Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Andi Putri

Kota Layak Anak Butuh Penerapan Islam

Eduaksi | Monday, 03 Jul 2023, 02:40 WIB

Pemerintah Kota Balikpapan telah mengikuti verifikasi lapangan hybird (VLH) evaluasi Kota Layak Anak, Yang dilaksanakan oleh verifikator Kota Layak Anak. Pelaksananya pada Jumat tanggal 26 Mei 2023 di VIP Room Balaikota Balikpapan. Balikpapan sendiri sudah memegang predikat Nindya untuk Penilaian KLA. Tahun depan diharapkan bisa mendapatkan predikat yang sama.

Pemda Balikpapan sendiri sudah menyelenggarakan beberapa program seperti, menggulirkan program jaminan kesehatan untuk anak, Kartu Identitas Anak dan sekolah gratis berikut seragam gratis. Kepala DP3AKB, Alwiyati menjelaskan bahwa sudah ada komitmen melanjutkan dan memonitoring semua fasilitas ramah anak dalan kegiatan-kegiatan, serta perencanaan anggaran untuk menuju KLA.

Sudah ada KLA, Tuntaskah Masalah Anak?

Namun permasalahan anak seperti tidak pernah ada selesainya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Pengadilan Agama (PA) Kota Balikpapan, Drs H Darmuji SH MH, hingga jelang akhir Februari ada 150 permintaan dispensasi pernikahan. Belum lagi masalah eksploitasi anak yang dilakukan seorang ibu kepada anak kandungnya, dipaksa untuk mengemis serta menjual tisu, masalah kekerasan pada anak juga menghiasi, bulying dan masih banyak lagi

Hal ini menimbulkan pertanyaan besar, benarkah sudah tercipta kota layak anak? Suatu kota yang aman untuk anak. Bukan sekedar pemenuhan fasilitas yang pas buat anak, tapi sudahkah menyelesaikan akar permasalahan yang menimpa anak.

Menurut UNICEF, kota ramah anak merupakan kota yang menjamin hak setiap anak. Seperti, menyediakan pelayanan kesehatan, pendidikan, serta lingkungan yang aman dan nyaman agar anak dapat berkembang dengan baik. Indonesia sudah terarah dengan adanya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2021. Saat ini KLA makin banyak dan dijadikan prioritas pembangunan daerah. Namun sudahkah cukup seperti itu saja?

Permasalahan kekerasan pada anak bukan sekedar pemenuhan fasilitas "pro anak" saja. Banyak faktor yang mendasari terjadinya kekerasan pada anak, seperti maraknya kekerasan seksual pada anak akibat kelalaian orang tua. Dizaman modern sekarang, akses penggunaan handphone sudah tidak terkendali. Orang tua dengan segala macam kesibukannya, menjadikan handphone untuk menggantikan pendampingan pada anak.

Disistem ekonomi kapitalis liberal, sekelas ibu sekalipun dipaksa untuk turun mencari nafkah. Sehingga perannya sebagai ummun warobatul bait harus hilang. Pergi pagi pulang malam, menjadikan ia hanya mampu menemani anaknya disisa waktu yang ada. Sedangkan handphone selalu membersamai anak, belum lagi tontonan dan situs terlarang sangat mudah diakses.

Anak dalam gempuran kehidupan sekuler liberalpun akhirnya melampiaskan "kurangnya perhatian" orang tua dengan bercuat ria pada sosial media. Para predator pun memanfaatkan kesempatan itu. Maka tak sedikitpula, anak akhirnya terjerat pada jebakan predator.

Sehingga, lagi-lagi orang tua dengan desakan kondisi ekonomi yang tak menentu serta tidak mensupport orang tua untuk terus membersamai pendidikan anak. Sekolah, hanya dijadikan tempat "penitipan anak" yang dengan kehidupan sekuler pun menjadi tempat terjadinya kekerasan pada anak. Pendidikan yang jauh dari pembentukan kepribadian Islam didalamnya, menumbuhkan anak-anak mudah untuk membully satu dengan yang lainnya.

Sungguh miris, jika KLA hanya berfokus pada pembagunan fasilitas semata tanpa melihat akar dari masalah anak. Orang tua dan anak butuh support pendidikan, ekonomi yang mampu menghasilkan kemananan dan kelayakan bagi kehidupan keduanya.

Islam Solusi Menciptakan Kota Layak Anak

Islam dengan seperangkat aturannya yang sempurna dan paripurna menjadikan support negara kepada orang tua dan anak dijalankan dengan maksimal. Menempatkan peran orang tua benar-benar sebagai "orang tua" yang mendidik anak dan membersamai tumbuh kembangnya.

Orang tua bukan hanya akan memberikan kebutuhan sandang, pangan dan papan tetapi juga perhatian dan kasih sayang yang cukup. Ketika orang tua paham bagaimana perannya dengan benar, maka kekerasan pada anak pasti tidak akan terjadi. Seorang muslim yang taat akan selalu berusaha menjaga anak dan keluarga dari segala bentuk keburukan.

Sebagaimana dalam surat At-Tahrim ayat :6 yang artinya : "Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan".

Negaea dengan sistem ekonomi yang berasaskan Islam, tidak akan menjadikan para orang tua memenuhi tanggung jawab untuk itu semua sendiri. Orang tua merupakan bagian dari warga negara yang juga harus diriayah (diurus) dengan baik. Bukan malah berlepas tangan sebagaimana periayahan dalam sistem kapitalis saat ini.

Dalam Islam pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya, tidak akan dibiarkan berjuang sendiri melawan kemiskinan dan kesulitan hidup. Negara akan hadir dengan berbagai kebijakan yang pro rakyat, bukan pro para kapital. Sehingga, menjadikan penguasaan SDA sepenuhnya dikelola oleh negara untuk kemaslahatan umat. Walhasil, terpenuhinya lapangan pekerjaan untuk ayah. Kondisi ekonomi yang tak menentu tidak akan menghantui. Sedangkan Ibu, didorong untuk memaksimalkan perannya sebagai Ummu warobatul bait.

Dalam Islam, kebutuhan dasar anak maupun orang tua dijamin oleh negara. Anak mendapat jaminan pendidikan. Negara menjamin pendidikan gratis bagi setiap anak dan memenuhi fasilitasi pendidikan seperti gedung sekolah, laboratorium dan buku-buku. Pembiayaan akan diambil oleh negara dari kas negara yaitu Baitul mal. Salah satu pemasukan Baitul mal yaitu melalui pengelolaan sumber daya alam yang menjadi kepemilikan umum oleh negara untuk dipergunakan kepentingan rakyat .

Islam sangat memperhatikan kelayakan pada anak, bukan sekedar kota bahkan menyiapkan negara yang memang layak untuk ditempati. Sebab dalam Islam, negara memandang bahwa anak adalah penentu masa depan suatu peradaban. Kondisi ini hanya akan bisa terwujud jika Islam diterapkan secara kaffah jika memang menginginkan kota bahkan negara yang layak untuk anak. Wallahu'alam Bi shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image