Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Membangun Hubungan Harmonis dalam Pernikahan Berlandaskan Petunjuk Nabi

Agama | Monday, 14 Aug 2023, 05:30 WIB
Dok. Republika.co.id

Pernikahan merupakan institusi suci yang ditakdirkan untuk membentuk hubungan yang harmonis antara suami dan istri. Dalam membangun hubungan tersebut, petunjuk yang berasal dari Nabi Muhammad saw. memiliki peran penting. Hadits yang menyatakan "Jangan seorang Mukmin membenci Mukminah. Bila membenci satu sifat darinya, ia menyukai sifat lain darinya" (HR. Muslim no.1469) memberikan panduan berharga bagi suami dalam memperlakukan istri dengan adil dan bijaksana.

Dalam hadits ini, Nabi Muhammad. mengajarkan pentingnya sikap adil dan pemahaman yang mendalam terhadap pasangan hidup. Petunjuk ini menunjukkan bahwa ketidaksetujuan atau perbedaan dalam karakteristik istri tidak seharusnya menjadi alasan bagi suami untuk merasa benci.

Alih-alih itu, suami diarahkan untuk melihat sisi-sisi positif dari istri, yang bisa menjadi pendorong untuk menyayangi dan menghargainya. Dalam konteks ini, pendekatan yang disarankan oleh Nabi Muhammad. memiliki implikasi yang luas dalam kehidupan pernikahan.

Pertama, hal ini mendorong suami untuk mengembangkan kesabaran dan pemahaman yang lebih dalam terhadap istri. Dalam hubungan jangka panjang, perbedaan karakteristik dan akhlak adalah hal yang wajar. Sikap bijaksana dan pemahaman yang tulus akan membantu mencegah konflik yang tidak perlu.

Kedua, petunjuk ini juga memperkuat nilai-nilai keadilan dalam pernikahan. Dengan tidak membiarkan perbedaan sifat menjadi pemisah antara suami dan istri, hubungan tersebut menjadi lebih seimbang dan saling melengkapi. Sebagai seorang Mukmin, suami diajak untuk melihat pasangan hidupnya sebagai rekan dalam perjalanan menuju kebaikan, dan bukannya sebagai lawan.

Dalam konteks keseimbangan pernikahan, mengutamakan aspek positif dari pasangan juga dapat memunculkan perasaan cinta yang lebih dalam. Dengan fokus pada kualitas yang disukai, suami dapat membina ikatan emosional yang lebih kuat dengan istri. Ini memberikan fondasi yang lebih kokoh bagi kebahagiaan dan ketenangan dalam rumah tangga.

Tentu saja, menjalankan petunjuk Nabi ini tidaklah mudah. Dibutuhkan usaha dan kesadaran diri yang mendalam. Suami harus melatih diri untuk mengatasi prasangka dan kesalahpahaman yang mungkin muncul akibat perbedaan karakteristik.

Keterbukaan komunikasi dan kesediaan untuk belajar dari satu sama lain adalah langkah-langkah penting dalam menerapkan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pandangan Imam an-Nawawi, hadits ini mencakup larangan terhadap perasaan benci terhadap istri. Hal ini menjadi panggilan untuk membangun fondasi kasih sayang yang kuat dan tulus. Memahami bahwa istri memiliki banyak aspek positif yang dapat diapresiasi, akan memungkinkan suami untuk merasakan kedamaian dan kebahagiaan dalam rumah tangga.

Secara keseluruhan, hadits ini membawa pesan penting tentang pentingnya sikap adil dan penerimaan dalam hubungan pernikahan. Dengan memahami bahwa perbedaan adalah bagian alami dari kehidupan berpasangan, suami diarahkan untuk menghargai dan mencintai istri tanpa syarat. Melalui pendekatan ini, hubungan pernikahan dapat tumbuh menjadi lebih kuat, harmonis, dan penuh kasih, sejalan dengan ajaran Nabi Muhammad.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image