Kehidupan Setelah Lulus SMA : Selamat Datang di Kehidupan Sebenarnya
Gaya Hidup | 2023-05-11 15:40:46Sebagian orang sepakat bahwa masa putih abu-abu adalah bagian dari kisah perjalanan hidup yang punya kenangan indah. Banyak kenangan manis yang terukir di masa ini. Ada yang merasakan jatuh cinta pertama kali, menemukan teman dan sahabat sejati, meraih banyak prestasi, dan sebagainya. Di masa SMA, mungkin permasalahan hidup yang di hadapi hanya sebatas tugas yang menumpuk, berangkat sekolah di pagi buta, takut terjaring razia rambut dan makeup dari guru BK, bertemu pelajaran matematika, fisika, kimia, dan lain sebagainya. Nyatanya, masalah inilah yang nantinya akan menjadi cerita masa lalu yang akan selalu dikenang.
Mungkin, bagi yang saat ini masih duduk di bangku SMA belum menyadari bahwa kehidupan yang sedang dijalani tidak seberat setelah nantinya lulus. Memang, ada sebagian orang yang sudah merasakan pahit dan kerasnya hidup sejak masih bersekolah, bahkan sejak kecil. Saya benar-benar salut dengan orang-orang yang sudah terbiasa hidup dengan keras. Mereka adalah orang-orang yang sudah dipilih Tuhan agar menjadi manusia yang kuat. Namun, bagi kita yang sebelumnya belum terbiasa menjalani hidup dengan keras dan merasakan pahitnya hidup, kehidupan setelah SMA akan terasa berat.
Selama masih duduk di bangku SMA tentunya kita masih merasa senang-senang saja. Datang ke sekolah mengikuti pelajaran, bertemu teman-teman, nongkrong atau nge-mall sepulang sekolah. Sampai akhirnya tidak terasa sudah masuk tahun terakhir sekolah. Fase ini adalah fase yang benar-benar menentukan kemana selanjutnya kita melangkah setelah lulus. Banyak pelajar yang tidak menganggap serius betapa krusialnya fase tersebut. Padahal, kehidupan setelah lulus SMA benar-benar berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kehidupan di masa itu.
Alasan mengapa kehidupan setelah lulus SMA terasa berat adalah karena hanya ada beberapa kemungkinan yang dilakukan, yaitu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, bekerja, mengikuti pendidikan non-formal, menikah, dan menganggur. Mungkin ada beberapa kemungkinan lain yang tidak termasuk dalam jenis kemungkinan seperti yang telah disebutkan. Namun, secara garis besar itulah kemungkinan yang paling sering terjadi. Kita akan menghadapi fase pendewasaan yang rumit. Salah satunya adalah mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut. Jika sebelumnya kita terbiasa mengambil keputusan atas pertimbangan teman, sahabat, dan orang tua. Namun, setelah ini kita harus mengambil keputusan sendiri dan melaksanakannya.
Selain itu, dalam fase pendewasaan mungkin akan timbul masalah atas keputusan yang dibuat. Kita harus menghadapi dan menyelesaikan masalah itu sendiri. Tidak jarang, di fase ini banyak remaja yang mengalami gangguan kecemasan atau gangguan mental akibat ketidakmampuan dalam mengatasi masalah tersebut. Bahkan yang lebih ekstrim, mereka memilih untuk mengakhiri hidup. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki cara dan daya kemampuan bertahan yang berbeda dalam menghadapi fase pendewasaan. Kita tidak pernah tahu apa saja yang dialami oleh teman kita selepas lulus.
Bagi kalian yang masih duduk di bangku sekolah, nikmatilah masa-masa sekolahmu sebaik mungkin. Jangan lupa untuk mempersiapkan masa depan dengan serius. Sesungguhnya masa depan ada di tangan kita sendiri. Jangan pernah takut untuk bermimpi asalkan dibarengi dengan usaha dan doa untuk mewujudkannya. Tidak apa jika nanti ada kegagalan dalam proses meraih impian. Lebih baik kita gagal karena berusaha mewujudkan, daripada menyesal tidak pernah mencoba. Jika nanti kamu menghadapi fase pendewasaan, tetaplah bertahan dan jangan menyerah!
Penulis : R. Jasmine Putri Azzahra. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.