Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fall Season07

Silaturahmi Musiman?

Agama | Saturday, 13 May 2023, 07:46 WIB

Tidak terasa, ramadhan selama sebulan penuh telah terlewati, apabila mengingat suasana ramadhan yang hanya ada dalam setahun sekali memang akan sangat kita rindukan. Tapi, tentunya selepas ramadhan kita tidak akan terlepas dengan perayaan di bulan Syawal yang merupakan ‘hasil’ dari apa yang telah kita tuai di bulan Ramadhan. Apalagi di tengah kondisi Covid yang sudah mereda, tidak akan melewatkan kesempatan untuk bersilaturahmi dengan keluarga.

Iyap, momen Hari Raya Idul Fitri tidak akan terlepas dengan mengunjungi sanak saudara dan temu kangen dengan keluarga. Suasana yang hangat bahkan sampai rela mudik sejak jauh-jauh hari demi untuk bertemu dengan keluarga yang dirindukan. Akan tetapi, apakah mungkin silaturahmi dengan keluarga hanya di bulan syawal? Padahal, silaturahmi adalah wajib sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW, “Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orangtua dan saudara.” (HR. Bukhari)

Sehingga dalam menjalankan silaturahmi tentunya tidak sebatas di waktu tertentu saja seperti hanya ketika pada masa-masa lebaran atau semacamnya. Karena hakikat dari silaturahmi telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW, “Silaturahmi bukanlah yang membalas kebaikan. Tetapi seorang yang berusaha menjalin hubungan baik meski lingkungan terdekat (relatives) merusak hubungan persaudaraan dengan dirinya.” (HR. Bukhari) yang pada artinya senantiasa menjalin hubungan baik dengan saudaranya.

Akan tetapi, di tengah kondisi saat ini kita seolah merasa bahwa pentingnya bahkan urgenitas melakukan silaturahmi hanyalah pada masa tertentu semisal pada saat lebaran. Padahal sejatinya silaturahmi tidak dibatasi oleh waktu sehingga dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, bahkan tidak dibatasi pula hanya kepada saudara yang sedarah melainkan seluruh umat muslim yang ada.

Arus informasi yang berkembang pesat menyebabkan kita mau tidak maupun akan senantiasa mendapatkan pemahaman baru setiap harinya, bahkan dari sumber yang mungkin tidak sesuai dengan aqidah Islam sekalipun. Apalagi di tengah kehidupan dengan sistem yang memisahkan agama dari kehidupan, yakni sekulerisme. Sehingga gaya hidup ala barat pun akan sulit untuk dihindari, terlepas dari manfaat positif yang kita dapatkan tentunya akan ada dampak negatif yang akan sulit dihindari oleh masing-masing dari setiap individu.

Begitu juga dengan silaturahmi antar sesama muslim yang semakin minim/kurangnya kesadaran bagi individu umat muslim untuk menjalankannya tidak akan terlepas dari pengaruh sekulerisme tersebut. Sehingga sebuah mindset bahwa silaturahmi tidaklah sepenting itu untuk dilakukan pun seolah menjadi hal yang biasa bagi umat di masa kini. Bahkan sampai terbentuk sikap individualisme terkhusus pada masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan.

Maka dari itulah, diperlukan sebuah filter terkhusus pada umat muslim yang telah memiliki tujuan hidup yang sudah pasti yakni beribada kepadah Allah SWT. Lantas apa yang harus dilakukan? Tentunya dengan memulai memperbaiki diri dengan mulai belajar Islam secara intensif, tidak hanya di waktu luang saja melainkan justru kita yang harus menyempatkan waktu untuk mempelajarinya. Sehingga hanya dengan inilah kepribadian Islam (syaksiyah Islam) yang sebenarnya akan terbentuk.

Namun, selain dari upaya individu yang dilakukan hal ini tidak akan terlepas dari peran negara yang memfasilitasi masyarakat dari segala aspek kehidupan. Maka dari itulah, bagaimana masyarakat terbentuk tidak akan pernah terlepas dari peran negara. Seperti halnya pada masa Rasulullah SAW dan sistem pemerintahan Islam di masa lampau, kita dapat melihat bagaimana luar biasanya umat muslim pada masa itu karena menerapkan apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sehingga, sudah menjadi jawaban yang pasti apabila kita ingin masyarakat terbentuk dengan kepribadian Islam, negara akan turut berperan besar agar hal ini dapat terwujudkan secara menyeluruh. Maka dari itulah, pentingnya bagi umat yang telah menyadari problematika umat yang tak kunjung usai untuk mulai senantiasa menyebarkan kebaikan dan kebenaran (berdakwah) kepada umat. Karena kebenaran yang tidak disampaikan hanya akan melebur dengan kesalahan yang ada di sekitarnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image