Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad Romadhon Abdillah, S.Pd.

Haji dan Literasi Ekologi

Agama | Thursday, 01 Jun 2023, 16:30 WIB
Potret sampah pada saat ibadah haji

Perubahan iklim yang melanda sebagian besar belahan dunia, menjadi tanda bahwa bumi telah kehilangan keseimbangan. Ekosistem yang telah tersusun indah dan rapih oleh sang khaliq terpaksa dihancurkan oleh sebagian besar ulah tangan manusia yang mata hatinya tertutup. Orientasi harta dan kekayaan menjadi dalil untuk menghalalkan segala yang menimbulkan kerusakan alam. Akibatnya, suhu bumi semakin meningkat yang berdampak pada lumpuhnya ekosistem bumi.

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa, suhu udara rata-rata bumi pada periode April 2023 sebesar 27 C. Terdapat peningkatan nilai anomali suhu sebesar 0,2 C, Hal ini menunjukan menunjukan suhu pada periode ini termasuk nilai anomali tertinggi ke-7 sepanjang periode data pengamatan sejak tahun 1981 (bmkg.go.id)

Pemanasan global akan berpengaruh pada hilangnya produktivitas tanaman pertanian. Tentunya, hal ini akan berpotensi mengancam produksi pangan diseluruh dunia, sehingga berpengaruh besar terhadap stabilitas global yang akan memicu terjadinya konflik dan perang akibat kelaparan massal. Selain itu, pemanasan global akan menyebabkan ketinggian air laut semakin meningkat. Sehingga, akan menyebabkan beberapa wilayah daratan di bumi tenggelam termasuk kota Jakarta dan Semarang dalam rentang waktu terdekat.

Gaya hidup sebagian besar masyarakat yang tidak ramah lingkungan, semakin memperburuk kondisi bumi. Tidak jarang sebagian besar aktivitas manusia yang banyak menghasilkan berbagai zat kimia, seperti: logam berat, mikroplastik, pestisida, herbisida, antibiotik, polutan organik persisten, troposfer ozon, dan solar akan menyebabkan perubahan tingkat Ph, salinitas tanah, merusak lapisan ozon, dan meningkatkan radiasi sinar matahari. Akibatnya bumi tidak lagi menjadi tempat yang nyaman untuk disinggahi makhluk hidup.

Selama ini sebagian besar masyarakat mengabaikan permasalahan lingkungan hidup. Masyarakat jauh lebih tertarik mengejar kebutuhan pokok dan keuntungan finansial yang bisa meningkatkan kesejahteraan hidup, meski harus mengorbankan kelestarian lingkungan. Padahal, sejatinya keberadaan manusia tidak bisa melepaskan diri dari ketergantungan kepada alam. Bahkan, seorang muslim tidak akan bisa beribadah dengan nyaman ketika berada di lingkungan yang kotor. Bukankah ketika ibadah shalat membutuhkan keberadaan air bersih untuk berwudhu. Selain itu, bukankah syarat sah ibadah shalat salah satunya terjaganya kebersihan tempat ibadah. Dengan demikian, memelihara lingkungan dalam Islam sejatinya adalah sebuah kewajiban seperti layaknya ibadah shalat. Sebagaimana, tertuang dalam kaidah fikih, lilwasaailli lihukmul maqaashid, bahwa hukum perantara sama dengan hukum tujuan.

Duta Ramah Lingkungan

Pelaksanaan ibadah haji di Indonesia pada tahun ini berdasarkan catatan data Kementerian Agama secara resmi diikuti oleh 221.000 jamah haji. Jumlah tersebut menjadi kuota haji terbanyak di dunia, mengingat Indonesia termasuk negara dengan jumlah populasi muslim terbesar. Tingginya antusias masyarakat untuk menunaikan ibadah haji, sebagai puncak ibadah dalam rukun Islam menjadi suatu anugerah tersendiri bagi negara dan masyarakat. Anugerah yang hakiki ialah membawa nilai-nilai pasca ibadah haji ke tanah air untuk memberikan kemajuan dan kemaslahatan. Salah satunya, terkait dengan kelestarian lingkungan hidup.

Sejatinya ibadah haji mengajarkan berbagai nilai yang bisa menjadi bekal untuk dibawa pulang ke tanah air. Ibadah haji mengajarkan seorang hamba untuk ramah terhadap lingkungan. Selama proses ibadah haji ditanah suci, haram hukumnya seorang hamba untuk merusak tanaman dan membunuh hewan. Selain itu, wukuf di Arafah, melempar jumrah, serta perjalanan diantara dua bukit shafa dan marwa menjadikan seorang hamba menyatu dengan alam. Nilai-nilai tersebut yang mengantarkan jamaah haji menjadi duta ramah lingkungan.

Haji yang mabrur tercermin dari kesempurnaan ritual dan juga kesempurnaan perbuatan sosial, terutama ketika akan kembali ke tanah air dan bercengkrama dengan masyarakat. Jamaah haji akan menjadi figur sentral ditengah kehidupan masyarakat. Salah satu nilai kesempurnaan ritual tersebut terwujud dari perilaku yang semakin ramah terhadap lingkungan. Kedekatan kepada sang khaliq mengantarkannya semakin ramah kepada setiap makhluk Allah Swt, termasuk kepada alam. Ketika nilai-nilai tersebut terinternalisasi pada setiap jamaah haji di Indonesia, bukan tidak mungkin kerusakan lingkungan akan bisa diminimalisir.

Sudah saatnya literasi ekologi perlu ditanamkan kepada setiap jamaah haji. Sebagai upaya menumbuhkan kesalehan ekologi untuk menyembuhkan bumi yang semakin sakit. Bumi sebagai amanah yang Allah Swt titipkan kepada manusia, sudah sepantasnya untuk kita jaga dan rawat bersama. Mementum ibadah haji menjadi akses untuk mengubah gaya hidup yang jauh lebih ramah lingkungan. Konsep inilah yang dikatakan oleh Mangunjaya sebagai haji ramah lingkungan. Walllahu A’lamu Bi Al-Shawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image