Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syaiful Abdy

Kritis IMM diambang Krisis : Refleksi Milad 59 Tahun IMM

Edukasi | Tuesday, 14 Mar 2023, 16:40 WIB

Oleh : Dicky Mulya Ramadhani (Kader IMM FISIP UMJ)

Bergerak Bersama, Membangun Peradaban" ituah tajuk atau tema yang menjadi gagasan besar dalam milad IMM pada tahun ini yang sudah menginjak Usia 59 Tahun.

Milad dalam Usia yang semakin bertambah dewasa dan semakin berupaya menunjukan eksistensi keberadaannya, dalam usia yang dewasa saat ini kita perlu berbenah untuk bisa jadi langkah yang pasti, Jalan panjang usia 59 Tahun organisasi kemahasiswaan ini, mengawal dan meneruskan kemerdekaan yang hakiki, mewujudkan masyarakat utama melalui diksi akademisi yang ber-akhaq mulia, doktrin kreativitas yang perlu ditanamkan agar menjadi suatu kader yang anggun dalam moral, unggul dalam intelektual, serta ilmu amaliyah dan amal ilmiyah harus menjadi living value semua insan cendekia yang bangga akan merah maroonnya.

Barangkali terlalu sederhana makna apa yang kita telah berikan dan torehkan pada ikatan, serta mungkin juga belum optimal ikhtiar raga ini dalam memperjuangkan. Tapi paling tidak ada sebuah catatan bahwa kita pernah bersama meneteskan keringat untuk sama-sama berjuang dalam ikatan ini. Tentang seuntai kata perjuangan, pengorbanan, serta keikhlasan yang tentunya selalu teringat dalam catatan kehidupan.

Paling tidak merefleksikan arah gerakan perjuangan merupakan jalan utama dalam setiap nafas pergantian usia ritual tahunan untuk bisa merevitalisasikan gebrakan terobosan yang membawa kemaslahatan lebih luas, dimana kita memasuki di era paradoks dan ke absurd-an realitas yang nantinya bahwa ke depan penuh harapan masih ada yang membawa visi secercah harapan cahaya terang baru di dunia gelapnya pergerakan masa kini.

Kritis IMM diambang Krisis

Percakapan ihwal lintas peradaban selalu menjadi discourse yang dialektis, perdebatan ihwal jalannya zaman pula tak pernah habis dalam meja dialog publik, zaman bergulir dalam silang argumen yang tiada henti. Semua berjubal dalam tesis, antitesis dan sintetis.

Itulah kiranya kata antitesis yang tepat untuk interupsi realitas kritik yang wajib kita gulirkan terhadap batang tubuh kita sendiri, dimana kita hanya asyik dalam aktivitas "Syndrome Ritualistic" ini menunjukan bahwa ada suatu persoalan yang serius yang sudah terstruktur dan tersistematis dalam wacana gerakan sukma intelektualisme kita yang nir dari sense of kritis. Khittah IMM perlu kembali pada jalan yang hanif sebagai komunitas intelektual mahasiswa islam muhammadiyah. Ghirah menjalankan roda organisasi semakin surut kreativitas dan karya, hal itu tidak ada jawaban relevan dengan pertarungan kepentingan ketika ingin meraih kekuasaan. Maka barangkali itulah yang digambarkan bahwa Kita seringkali lupa sedang mengalami gagap nalar, nihil kerangka, lalu jatuh dalam kubangan benci tanpa timbangan akal yang dalam, Demi akal sehat, gagasan dan pengetahuan manusia harus kembali pada induknya, harus kembali pada posisi dan peran idealnya.

inilah era baru dimana Kita perlu selalu interupsi realitas dikala semuanya terdiam bias, ruang-ruang pertukaran gagasan sudah sepi dan tak bertepi, maka sudah tak heran minimnya ada aliran dialektika yang tertuang dalam tulisan atau termanifestasi dalam gerakan. Kita masuk pada era absurd, paradoks dan ambiguitas, dimana instrumen terpenting adalah sebatas ritual, Rutinan dan Kerumunan. Dimana gaya-gayaan dan rapih-rapih barisan kepentingan lebih menarik ketimbang isi pikiran dan gerakan perubahan dan pembaharuan yang membawa kemaslahatan. Namun realitas menunjukan bahwasannya kita kerapkali lupa menghasilkan Percakapan discourse yang dialektis, leading opinion surut dalam silang argumen yang tiada henti semua mandeg dalam rasa ketakutan dan ketidak-enakan dan kenyamanan keadaan.

Maka IMM ke depan perlu dijalankan dengan cerdas dan cermat. Inilah laboratorium keilmuan terbaik kader untuk upaya kolektif menyemai dan merajut kebersamaan dengan mengekspresikan pemikiran yang mengendap dalam ruang pikiran. Maka dari itu disitulah fungsi Pimpinan pusat, Daerah, cabang sampai Kader Komisariat untuk menyamakan presepsi agar nantinya memberikan kontribusi Narasi dan gagasan, sehingga mampu termanifestasikan aksi nyata.

Sudah saatnya IMM menjadi mercusuar baru, solusi bagi kompleksitas problem perkaderan, kebangsaan dan keumatan yang akut ini.

Semoga berkah Rahmat illahi selalu melimpahi perjuangan kita semua.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image