Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nadya Salsabila Jafar

Adaptasi dalam Perubahan Iklim

Eduaksi | Wednesday, 31 May 2023, 16:12 WIB

Langkah Kecil dalam Adaptasi Perubahan Iklim

Dalam beberapa waktu terakhir suhu udara di Indonesia mulai terasa “lebih hangat” dari biasanya dan juga sepertinya kalender perkiraan musim hujan atau kemarau sudah sering meleset, bukan? Fenomena yang kita rasakan ini merupakan salah satu ciri perubahan iklim yang terjadi di bumi ini. Iklim sendiri artinya adalah kebiasaan dan karakter cuaca yang terjadi di suatu daerah atau tempat. Yang mana berarti perubahan iklim adalah perubahan karakter dan kebiasaan cuaca yang terjadi di suatu daerah atau tempat. Adapula perubahan iklim menurut KEMENLHK adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak terhadap kehidupan manusia. Penyebab perubahan iklim sendiri tak lain adalah dikarenakan aktifitas yang dilakukan oleh manusia sendiri, sebagai contoh adalah aktifitas penambangan, penebangan hutan, serta pembangunan infrastuktur dan manufaktur serta aktifitas pemanfaatan energi (listrik dan panas) dari bahan bakar fosil, yang mana aktifitas-aktifitas manusia ini penyumbang emisi global.

Kalau bicara tentang dampak, pasti banyak hal-hal ketimpangan yang terjadi dan sangat berpengaruh terutama di berbagai aspek kehidupan manusia. Dampak perubahan iklim yang dapat timbul mulai dari aspek social, ekonomi dan budaya. Sebagai contoh, perubahan iklim yang berdampak di aspek social adalah hilangnya mata pencaharian bagi penduduk yang bekerja sebagai pelayan atau petani. Dalam aspek ekonomi adalah gagal panen yang berdampak pada pendapatan pada petani serta para nelayan gagal untuk melaut. Dalam aspek kebudayaan perubahan iklim mempengaruhi kebiasaan atau cara hidup yang dilakukan manusia sebagai contoh dikarenakan perubahan iklim ini menyebabkan cuaca yang tidak menentu terkadang hujan dan panas tiba-tiba sehingga mau tak mau masyarakat harus mempersiapkan paying. Penyebab dari perubahan iklim ini sendiri juga berdampak bagi lingkungan, contohnya adalah terjadi hujan ekstrim yang bisa menyebabkan banjir bahkan hingga tanah longsor, menyebabkan panas atau kemarau yang berkepanjangan sehingga bisa menyebabkan kebakaran hutan secara alami dikarenakan suhu udara bumi yang meningkat.

Menurut UNESCO dalam Culture & Climate Change perubahan iklim ini berdampak dalam kehidupan social budaya. Bagaimana bisa? UNESCO menyatakan perubahan iklim juga berkontribusi pada hilangnya peluang ekonomi di industry budaya dan kreatif serta pariwisata budaya, dengan kata lain perubahan iklim ini mengganggu kehidupan komunitas di seluruh dunia. UNESCO menyatakan bahwa perubahan iklim ini mempengaruhi semua aspek budaya, namun yang paling ingin disampaikan dalam pernyataannya adalah bagaimana kita sebagai manusia dapat beradaptasi dengan adanya perubahan iklim dan menggunakan peran budaya sebagai sumber mitigasi (penanggulangan resiko bahya bencana).

Sebagai contoh di Indonesia, DPU (Departemen Pekerjaan Umum) menerbitkan Konsep Rencana Aksi Nasional Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-MAPI) pada 27 November 2007. Di dalamnya dijelaskan bahwa upaya yang dilakukan dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yakni upaya mitigasi dan upaya adaptasi. Upaya mitigasi bertujuan agar meningkatkan kapasitas penyerapan karbon dan pengurangan emisi gas-gas rumah kaca (GRK) ke atmosfir yang berpotensi menipiskan lapisan ozon. Sedangkan upaya adaptasi merupakan tindakan penyusuaian system alam dan social untuk menghadapi dampak negative dari perubahan iklim tersebut walaupun upaya ini sulit memberikan manfaat secara efektif apabila laju perubahan iklim melebihi kemampuan beradaptasi. Sebagai contoh kecil hal yang dapat kita lakukan dalam upaya mitigasi dan adaptasi dalah salah satunya menggunakan sumber energi yang terpebaharui seperti biogas, menggunakan kendaraan umum dibandingkan kendaraan pribadi dan masih banyak hal lainnya yang tidak menimbulkan emisi gas.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image