Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image vivi nurwida

Yaman: Negeri Hikmah yang Kini Menanggung Luka

Dunia islam | 2025-12-02 18:31:49
Sumber: Google



Dari Abu Hurairah ra., beliau mengatakan, “Tatkala diturunkan ayat, ”Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.” Rasulullah saw. bersabda, "Penduduk negeri Yaman telah datang kepada kalian. Mereka adalah orang yang paling lembut hatinya. Iman itu ada pada yaman, Fiqih ada pada Yaman, dan hikmah ada pada Yaman.” (HR. Imam Ahmad, dinilai sohih oleh Al-Albani)

Hadis ini bukan sekadar pujian, tetapi penegasan tentang posisi istimewa Yaman dalam sejarah Islam. Tanah itu dahulu adalah benteng cahaya, tempat Islam menyebar ke wilayah-wilayah selatan Jazirah melalui tangan para sahabat. Kini, negeri yang pernah menjadi sumber ketenangan itu menanggung luka yang sangat pedih.

Ketika kita membaca berita tentang Yaman hari ini, hati seolah hancur. Tanah yang dahulu menyusui peradaban kini kering oleh perang, kelaparan, dan kehancuran. Ironisnya, dunia hanya memandang dari kejauhan, seolah penderitaan jutaan manusia hanyalah deret angka statistik tahunan. Sementara hadits Nabi mengingatkan: Yaman adalah bagian dari kita, iman, hikmah, dan cahaya yang dulu pernah menerangi bahu umat.

Maka ketika negeri itu kini gelap, suara kita harus hadir. Ketika mereka merintih, kita tak boleh diam. Ketika sejarah pernah memuliakan mereka, kita bertanggung jawab untuk menjaga kehormatan itu kembali.

Hari Ini Yaman Dikepung Derita

Realitas Yaman pada 2025 bukan sekadar “konflik internal.” Ini adalah bencana kemanusiaan terburuk di dunia modern, diperparah oleh intervensi global yang mengabaikan nilai nyawa manusia. PBB merilis bahwa 19,5 juta jiwa membutuhkan bantuan darurat. Itu berarti setengah penduduk negeri bergantung pada belas kasihan dunia yang semakin letih memberi. Ketika manusia bertahan hidup dari paket makanan yang datang terlambat, maka yang rusak bukan hanya tubuh, tetapi martabatnya.

Dalam beberapa bulan terakhir, kondisi makin memburuk. Serangan terhadap pelabuhan dan infrastruktur vital yang menjadi titik masuk 70% kebutuhan pangan, menjadikan jutaan warga berada di tepi kelaparan massal. Ketika pelabuhan Ras Isa dibombardir, itu bukan hanya gedung yang runtuh; itu adalah runtuhnya harapan untuk makan, bertahan, dan hidup sebagai manusia. Warga Yaman telah menjadi sandera dari permainan geopolitik yang jauh lebih besar daripada nasib mereka.

Yang lebih memilukan, AS memainkan peran dominan dalam mengarahkan arsitektur kebijakan militer di kawasan. Arogansi negara adidaya ini terlihat jelas: mereka mengendalikan aliran bantuan, menentukan pihak mana yang boleh mendapat dukungan, dan membiarkan blokade tetap mencekik Yaman atas nama “keamanan regional.” Nyawa rakyat biasa menjadi collateral damage yang seolah sah dalam kamus mereka. Inilah wajah kolonialisme modern: tidak datang membawa bendera, tetapi membawa veto, drone, dan embargo.

Tragedi Sistem Global

Tragedi Yaman berakar dari satu hal: tidak adanya struktur kekuasaan yang melindungi rakyat dengan sungguh-sungguh. Negara-negara di kawasan tidak bergerak sebagai pelindung, tetapi sebagai pion kepentingan asing. Ketika blokade diberlakukan, tidak ada satu pun negara kuat yang berdiri menolak demi kemanusiaan. Kedaulatan Yaman dipreteli secara perlahan, hingga rakyat menjadi korban di tanahnya sendiri.

Sistem kapitalis global menempatkan Yaman hanya sebagai bagian dari “peta konflik”, bukan sebagai masyarakat manusia yang punya hak. Nilai nyawa mereka ditentukan oleh laporan bulanan dan rapat dewan keamanan. Maka tidak mengherankan bila krisis ini dibiarkan berlarut-larut: penderitaan rakyat Yaman tidak menguntungkan siapa pun yang berkuasa. Dunia bergerak hanya bila ada keuntungan ekonomi atau geopolitik; selain itu, jutaan orang boleh mati pelan-pelan tanpa menjadi headline.

Intervensi asing bukan solusi, justru sumber kerusakan. Ketika negara adidaya ikut campur, stabilitas justru semakin pupus. Tidak ada aliansi internasional yang benar-benar melindungi rakyat Yaman, semua bergerak dengan motif politik. Inilah hasil dari absennya otoritas yang independen, kuat, dan peduli pada kehormatan manusia. Yaman hanyalah contoh paling mencolok dari bagaimana dunia tanpa keadilan sistemik berubah menjadi kuburan massal bagi kaum lemah.

Yaman di Masa Kepemimpinan Islam

Jika kita melihat sejarah, Yaman pernah menjadi bagian integral dari Daulah Islam, dan masa itu merupakan kontras paling tajam dengan kondisi hari ini. Yaman termasuk wilayah yang menerima Islam secara damai. Utusan Nabi saw. seperti Mu’adz bin Jabal, Abu Musa al-Asy‘ari, dan Ali bin Abi Thalib dikirim untuk mengajarkan Islam, mengatur zakat, dan membangun struktur pemerintahan Islam di sana.

Pada masa Khulafaur Rasyidin, Yaman menjadi wilayah yang stabil, subur, dan dihormati. Khalifah Umar bin Khattab bahkan memberikan perhatian khusus kepada penduduk Yaman dalam urusan zakat, agraria, dan perlindungan warga. Tidak ada kekuatan asing yang menginjak tanah mereka; tidak ada embargo, tidak ada kelaparan, tidak ada perang saudara. Pemerintahan Islam menjaga keamanan dengan serius dan memperlakukan rakyat sebagai amanah, bukan alat tawar-menawar politik.

Dibandingkan hari ini , ketika rakyat Yaman hidup dalam ketakutan, masa itu tampak seperti dunia lain. Inilah bukti historis bahwa sistem Islam tidak hanya ideal, tetapi pernah nyata menciptakan stabilitas di tanah yang kini menanggungderita.

Penutup

Jika dulu Yaman disebut sebagai negeri hikmah, hari ini ia berubah menjadi cermin yang memantulkan betapa rusaknya sistem dunia tanpa keadilan. Kita melihat anak-anak kurus menunggu paket bantuan sambil memeluk tubuh mereka sendiri dari dingin; kita melihat ibu-ibu yang menangis karena tidak bisa memberi susu untuk bayi mereka; kita melihat lelaki yang kehilangan rumah, tanah, dan masa depan, tetapi dunia tetap sibuk dengan ajang politik global yang tak ada ujungnya.

Pertanyaannya: apakah kita masih punya hati? Apakah kita hanya akan menjadi penonton tragedi ini? Apakah sabda Nabi tentang kemuliaan Yaman tidak lagi punya arti bagi kita?

Saatnya kita bersuara. Saatnya kita menghidupkan solidaritas. Saatnya kita memperjuangkan sistem yang memuliakan manusia seperti dulu Islam memuliakan Yaman. Karena membela Yaman bukan sekadar empati, itu adalah amanah sejarah, amanah iman, dan amanah kemanusiaan.

Wallahu a‘lam bish-shawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image