Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Anindya Ayu Dyah Prameswari

Stunting, Problematika Penghambat Generasi Emas Indonesia

Pendidikan dan Literasi | Friday, 05 May 2023, 01:18 WIB

Apa itu Stunting? Stunting merupakan gangguan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak, yaitu tinggi badan anak lebih rendah dari standar usianya. Hal ini diukur dengan tinggi badan lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari World Health Organization (WHO).

Stunting merupakan ancaman utama bagi kualitas sumber daya manusia dan kemampuan daya saing bangsa Indonesia. Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan WHO, Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi kasus balita stunting tertinggi di South-East Asia Regional (SEAR). Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan Tahun 2022, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6%, Sedangkan standard WHO terkait prevalensi stunting harus di angka kurang dari 20%.

Kondisi bertambah sulit karena persoalan stunting seolah masih terdengar asing di masyarakat. Banyak masyarakat yang belum mengetahui perihal stunting, baik definisi, penyebab, dampak, cara pencegahan hingga penanggulangan yang dapat dilakukan. Problematika stunting menyebabkan hambatan besar dalam upaya pemerintah menggapai Indonesia Sejahtera Tahun 2025 dan Generasi Emas Tahun 2045. Stunting dapat dikatakan bersifat kronis karena dapat mempengaruhi fungsi kognitif anak, dimana tingkat kecerdasan rendah sehingga berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Jika para generasi mempunyai kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) kurang optimal, maka Indonesia akan menjadi bangsa yang lemah. Masalah stunting yang terjadi pada negara berkembang seperti Indonesia, menjadi masalah utama kesehatan masyarakat yang harus dilakukan penanganan secara serius dan berkesinambungan, sehingga perlu ada kebijakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam memberikan nutrisi yang bergizi pada anak dan ibu hamil.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa salah satu Penyebab stunting pada anak adalah karena tidak terpenuhinya gizi yang baik pada kurun waktu yang panjang dan sering kali tidak disadari oleh orang tuanya sehingga setelah anak menginjak usia di atas 2 tahun (balita) baru terlihat bahwa anaknya mengalami stunting. Adapun ciri-ciri anak yang mengalami stunting yaitu, berat badan rendah dan tinggi badan lebih pendek dibandingkan anak seusianya, pertumbuhan tulang yang tertunda, proporsi tubuh yang cenderung normal tetapi tampak lebih kecil untuk seusianya, dan masi banyak lagi.

Masa balita adalah fase penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Fase pertumbuhan dan perkembangan dimasa balita menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan di fase selanjutnya. Pentingnya nutrisi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagai awal terjadinya pertumbuhan untuk mencegah stunting sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar agar tumbuh kembang optimal. Adapun tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan balita, yakni faktor genetik, faktor gizi, dan faktor lingkungan. Faktor gizi sangat berpengaruh terhadap perkembangan selama fase pesat pertumbuhan bayi dan balita (growth spurt). Selain itu, Terdapat tiga komponen utama pencegah stunting:

1. Pola makan

Ikuti panduan program “Isi Piringku” untuk memenuhi asupan gizi yang seimbang.

2. Pola Asuh

Pola asuh dalam memberikan nutrisi bagi bayi dan balita, meliputi :

- Asupan Gizi ibu hamil dan rajin memeriksakan ke dokter.

- Bersalin di fasilitas kesehatan, memberikan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), ASI dan MPASI.

- Memberikan imunisasi pada anak

3. Sanitasi dan Ketersediaan Air Bersih

Rendahnya akses sanitasi dan ketersediaan air bersih mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi.

Dengan upaya menerapkan 3 komponen utama pencegah stunting, diharapkan mampu menurunkan angka prevalensi kasus stunting di Indonesia. Selain itu, Masyarakat diharapkan untuk lebih memahami dan menerapkan sikap preventif untuk membangun generasi emas penerus bangsa yang bebas dari ancaman stunting.

.

Anindya Ayu Dyah Prameswari

Mahasiswa Universitas Airlangga

.

Sumber:

Budiastutik, I., & Rahfiludin, M. Z. 2019. Faktor Risiko Stunting pada anak di Negara Berkembang. Amerta Nutrition, 33, 122-129.

Palupi, F. H., Rosita, S. D., & Remedina, G. 2021. Optimalisasi GERMAS dalam Pencegahan Stunting di Desa Rejosari Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Abdi Geomedisains, 79-86.

Pusat Data dan Informasi, 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia, Semester I, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Jakarta.

Rokom, 2023. Prevalensi Stunting di Indonesia Turun ke 21,6% dari 24,4%. sehatnegeriku.kemkes.go.id

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image