Hijrah: Kekuasaan dan Pemilu

Ulasan  
Hijrah yang dilakukan Rasulullah saw dan para sahabatnya dulu harus melewati padang pasir yang tandus. Hijrah dilakukan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Nabi Muhammad Saw diangkat menjadi seorang nabi dan rasul sejak mendapatkan wahyu Alquran Surah Al-Alaq. Sejak itulah mulai ada ketidaksukaan, penentangan, bahkan permusuhan kepada Rasulullah dari orang-orang kafir Quraisy di Makkah.

Padahal Muhammad sebelumnya dijuluki al-amin, atau orang yang bisa dipercaya, dan karakter amanah itu tetap tidak berubah. Namun misi kenabian dan kerasulan yang dibawa Muhammad yang mengubah sikap orang-orang kafir Quraisy.

Padahal Alquran diturunkan baru beberapa surat dan ayat. Pengikut Rasulullah juga belum seberapa banyak, tidak punya persenjataan dan kekuatan yang diandalkan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Rasulullah hijrah ke Madinah karena penindasan orang-orang musyrik Quraisy yang luar biasa terhadap beliau dan para sahabat beliau. Ini karena dakwah Islam belum di-back up oleh kekuasaan. Back up baru dilakukan oleh pribadi-pribadi tertentu dari keluarga bangsawan, penguasa, atau pengusaha.

Sementara sahabat-sahabat yang tidak memiliki back up keluarga, seperti Amar bin Yasir, Bilal bin Rabbah, dan beberapa keluarga yang lain, disiksa, ditindas, diintimidasi, bahkan dibunuh. Rasulullah sendiri, setelah pamannya Abu Thalib dan Istrinya Khadijah wafat, tidak ada lagi back up, sehingga sempat mengalami pemboikotan dan gangguan serius.

Dakwah Islam selama 13 tahun di Makkah harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Dari rumah-rumah, itu pun malam hari. Harus berbisik-bisik karena jika ketahuan maka langsung ditangkap dan disiksa.

Setelah Rasulullah SAW selesai membaiat pada ‘Aqabah yang kedua, Rasulullah mengizinkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Madinah. Berbagai cara dilakukan oleh para sahabat untuk bisa hijrah ke Madinah.

Rasulullah bersama dengan sahabat setianya Abu Bakar ash-Shiddiq juga harus menggunakan banyak strategi untuk bisa berhasil hijrah keluar dari Makkah menuju Madinah. Sebab risikonya jika ketahuan, akan ditangkap dan dibunuh oleh orang-orang kafir Quraisy.

Madinah Lembaran Baru
Hijrah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya membuka lembaran baru dalam dakwah untuk menyebarkan agama Islam. Hal yang paling utama adalah Rasulullah diangkat menjadi pemimpin dan diberikan kekuasaaan di Madinah. Kekuasaan itulah yang mem-back up dakwah Islam sehingga terjadi akselerasi kuantitas dan kualitas orang-orang beriman.

Dakwah dilakukan secara leluasa dan terbuka, menjalankan ibadah juga mudah, bahkan proyek pertama Rasulullah hijrah, yakni membangun masjid Quba, berjalan dengan mulus. Begitu pula upaya menata kehidupan ekonomi dan sosial dengan tatanan Islam.

Baru dua tahun hijrah, terjadi perang Badar yang sangat fenomenal dan dimenangkan oleh Rasulullah dan para sahabat. Dengan waktu yang relatif singkat, bisa mengalahkan pasukan kafir Quraisy yang jumlahnya tiga kali lipat.

Di sinilah urgensinya kekuasaan dalam Islam. Kekuasaan dalam Islam bukan untuk sekedar berkuasa mendapatkan jabatan fasilitas dan status sosial. Namun kekuasaan bagi umat Islam adalah untuk back up dakwah Islam dan memudahkan orang-orang beriman bisa menunaikan ketaatan beribadah dan bermuamalah dalam kehidupan sehari-hari.

Hijrah Tempat Masih Boleh
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada hijrah setelah Fathu Makkah, tetapi (yang ada adalah) jihad dan niat. Maka, apabila kalian diperintahkan jihad, maka berangkatlah.” (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Artinya, hal ini menunjukkan bahwa, dari saat hari fathul (pembebasan) Kota Mekah sampai hari ini, tidak ada hijrah dalam arti perpindahan tempat secara fisik. Kecuali jika kondisi umat Islam di daerah tertentu mengalami hal sebagaimana yang dialami oleh Rasulullah dan para sahabat saat di Makkah.

Contoh era sekarang adalah saudara-saudara Muslim di Uighur dan Rohingya. Uighur adalah sebuah kelompok etnis asal Turki yang mendiami wilayah Asia Timur dan Tengah. Di wilayah ini tinggal sekitar 11 juta etnis Uighur, etnis minoritas Cina yang mendominasi Xinjiang. Mereka mengalami penindasan yang luar biasa.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Jaga Iman dengan Berbagi Renungan

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image