Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zahro Nazifa

Analisis Terjemahan dari Teks Arab (Ayat Al-Qur'an, Hadist, dan Perkataan Ulama)

Eduaksi | Wednesday, 29 Dec 2021, 00:20 WIB

A. Pendahuluan

Pada zaman sekarang ini, penerjemahan memiliki peranan yang sangat penting, khususnya di dalam dunia akademik yang banyak menggunakan literatur-literatur berbahasa asing , misalnya bahasa Arab yang sering menjadi kendala bagi para akademisi yang memiliki pemahaman bahasa Arab yang kurang bagus. Oleh karena itu, salah satu aplikasi dari penerjemahan dengan memanfaatkan teknologi adalah dengan pemakaian google translate atau mesin penerjemahan dengan aplikasi google yang bisa digunakan untuk mengalihkan pesan dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Pernyataan senada juga disampaikan oleh Asmaul Fauziah dkk, bahwasanya akurasi makna google translate dalam kitab “Fathul Qorib” tidaklah akurat. Sebab, google translate hanya tepat dalam menerjemahkan makna isim, fi’il, dan huruf secara harfiah, bukan dalam sebuah kalimat yang sempurna. Selain itu, hasil terjemahan google translate pada makna khusus, istilah bidang keagamaan, ejaan, tanda baca, tata kalimat, morfologi, dan leksikon tidak akurat. Sehingga, makna terjemahan yang dihasilkan tidak tepat, dan pesan yang terkandung di dalamnya tidak dapat dipahami. Layanan mesin google translate digunakan sebagai objek dalam penulisan makalah ini karena layanan mesin ini sering digunakan oleh para mahasiswa ataupun penerjemah untuk menerjemahkan secara instan. Kendala yang dialami oleh pengguna layanan ini adalah sering ditemukan terjemahan yang tidak gramatikal.

Maka dari sinilah, pentingnya untuk kita semua terutama mahasiswa dijurusan Bahasa dan sastra Arab, serta jurusan tarjamah berperan penting untuk menganalisa berbagai kesalahan pada terjemahan yang ada terutam pada google translate. Dan untuk mahasiswa Bahasa Arab jangan lagi berpatokan pada aplikasi google translate.

B. Pembahasan

Ayat Al-Qur’an

Surah Ali Imran (3):191

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَا طِلًا سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَا بَ النَّا رِ

“(Ya) Tuhan Kami, tidaklah Engkau jadikan menciptakan semua ini dengan percuma sia-sia (dengan tidak mengandung hikmah), Maha Suci Engkau. Maka lindungilah kami dari siksa api neraka.”

Perbandingan

Jika dilihat dari penerjemahan tafsirnya adalah “Wahai Rabb, Engkau tidak menciptakan makhluk yang sangat besar ini untuk bersenda gurau. Mahasuci Engkau dari senda gurau. Maka jauhkanlah kami dari azab Neraka, dengan cara Engkau bimbing kami kepada perbuatan-perbuatan yang baik dan Engkau lindungi kami dari perbuatan-perbuatan yang buruk. (Tafsir al-Mukhtashar)

”wahai tuhan kami, Engkau tidaklah menciptakan makhluk ciptaan ini dengan sia-sia. Dan Engkau Maha suci dari hal itu. Maka jauhkanlah dari kami siksaan neraka. (Tafsir al-Muyassar) Strategi

a. Kata

Diterjemahkan Tuhan Kami pada kalimat itu memang jelas tidak ada huruf nida’ namun, derajat Tuhan yang tinggi maka seharusnya dalam terjemahannya menggunakan “Ya Tuhan Kami” sehingga pembaca pun mengetahui bahwa kalimat tersebut seruan kepada Tuhan yang Maha Tinggi. Kemudian pada kata خَلَقْتَ tidak diterjemahkan sesuai makna katanya, yaitu “menciptakan” dan pada kata بَا طِلًا itu lebih tepat diterjemahkan dengan kata “sia-sia”.

b. Kalimat

Dan pada kalimat itu ada kata yang tidak diterjemahkan, misalnya فَقِنَا عَذَا بَ النَّا رِ yang artinya adalah “maka, lindungilah kami dari siksa api neraka”. Jadi, solusi dari kalimat terjemahan ini adalah “Ya Tuhan Kami, tidaklah Engkau menciptakan (semua) ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka lindungilah kami dari siksa api neraka.

Hadist

hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari

إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ: اَلْحَمْدُ الله, وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ يَرْحَمُكَ الله, فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ الله,

فَلْيَقُلْ يَهْدِيكُمُ الله, وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ .

“Jika salah seorang dari kalian bersin maka hendaknya dia mengatakan ucapkanlah, “Alhamdulillāh.” (segala puji bagi Allah) Dan hendaklah saudaranya yang mendengarnya mengucapkan, “Yarhamukallāh.” (semoga Allah merahmatimu) Jika saudaranya ia mengucapkan “Yarhamukallāh,” maka (yang bersin) tadi menjawab lagi dengan mengatakan mengucapkan “Yahdikumullāh wa yushlihu bā lakum” (semoga Allāh memberi petunjuk kepadamu dan semoga Allāh meluruskan/memperbaiki urusan keadaanmu).”

Perbandingan

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ اَلنَّبِيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ: – إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ: اَلْحَمْدُ لِلَّهِ, وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ يَرْحَمُكَ اَللَّهُ, فَإِذَا قَالَ لَهُ: يَرْحَمُكَ اَللَّهُ, فَلْيَقُلْ: يَهْدِيكُمُ اَللَّهُ, وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ – أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seseorang di antara kalian bersin, maka ucapkanlah ALHAMDULILLAH (segala puji bagi Allah). Hendaklah saudaranya mengucapkan YARHAMUKALLAH (semoga Allah merahmatimu). Jika ia mengucapkan YARHAMUKALLAH, ucapkanlah YAHDIKUMULLAH WA YUSHLIH BAALAKUM (semoga Allah memberikan petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 6224]

Strategi

a.Kata Pada kata mengatakan lebih pas jika diganti dengan kata ucapkanlahataupun mengucapkan, atau tidak apa jika diartikan mengatakan, namun harus stabil, tidak berubah-rubah. Kemudian, kata mendengarnya dihilangkan dan setelah kata dan ditambahkan hendaklah. Terdapat juga kata meluruskan/memperbaiki, pada kata tersebut seharusnya pilih salah satu darinya dan yang lebih tepat dengan artinya adalah memperbaiki. Selain itu kata urusanmu lebih tepat jika diubah menjadi keadaanmu.

b.Kalimat Pada kalimat hendaknya dia mengatakan, itu sebaiknya diubah langsung to the point menjadi ucapkanlah, karna termasuk kedalam perintah. Jika pada kalimat yarhamukallah, yahdikumullah, dan wasyushlih hubaalakum diartikan, maka pada kalimat Alhamdulillah juga seharusnya diartikan segala puji bagi Allah. Dan pada kalimat semoga Allah bagian kedua sebaiknya dihilangkan karna termasuk pemborosan kata.

Pendapat Ulama

Al-Khathib asy-Syirbini, seorang ulama bermadzhab Syafi’I, mendefinisikan wudhu sebagai berikut

أفعال مخصوصة مفتتحة بالنية أو هو استعمال الماء في أعضاء مخصوصة مفتتحا بالنية

“Beberapa perbuatan tertentu yang dimulai dari dengan niat, atau yaitu penggunaan air pada anggota badan tubuh tertentu dimulai dengan niat.”

Perbandingan

Jika dikutip dari artikel lain adalah seperti ini

mengutik dalam penjelasan dalam kitab Al-Fiqh Al-Manhaji ala Madzhabis Syafi’i:

اسم لفعل الذي هو استعمال الماء في أعضاء معينة مع النية

Artinya: “Sebuah nama untuk menunjukan perkerjaan yang berupa menggunakan air pada anggota-anggota badan tertentu disertai dengan niat.”

Strategi

a. Kata

Pada kata “beberapa” sebaiknya dihilangkan karena sudah digantkan dengan kata “tertentu” karena jika “perbuatan tertentu” pasti sudah jelas beberapa perbuatan saja. Kemudian kata “dari” diawal diganti” dengan” lebih sesuai dengan makna “bi” dan agar selaras dengan artian setelahnya. Dan yang terakhir kata “badan” disini kurang tepat karena jika hanya anggota badan saja, kepala tidak termasuk. Sedangkan, wudhu kepala wajah itu termasuk. Jadi lebih tepatnya adalah “tubuh”

C. Kesimpulan

Dalam terjemahan peneliti menemukan beberapa struktur bahasa yang tidak sesuai dari teks sumber ketika dialihkan ke teks sasaran sehingga membuat pesan bahasa sumber sulit dipahami. Pada penelitian ini penerjemah sering menggunakan metode harfiah (kata perkata) dan setia sebab itu, banyak sekali yang tidak cocok dengan struktur gramatikal dalam bahasa sasaran. Hasil terjemahan yang menggunakan metode harfiah dan setia sering mengubah pesan dari teks sumber. Peneliti membedah struktur teks sumber dengan mengklasifikasikannya pada segi kalimat dan kata yang kemudian tampak jelas mana yang tidak sesuai dan yang sesuai. Respon yang dilakukan peneliti adalah perbandingan teks representatif antara teks asli dengan terjemahan yang kemudian diberikan evaluasi terjemahan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image