Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Annisa Putriawantiko

Spirit Idul Adha: Meraih Syurga Butuh Pengorbanan yang tak Biasa

Agama | Saturday, 01 Jul 2023, 22:15 WIB

Gema takbir kembali berkumandang diseluruh penjuru negeri, kaum muslimin bersatu serentak merayakan hari raya Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijah tanpa memandang asal wilayah ataupun negara, semua bersama-sama merayakan Idul Adha dengan diikat dalam satu simpul yang sama yakni aqidah Islam. Perayaan Idul Adha tentu bukanlah sebatas seremonial semata, melainkan ada hikmah dan pelajaran yang harus dipetik guna memberi efek perubahan bagi pribadi umat Islam.

Kisah keteladanan ayah dan anak, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail alayhima as-salam, patut kita terus mengulangnya sebagai pengingat akan ketundukan dan kepatuhan yang total tanpa ragu kepada sang ilahi Rabbi. Nabi Ibrahim as. yang telah sabar menunggu dengan penantian yang lama hadirnya sang buah hati, namun ketika sang anak telah lahir, beliau diuji Oleh Allah untuk mengorbankan buah hati tercintanya untuk dipersembahkan kepadaNya. Seperti yang dikisahkan dalam Firman Allah:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى

“Tatkala anak itu telah sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Anakku, sungguh aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelih kamu. Karena itu pikirkanlah apa pendapatmu.’.” (QS Ash-Shaffat [37]: 102).

Nabi Ismail as. pun mengukuhkan keteguhan jiwa ayahandanya dengan mengatakan:

يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

“Ayah, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insyaallah engkau akan mendapati diriku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS Ash-Shaffat [37]: 102).

Nabi Ibrahim as. memberikan teladan bahwa tidak ada kecintaan yang paling tinggi melebihi kecintaan kepada Allah Swt. kecintaan kepada Allah Swt. melebihi kecintaan kepada pasangan, anak, harta dan tahta. Kecintaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla ini tentu harus diwujudkan dalam ketaatan menjalankan semua perintah-Nya. Di sisi lain, Ismail as. juga meyakini sepenuh hati bahwa ketaatan kepada Allah Swt. di atas segalanya sekalipun harus mengorbankan jiwa dan raganya.

Pengorbanan yang Tak Biasa

Melihat sepenggal kisah diatas, jelaslah menunjukkan kepada kita betapa luarbiasanya ketundukan pada sang pencipta. Tak peduli seberapa besar sayang dan cinta kepada anaknya, mampu melawan ego, tanpa keraguan patuh terhadap perintah sang kholiq. Seyogyanya, kisah ini memberitahukan kepada kita semua bahwa begitulah seharusnya sikap kaum muslimin merespon setiap perintah-perintah yang datang dari Allah Ta’ala. Yakni: tunduk nan patuh totalitas tanpa ada keraguan.

Jika kita refleksikan dengan hari ini, sudah benarkah respon kita menyambut perintah dari Allah? Seberapa banyakkah pengorbanan yang dikerahkan untuk taat kepada Allah? Sayangnya, realita kehidupan kaum muslimin hari ini sedang jauh dari Islam disebabkan adanya ide sekuler yang sedang menaungi. Ide yang memisahkan Islam dari kehidupan, yang membuat umat Islam berjalan bebas tanpa aturan agama, tidak lagi memperdulikan halal dan haram, malu bahkan tidak tau identitasnya sebagai seorang muslim.

Maka, hal ini sangatlah kontras dengan sikap teladan yang diharapkan. Yang seharusnya merespon seruan Allah itu dengan ketundukan dan kepatuhan, namun saat ini yang terjadi justru keengganan dan sikap tunda-menunda. Seperti: Allah perintahkan menutup aurat dengan sempurna namun tidak dijalani beralasan tidak kekinian, atau Allah telah mengatur pergaulan tapi masih terus berpacaran dengan dalih mencari jodoh, Allah waijbkan menuntut ilmu namun dilalaikan dengan alasan sibuk tidak adanya waktu dan sebagainya.

Begitulah realita yang terjadi pada ritme kehidupan kaum muslimin, yang bisa dikatakan masih sangat sedikit atau justru belum adanya rasa rela berkorban untuk taat kepada Allah ta’ala. Masih memilah milih syariatNya, ketika aturan Allah itu dirasa akan mengganggu kepentingan pribadinya maka tidak akan diambil. Padahal sikap yang demikian itu tidaklah dibenarkan, seluruh perintah dan larangan yang ada didalam Al-Qur’an wajib dilaksanakan, sebab Islam bukanlah agama prasmanan yang dapat dipilih mana yang disuka.

Dengan demikian, hendaknya dari momen Idul Adha ini kita jadikan sebagai momen perbaikan diri menjadi pribadi muslim yang lebih dicintai Allah. Bersegera melaksanakan perintah Allah dalam kondisi apapun, rela memberikan waktu terbaik, tenaga, pikiran bahkan nyawa sekalipun untuk Islam. Telebih, kembali pada tujuan keberadaan kita di dunia ini memanglah untuk beribadah, maka sudah sepatutnya mengerahkan seluruh daya upaya untuk mencari bekal ke syurga. Sebab syurga tidak dapat diraih dengan bersantai ria, butuh ketaatan totalitas untuk nikmat syurga yang tak terbatas, juga butuh pengorbanan yang tak biasa untuk meraih syurga. Wallahu’alam bisshawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image