Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image David J. Prasetyo

Artificial Intellegence : Ancaman, Tantangan, Sekaligus Teman

Lomba | Thursday, 31 Aug 2023, 14:21 WIB
Sumber gambar : Google Images

Tahun 2023 menjadi tahun yang menarik bagi sebagian dari kita. Pada tahun ini terjadi perkembangan teknologi yang sangat pesat. Artificial Intelligence adalah bahan obrolan yang renyah sejak awal tahun ini. Kehadirannya telah membuka pintu gerbang menuju dunia yang sangat kompleks, imajiner dan revolusioner.

Hadirnya AI berhasil mengubah cara pandang, cara kerja, dan bahkan cara berpikir kita umat manusia. Namun di sisi yang lain, telah muncul pertanyaan besar tentang apakah AI ini akan menjadi ancaman bagi umat manusia? Ataukah ia hadir sebagai tantangan yang harus dilewati? Atau mungkin justru akan menjadi teman setia yang akan membantu kita melangkah lebih maju?

Pada artikel ini kita akan mencoba mengeksplorasi berbagai potensi ancaman yang mungkin dibawa oleh AI. Setelahnya, kita melangkah pada tantangan sosial terkait penggunaan Artificial Intelligence (AI). Namun kurang lengkap rasanya jika membahas AI hanya sekedar ancaman dan tantangan tanpa mengakui peran AI yang bisa dimainkan sebagai sekutu yang siap membantu kita dalam menghadapi berbagai permasalahan.

Pada akhirnya kita bisa menyimpulkan apakah AI ini sesuatu yang berbahaya untuk disebut sebagai ‘teman’. Ataukah kehadirannya justru tidak memberikan ancaman yang perlu kita khawatirkan?

Potensi Ancaman AI dalam Dunia Industri, Ekonomi, dan Keamanan Umat Manusia

Memasuki abad ke-21, kita telah ditunjukan transformasi industri yang luar biasa. Transisi konsep industri 2.0 menuju industri 3.0 telah memberikan dampak yang signifikan. Pekerjaan yang semula dilakukan oleh operator berganti prosesnya dikerjakan oleh tangan-tangan robot dan mesin yang mampu bekerja secara mandiri (otomatis). Digitalisasi mesin menjadi tren pada era itu karena mesin dianggap lebih efektif dan minim resiko dibandingkan manusia.

Lalu pada 2011, pemerintah Jerman memperkenalkan konsep industri 4.0 pada acara Hannover Fair. Konsep ini ditandai dengan integrasi teknologi digital yang semakin canggih. Artificial Intelligence juga salah satunya. Kehadiran AI dalam industri 4.0 telah menjadi jembatan menuju industri cerdas dengan otomatisasi yang lebih mendalam dan detail serta penggunaan data yang lebih luas. Hal ini menjadi tantangan baru bagi dunia industri yang secara tidak langsung akan berimbas pada ranah ekonomi.

Berbagai janji manis AI dalam industri 4.0 ini memunculkan kekhawatiran yang besar tentang potensi hilangnya tenaga kerja manusia beriringan dengan perkembangan teknologi itu sendiri. Peralihan industri 4.0 mengotomatisasi mesin robotik industri yang mampu mengubah lanskap pekerjaan dalam berbagai sektor. Berbagai pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan oleh manusia, kini dengan mudah dikerjakan oleh mesin dengan algoritma AI yang lebih canggih. Mungkinkah ini awal gelombang pasang transformasi Artificial Intelligence dalam mengambil alih peran manusia?

Keluar dari sektor industri, muncul pertanyaan lain dalam ranah sosial ekonomi. Kehadiran AI membawa implikasi yang dikhawatirkan akan meningkatkan kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada. Pertanyaan besarnya adalah apakah akan ada kesempatan yang adil bagi seluruh lapisan masyarakat dalam mengakses dan menghadapi perkembangan teknologi yang satu ini? Ataukah hanya akan menjadi tameng kekuatan dominasi perusahaan besar dalam mempertahankan eksistensinya?

Potensi ancaman lainnya muncul dalam sektor keamanan. Tentu kita tidak asing dengan istilah “No System is Safe” yang sering dilontarkan oleh para praktisi teknologi. Begitu pula dengan AI, mereka hadir dengan berbagai fitur dan solusi, namun dibalik itu tentu ada resiko pelanggaran keamanan dan pencurian data privasi yang juga semakin besar.

Siapa yang bisa menjamin perlindungan data privasi dan keamanan kita di dunia yang semakin terkoneksi?

Dengan berbagai potensi ancaman tersebut di atas, menjadi renungan bagi kita tentang kehadiran AI dalam mengambil peran kerja di dunia industri, ekonomi, sosial, serta keamanan data dan privasi. Kita akan melihat bagaimana solusi dalam mengatasi potensi ancaman di atas dan mengubah potensi kerugian AI menjadi alat yang multiguna di era industri 4.0.

Dilema Moral Kecerdasan Buatan Dalam Ujian Etika Manusia

Setelah ancaman yang cukup membuat kita overthinking, maka selanjutnya mari lebih ekstra berpikir keras tentang tantangan yang berjalan dibelakangnya.

Kecerdasan buatan membuka teknologi yang semakin maju. Dalam perjalanan perkembangan AI, kita dibawa memasuki lorong gelap dan kompleks dimana teknologi dan etika sosial bertemu lalu terjadi pertarungan menarik. Di lorong inilah kita akan melihat AI sebagai tantangan sekaligus refleksi nilai-nilai manusiawi.

Ketika AI Menghadapi Tantangan Moral

Pada dasarnya, AI adalah teknologi buatan manusia, yang mana mereka bisa karena ajaran yang diberikan manusia. Selayaknya mereka adalah murid yang belajar pada gurunya. Baik tidaknya pola pikir dan tindakan yang dilakukan oleh kecerdasan buatan (AI) tergantung bagaimana guru mendidiknya.

Salah satunya ialah ketika AI dihadapkan pada situasi moral yang rumit. AI harus mampu memberikan keputusan apapun resikonya. Sebagai contoh, sistem self driving pada mobil-mobil cerdas saat terjadi kondisi darurat. AI harus memilih prioritas antara melindungi pengemudi atau pejalan kaki dengan algoritma canggihnya.

Contoh lainnya yang sempat ramai di kalangan warganet akhir-akhir ini, ialah kehadiran DeepFake. AI ini mampu menyunting gambar atau video dengan wajah orang yang berbeda dari aslinya. Kehadirannya menjadi hiburan tersendiri bagi penikmat teknologi visual, namun juga menjadi tantangan etika yang rumit diselesaikan. Berbagai kasus editing sensual dan tidak seronok sering menyeret teknologi ini.

Inilah yang menjadi tantangan, bukan hanya para developer AI, namun juga kita pengguna kecerdasan buatan itu. Bagaimana AI harus memutuskan? Dan bagaimana kita ‘mengajari’ AI agar sesuai dengan nilai-nilai budaya kita?

Menghadapi Bias yang Muncul dalam Artificial Intelligence

AI bekerja dengan algoritma yang diberikan kepadanya. Algoritma ini tentu berdasar pada basis data yang menyertainya. Jika basis data mengandung bias tertentu, maka algoritma akan memahami dan memberikan respon dengan cara yang sama, hal ini akan nampak pada keputusan yang diambil oleh AI. Semisal terjadi bias gender pada data teknologi pengenalan wajah (Face Recognition) yang mungkin akan menghasilkan respon yang diskriminatif.

Selain itu AI juga akan membantu memperkuat bias yang ada. Jika basis data yang dimiliki sejak awal sudah mengandung bias, maka dengan algoritma yang terus berulang akan membuat bias tersebut semakin kuat. Yang nanti pada akhirnya akan direkomendasikan dan dipercayai sebagai kebenaran mutlak oleh AI tersebut. Tentu akan menimbulkan kesalahpahaman bahkan kesenjangan dan diskriminasi yang lebih lanjut.

Maka untuk mengurangi dan menghindari tantangan tersebut diperlukan keterlibatan proaktif dari peneliti, pengembang, dan regulator untuk mengawasi dan menyelaraskan AI agar sesuai dengan norma dan nilai manusia. Ini mencakup pada pedoman etika AI, pelatihan data yang detail dan teliti, serta audit pada sistem Artificial Intelligence agar dapat mendeteksi bias data dan mengoreksi agar tidak semakin memperkuat bias yang terjadi.

Selain itu, kita sebagai pengguna juga harus mampu mengawasi serta ikut andil dengan memberikan feedback kepada pengembang apabila terjadi kesalahan pada respon algoritma yang diberikan. Pengguna adalah brainware yang akan menentukan nilai guna AI di kemudian hari.

AI Adalah Teman Setia

Setelah menjelajahi ancaman dan tantangan, kurasa kurang fair jika tidak mengakui peran AI sebagai sekutu. Kehadiran AI harus diakui dapat membantu kita membuka jalan semakin lebar untuk lebih maju.

AI dapat menjadi alat yang kuat dengan akses data besar (big data) mampu menyelesaikan masalah-masalah rumit serta memberikan wawasan yang berharga.

Menjadi kolaborasi yang ‘epic’ antara manusia bersama algoritma yang akan menghasilkan produk yang luar biasa. Seperti pada bidang kesehatan, dimana AI dapat membantu tenaga medis dalam mendiagnosa penyakit lebih akurat. Juga pada lini bisnis, AI membantu memberikan rekomendasi strategis dalam mengambil keputusan manajemen dan pemasaran.

Dengan kecerdasan buatan, mesin robotik dapat mengambil alih pekerjaan manusia yang monoton dan rutin. Tenaga manusianya bisa difokuskan pada pekerjaan lain yang membutuhkan kreativitas, inovasi dan empati. Maka dengan ini, teknologi AI akan membantu kita lebih produktif dan efisien.

Selain membantu efisiensi, AI dengan algoritma canggihnya bisa membantu kita mengatasi masalah yang lebih kompleks. Seperti membantu memahami penyakit, perubahan iklim, serta memberikan keputusan yang tepat dalam kondisi darurat. AI akan senantiasa membantu kita menghadapi masalah global yang semakin kompleks.

Peran Manusia Tak Tergantikan

Pada zona ancaman kita pahami bahwa AI dapat merebut posisi manusia dalam sektor pekerjaan. Namun perlu diingat bahwa AI adalah produk ciptaan manusia. AI adalah produk dari perkembangan teknologi yang pesat. Manusia memiliki kendali dari teknologi ini. Jangan sampai sebaliknya, kita yang dikendalikan oleh teknologi.

Memang AI akan mengambil alih beberapa lini pekerjaan, tapi percayalah bahwa AI akan tetap membutuhkan manusia sebagai operatornya. Otomatisasi akan dilakukan oleh AI pada pekerjaan yang berjalan berulang, rutin, dan monoton. Sedangkan untuk bidang yang membutuhkan kreativitas, inovasi, dan empati, AI masih terlalu dini ke arah sana. AI juga belum mampu mengalahkan orisinalitas karya manusia, maka masih ada peluang besar dibalik itu semua.

Kolaborasi antara manusia dan algoritma akan menghasilkan potensi yang lebih baik. Maka kita harus bersiap untuk hidup berdampingan dengan algoritma AI ini. Di era saat ini dan di kemudian hari, AI akan menjadi teman setia yang akan senantiasa membantu kita menghadapi tantangan kompleks.

AI : Ancaman, Tantangan dan Teman

Pada bagian ini adalah akhir perjalanan kita mengeksplorasi dunia AI yang menggugah minat kita dalam memahaminya bahwa kehebatan AI adalah refleksi kemampuan dan kompleksitas manusia dalam berkembang.

AI adalah ancaman yang harus kita atasi, tantangan yang harus kita hadapi, serta menjadi teman yang akan membantu kita mencapai level yang lebih tinggi.

Ingatlah, meskipun kita dapat mengajak AI dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan besar, namun keputusan final tetap berada pada kendali kita. Bagaimana AI ini diarahkan dan dikendalikan akan menentukan masa depan kita pada akhirnya.

Ini adalah era kolaborasi, dimana kita sebagai manusia, bersama dengan teman cerdas bernama AI, memiliki kesempatan besar dalam mengubah dunia. Jadi, mari kita berjalan dengan bijaksana memanfaatkan potensi AI untuk mengatasi problematika yang besar di depan sana.

#hutrol28 #lombanulisretizen #republikawritingcompetition

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image