Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arkan Ghozy

overthinking: solusi tidak juga sampai, mau sampai mana larut dalam pikiran?

Eduaksi | Monday, 20 Dec 2021, 17:51 WIB

Pernah tidak sih ketika kamu memiliki waktu sendirian kamu tidak bisa berhenti mengingat-ngingat masa lalu karena kesalahan-kesalahan yang kamu buat, atau mungkin sering khawatir dengan masa depan tapi tidak pernah mencari solusi, yang pada akhirnya itu menjadi sebuah siklus pikiran yang tidak berhenti? Jika iya, bisa jadi kamu sedang overthinking kawan! Yuk, kita hentikan siklus ini bersama!

sumber: Pixabay (kata kunci: murung, putus asa)

Kita setuju dong, bahwa berpikir itu baik untuk melatih otak, namun apakah memikirkan suatu hal berulang-ulang itu baik? Bahkan sampai lupa dengan aktivitas lain yang lebih penting, wajarkah kita berpikir sampai seperti itu? Beberapa dari kita cenderung tidak bisa melupakan suatu masalah di masa lalu sehingga terus menyalahkan diri sendiri, lalu karena khawatir hal tersebut dapat terjadi lagi, kita jadi serba khawatir dengan masa depan. Pada akhirnya, ketakutan pun muncul, solusi belum ditemukan. Maka dari itu penting bagi kita untuk mengetahui kapan kita harus membatasi cara berpikir kita terhadap suatu hal. Yuk, simak hal-hal berikut ini!

Overthinking itu seperti apa?

Tidak asing lagi bagi kita ketika mendengar seseorang bertanya "Kamu lagi overthinking ya?" Karena hal tersebut sudah pernah dialami oleh rata-rata dari kita. Umumnya, "Overthinking" adalah ketika kita memikirkan suatu hal yang diulang-ulang namun tidak produktif. Hal ini sebenarnya mirip dengan istilah "Rumination" atau perenungan, yaitu mengulang-ngulang suatu pikiran tentang masa lalu atau masa kini, dan mengkhawatirkan masa yang akan datang. Akan tetapi, kata yang kita sedang bahas sekarang garis besarnya adalah pola pikir yang diulang-ulang namun tidak memiliki resolusi yang jelas.

Mengapa overthinking tidak bermanfaat?

Kita ambil satu contoh, misalnya kita sedang mengikuti suatu acara bersama orang lain seperti pesta, kencan, atau yang lainya. Akan tetapi, bukanya kita fokus dengan kegiatan tersebut, justru kita lebih fokus memikirkan apakah tindakan kita sebelumnya itu benar atau tidak, khawatir bagaimana jika hal tersebut terjadi lagi kepada kita. Pada akhirnya kita pusing sendiri dan tidak paham dengan apa yang sedang terjadi. Itulah salah satu contoh yang mungkin familiar bagi sebagian orang yang pernah overthinking.

sumber: Pixabay (kata kunci: kecewa, sedih)

Dampak overthinking terhadap aspek yang lebih besar

Nah, Sampai disini mungkin ada beberapa dari kita baru memahami bahwa overthinking hanya satu masalah yang tidak dapat menyebabkan hal lain. Maka dari itu, untuk lebih jelasnya, mari kita baca beberapa argumen dari para jurnalis dan peneliti tentang betapa bahayanya dampak overthinking terhadap beberapa aspek lain.

1. Overthinking dapat menyebabkan depresi

Sementara pemikiran berulang yang berfokus pada masa depan (kekhawatiran) telah dikaitkan dengan kecemasan (anxiety), pemikiran berulang yang berfokus pada masa lalu dan sekarang (perenungan) juga berkaitan dengan depresi (Nolen-Hoeksema, 2000). Oke, mungkin lebih masuk akalnya, overthinking ini bersifat sebagai pencemas dan juga dapat membuat perasaan kita sangat jenuh serta penuh kekhawatiran, sehingga itu dapat membuka pintu yang lebar bagi depresi untuk masuk

2. Overthinking dapat menyebabkan kecemasan (anxiety)

Nah ini salah satu dampak terburuknya kawan!, Penelitian telah menemukan hubungan yang kuat antara overthinking dan mood (Segerstrom et al., 2000). Secara khusus, kekhawatiran yang berfokus pada masa depan juga berkaitan dengan kecemasan (McLaughlin et al., 2007). Secara logika penelitian tersebut sangat masuk akal, kita bisa saja mengkhawatirkan suatu hal sembari merasa cemas secara perasaan. Sehingga, sangat penting bagi kita untuk membatasi cara berpikir kita, memastikan agar pikiran tersebut tidak membuat kita khawatir secara berlebihan.

3. Overthinking dapat memengaruhi pola tidur

Bagi yang suka overthinking, kalian sudah tidak asing dengan dampak satu ini! Terlalu banyak berpikir dan gejala kecemasan dan depresi yang menyertainya dapat memengaruhi tidur Anda secara negatif (Pillai & Drake, 2015). Tidur yang buruk, pada gilirannya, berkaitan dengan hasil kesehatan yang negatif (Luyster et al. 2012).

sumber: Pixabay (kata kunci: gadis, kecewa, sedih)

Bagaimana sih cara berhenti overthinking?

1. Coba bersikap lebih tenang

Disaat kamu mulai memiliki pikiran yang bercabang-cabang, kamu akan mulai panik dan cemas, maka dari itu, coba sadari bahwa belum tentu pikiran bercabang tersebut ada benarnya, sehingga dari situ, kamu akan merasa lebih tenang dan paham bahwa bersikap lebih tenang dapat menghentikan pikiran-pikiran yang negatif.

2.Cari beberapa perspektif lain

Cobalah cari beberapa referensi dari teman atau orang terdekatmu dengan cerita atau konsultasi tentang masalah yang kamu pikirkan berkali-kali itu, karena dengan menerima perspektif yang berbeda, kita akan tau sampai di titik mana pikiran kita sudah diluar dari pemikiran yang masuk akal.

3. Hentikan pikiran dengan solusi diakhir

Suatu masalah yang kita pikirkan akan sulit untuk dilupakan jika kita tidak mengambil pelajaran untuk dijadikan solusi kedepan nya. Maka dari itu, penting bagi kita untuk mengutamakan fokus mencari solusi dari permasalahan yang sudah berlalu, sehingga dari situ kita menghentikan kecemasan dan kekhawatiran akan masalah yang sama, karena kita paham jika masalah itu datang kembali, solusi sudah kita ditemukan.

Okay, terima kasih bagi yang sudah baca sampai akhir! dari sini kita sudah paham kan betapa bahaya nya kebiasaan overthinking terhadap kehidupan sehari-hari kita? walaupun sebenarnya kebiasaan tersebut tentu nya dapat kita hindari dengan relatif mudah. Selama kita aware dengan tanda-tanda dari overthinking, kita akan terhindar dari dampak yang bisa jadi lebih parah terhadap mentalitas kita. Maka dari itu;

"Stop overthinking. Whatever happens, happens"

DAFTAR PUSTAKA

Nolen-Hoeksema, S. (2000). The role of rumination in depressive disorders and mixed anxiety/depressive symptoms. Journal of Abnormal Psychology, 109(3), 504–511

Segerstrom, S. C. Tsao, Jennie. Aiden, Lynn. Craaske, Michelle. 2000. Worry and Rumination: Repetitive Thought as a Concomitant and Predictor of Negative Mood. University of Kentucky Press.

Pillai, V., & Drake, C. L. (2015). Sleep and repetitive thought: The role of rumination and worry in sleep disturbance. In K. A. Babson & M. T.

Luyster FS; Strollo PJ; Zee PC; Walsh JK. Sleep: a health imperative. SLEEP 2012;35(6):727-734.

McLaughin, Katie, Borkovec, Thomas & Sibrava, Nicholas. (2007). The Effects of Worry and Rumination on Affect States and Cognitive Activity. Behavior therapy. 38. 23-38. 10.1016/j.beth.2006.03.003.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image