Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Prof. Dr. Budiharjo, M.Si

Pembunuhan Remaja Dilihat dari Sosiologi

Info Terkini | Friday, 12 May 2023, 17:48 WIB
Hilangnya wibawa keluarga mengganggu struktur dan sistem sosial masyarakat. Anak tidak lagi patuh terhadap orangtua. Begitu sebaliknya, orangtua tidak acuh terhadap anak.

Pembunuhan siswa SMK di Bogor menghenyakkan kita semua. Bagaimana bisa seorang remaja yang tidak bersalah berakhir hidupnya secara tragis. Pelaku pun akhirnya ditangkap setelah buron selama dua bulan. Akademisi menilai peristiwa ini bisa dilihat dari kajian sosiologi, salah satuny berkaitan dengan keluarga.

Sebagai pranata sosial terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki peranan besar dalam pembentukan karakter manusia. Ketahanan keluarga menentukan seperti apa wajah seorang anak di masa depan.

Studi tentang ketahanan keluarga ini sudah menjadi kajian akademis sejak pertengahan abad ke-19. Salah satunya adalah keluarga perkotaan yang menarik perhatian para sosiolog. Di Amerika & Eropa, dorongan perkembangan keluarga terletak pada perkembangan kehidupan sosial yang dipengaruhi perubahan-perubahan besar jika dikaitkan dengan pertumbuhan industri modern.

Pesatnya penemuan-penemuan yang dilakukan manusia melahirkan sistem kelas sosial. Sementara struktur sosial yang baru mulai berkembang. Struktur sosial merupakan susunan suatu komponen atau unsur-unsur sosial, sedangkan sistem sosial terbangun atas hubungan antara komponen-komponen dalam struktur sosial. Struktur dan sistem sosial sendiri merupakan dua hal yang tidak bisa terpisahkan.

Kedua hal ini berpengaruh terhadap hubungan-hubungan keluarga. Di dalamnya ada suami, istri dan anak yang memiliki hak, kewajiban dan tanggung jawab individu. Jika hak dan kewajiban ini tidak terpenuhi, maka berimplikasi terhadap kehidupan sosial, terutama masyarakat yang mendasarkan ikatannya pada hubungan-hubungan primer. Kelompok sosial yang anggotanya saling mengenal secara pribadi dan akrab merupakan kelompok primer.

Dalam periode abad ke-19, kebanyakan studi dalam bidang ini terutama menekankan pada perkembangan pranata keluarga. Pada saat itu, banyak teori tentang sistem keluarga yang diperkenalkan. Namun, pada pertengahan abad ke-19, dan awal abad ke-20, studi tentang keluarga beralih tekanan, yakni tidak lagi pada pengkajian tentang perkembangan pranata keluarga, tetapi menaruh perhatian pada masalah-masalah sosial dikaitkan dengan perubahan-perubahan keluarga.

Ada dua tokoh yang dianggap Nisbet sebagai pelopor dalam analisis perubahan keluarga, yakni Frederic Le Play (1806-1882) dan Frederich Engels (1820-1895). Le Play sangat cemas menyaksikan makin hilangnya kekuasaan dan wibawa keluarga, tempat ibadah dan kerukunan hidup. Sebaliknya, dia bereaksi sangat keras terhadap gejala yang disebutnya efek otomisasi (otomizing effect), karena desakan teknologi, industrialisasi dan pembagian kerja.

Bisa dibilang, hilangnya wibawa keluarga mengganggu struktur dan sistem sosial masyarakat. Anak tidak lagi patuh terhadap orangtua. Begitu sebaliknya, orangtua tidak acuh terhadap anak. Apa yang dilakukan anak di luar rumah, tidak diketahui oleh orangtua. Aturan agama yang dianut diabaikan. Begitu juga dengan kode etik sosial, anak pun tidak peduli.

Jika dibiarkan berlanjut, maka pertumbuhan dan perkembangan anak akan mengarah pada hal-hal negatif. Ayah hanya peduli pada perkembangan fisik dan pemenuhan materi. Ibu pun demikian, lebih asyik dengan dunianya. Anak yang tumbuh dari keluarga demikian, bisa dipastikan akan mengalami apa yang disebut sebagai perubahan keluarga (family changes).

Konsep penting dari Le Play tentang perubahan keluarga dirumuskan dalam 3 tipe keluarga yang dominan, yaitu the patriarchal, the unstable or nuclear family dan the system family. Pada hakikatnya, masyarakat industri modern ditandai oleh kehidupan yang pluralistik, yang terkotak-kotak sangat menonjol dan di setiap sektor, yang dialami individu tidak ada kaitannya dan menunjukkan dunia yang sama sekali lain dalam makna dan penghayatannya.

Sebaliknya, masyarakat tradisional ditandai oleh kehidupan dunia yang relatif seragam dengan tingkat integrasi yang tinggi di antara berbagai kelompok di mana individu berpartisipasi.

Sosilog Berger menjelaskan keluarga sebagai salah satu pranata yang dapat mengatasi homelessness sebagai dampak dari modernisasi. Individu dalam masyarakat akan mengalami proses sosialisasi agar dia dapat hidup dan bertingkah laku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu, pentingnya sosialisasi dalam kehidupan masyarakat, karena tanpa adanya sosialisasi, maka masyarakat tidak dapat berlanjut pada generasi berikutnya.

Jadi, sosialisasi juga merupakan proses transmisi kebudayaan antar generasi, karena tanpa sosialisasi masyarakat tidak dapat bertahan melebihi suatu generasi. Syarat penting untuk berlangsungnya proses sosialisasi adalah interaksi sosial, karena tanpa interaksi sosial, sosialisasi tidak mungkin berlangsung.

Sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui cara kita untuk mengenal cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat berperan serta secara efektif dalam masyarakat. Sosialisasi juga menjadi proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan norma-norma agar dia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakat. Dengan patuhnya terhadap aturan dan norma, makan keserasian hidup masyarakat akan bisa kita dapati.(*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image