Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adeummunasywah Adeummunasywah

Tidak Ada Kaitannya Anak Stunting dengan ibu-ibu suka pengajian

Agama | Wednesday, 08 Mar 2023, 19:40 WIB

Tidak ada kaitannya Anak Stunting dengan Ibu-ibu suka pengajian

Oleh : Heni Nuraeni( Muslimah Peduli Ummat)

Salah satu pidato Megawati yang kontroversial adalah ketika membahas masalah stunting. Beliau mengaitkannya dengan aktivitas keagamaan kaum ibu yang waktunya tersita untuk pengajian sehingga lupa mengurus anak. Bahkan beliau sampai berpesan agar kaum ibu bisa membagi waktu agar tidak habis untuk pengajian dengan melupakan asupan gizi anak (Republika.co.id/ 19/2/2023).

Faktanya memang di masyarakat itu ibu-ibu lebih rajin ngaji namun Tidak bisa dikatakan ibu yang rajin ngaji, menyebabkan anaknya kurang gizi. karena justru seringnya malah anaknya diajak ikut ngaji. Ngaji itu kewajiban menuntut ilmu agama,

sementara stunting kurang gizi itu berkaitan dengan kesehatan. Jadi tidak ada korelasinya antara ngaji dan kurang gizi. Justru yang sering kita dengar ibu yang menelantarkan anaknya itu lebih besar disebabkan karena masalah ekonomi.

Dalam sistem kapitalis saat ini, banyak rumah tangga mengalami kesulitan ekonomi, apalagi pasca pandemi. Banyak para suami yang tidak bekerja karena sulitnya cari kerja ataupun karena PHK. Ada juga karena gaji suami yang masih kurang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga para ibu seakan terpanggil untuk ikut bekerja membantu suaminya guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ngaji itu kadang cuma sepekan sekali sedang bekerja itu bisa setiap hari. Jadi penelantaran anak itu justru lebih besar disebabkan karena masalah ekonomi. Karena kekurangan ekonomi, gizi tak terbeli berpotensi anak stunting kurang asupan gizi. Jadi aneh jika ibunya suka ngaji yang kadang sepekan sekali kok bisa menyebabkan stunting alias anak kurang gizi.

Harusnya jika para ibu itu suka ngaji justru difasilitasi bukannya di komentari karena ini sebenarnya menunjukkan kesadaran para ibu-ibu untuk belajar menuntut ilmu agama untuk bekal menjalankan kehidupan ini dan bekal untuk di akherat nanti.

Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim, termasuk ibu-ibu. Seorang ibu itu bisa ngurusi anaknya dengan baik jika ia paham ilmunya. Nah, agar paham bagaimana ngurus anak dengan baik maka dibutuhkan ilmu agama, untuk itulah memang seharusnya ibu- ibu itu rajin ngaji. Justru dengan ngaji ibu-ibu itu jadi paham memanej waktu, kapan ngurus keluarga, kapan keluar mengkaji ilmu.

Para ulama sepakat, mencari ilmu adalah wajib bagi setiap Muslim. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Mencari ilmu itu wajib atas setiap Muslim (HR Ibnu Majah).

Itulah mengapa setiap Muslim wajib mencari ilmu-ilmu agama (tafaqquh fî ad-dîn). Kebaikan akan di dapat jika kita paham agama, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

Siapa saja yang dikehendaki oleh Allah kebaikan, Dia akan memberikan kepada dirinya paham agama (HR al-Bukhari dan Muslim).

Agar paham agama, seseorang tentu harus banyak belajar agama. Sebabnya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

وَإِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ

Sungguh ilmu itu hanya (bisa dikuasai) dengan belajar (HR al-Bukhari dan Muslim).

Di antara yang termasuk mempelajari ilmu-ilmu agama adalah dengan banyak bertanya kepada para ahli ilmu (ulama). Demikian sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Karena itu bertanyalah kalian kepada ahli zikir (ahli ilmu) jika kalian tidak tahu (QS an-Nahl [16]: 43).

Di sini pula pentingnya setiap Muslim menghadiri pengajian atau majelis-mejelis ilmu termasuk ibu-ibu yang rajin ikut pengajian. Dengan rajin ikut pengajian, mereka bisa bertanya banyak hal tentang agama kepada ahlinya (para ulama).

Sebaliknya, saat seorang Muslim jauh dari majelis-majelis ilmu, tentu ia tak akan banyak tahu ilmu-ilmu agama. Ia tak akan banyak paham hukum-hukum Islam. Saat demikian, ia berpeluang jatuh ke dalam ragam kemaksiatan.

Karena itulah Imam Ibnu al-Jauzi rahimahulLâh mengingatkan kita:

اِعْلَمْ أَنَّ أَوَّلَ تَلْبِيْسِ إِبْلِيْس عَلَى النَّاسِ صَدُّهُمْ عَنِ الْعِلْمِ؛ لِأَنَّ الْعِلْمَ نُوْرٌ، فَإِذَا أَطْفَأَ مَصَابِيْحَهُمْ خَبَّطَهُمْ فِي الظُّلْمِ كَيْفَ شَاءَ

Ketahuilah bahwa tipuan iblis yang pertama kali kepada manusia adalah dengan membuat mereka berpaling dari ilmu. Sebab sesungguhnya, ilmu adalah cahaya. Saat iblis mampu memadamkan cahaya-cahaya manusia maka iblis bakal mudah menjatuhkan mereka dalam kegelapan (kesesatan) sebagaimana yang dia kehendaki." (Ibnu al-Jauzi, Talbîs Iblîs, hlm. 739).

Karena itulah hendaknya kita tidak boleh menjauh dari majelis-majelis ilmu atau malas dalam mendalami ilmu-ilmu agama, karena setan akan jauh lebih mudah menyesatkan orang-orang bodoh daripada orang-orang yang berilmu. Betapa banyak orang terjerumus ke dalam dosa dan kemaksiatan karena kebodohan, keawaman atau ketidaktahuan mereka terhadap hukum-hukum agama (halal-haram).

Itulah yang kita saksikan saat ini. Banyak pemimpin, karena bodoh terhadap agama (Islam), mereka sering mengeluarkan berbagai kebijakan yang menzalimi rakyat.

Banyak orang-orang awam, karena tidak terlalu paham ajaran Islam, terjerumus dalam ragam dosa dan kemaksiatan. Banyak remaja, misalnya, pacaran dan terlibat pergaulan bebas (perzinaan). Banyak pasangan suami-istri terlibat dalam perselingkuhan (perzinaan) dan sebagainya.

Semua ini, antara lain, karena mereka tidak paham atau bodoh terhadap agama. Karena itu setiap orang wajib mendalami agama. Di antaranya dengan sering-sering ikut pengajian atau hadir di majelis-majelis ilmu.

Karena itu pula tentu aneh jika ada yang komentar terhadap fenomena rajinnya kaum Muslim, khususnya para ibu-ibu, mendatangi pengajian atau majelis-majelis taklim dibilang tidak mengurusi anaknya.

Padahal dengan mengkaji ilmu kita mendapat banyak keutamaan.

Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ

Siapa saja yang ke luar rumah dalam rangka meraih ilmu maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali pulang (HR at-Tirmidzi).

Rasulullah saw. pun bersabda:

مَا مِنْ خَارِجٍ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ إِلَّا وَضَعَتْ لَهُ الْمَلَائِكَةُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا بِمَا يَصْنَعُ

Tidaklah seseorang ke luar rumah untuk mencari ilmu kecuali para malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena ridha atas apa yang dilakukan oleh para pencari ilmu (HR Ibnu Majah dan Ahmad).

Khusus kaum wanita, termasuk kaum ibu, tentu sangat penting untuk rajin ikut pengajian atau hadir di majelis-majelis taklim. Para ibu atau para wanita calon ibu adalah pendidik generasi. Bahkan baik-buruknya generasi salah satunya bergantung pada peran ibu-ibu mereka. Ibu adalah madrasah pertama dalam keluarga,

Meminjam kata-kata penyair Mesir, Hafizh Ibrahim:

ألأمُ مَدرَسَةً إِذا أَعْدَدْتَها أَعْدَدْتَ شَعباً طَيْبَ

الأعراق

Ibu itu madrasah (sekolah). Jika Anda mempersiapkan (dengan baik) kaum ibu, berarti Anda mempersiapkan (dengan baik) generasi keturunan yang baik."

Untuk itulah penting bagi ibu-ibu rajin mengkaji Islam, agar mereka paham hukum-hukum islam, paham bagaimana mendidik generasi Islam, menjadi generasi yang berkepribadian Islam dan berpikir cemerlang yang kelak bisa membawa perubahan dunia menuju peradaban Islam yang gemilang.

Wallahu'alam bishshowab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image