaan mereka, dan menghadapi berbagai cobaan dalam berdakwah. Kesabaran ini juga harus diiringi dengan keteladanan, yaitu menjadi teladan yang baik bagi orang-orang yang diajarinya. Selain itu, ilmu agama yang kuat juga merupakan pondasi yang penting dalam menjalankan peran sebagai seorang da'i. Dengan menggabungkan kesabaran, keteladanan, dan ilmu agama, seorang da'i dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan memberikan pemahaman agama yang benar kepada orang-orang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image