Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Citra A. Riadhini

Sering Tertidur Meski Sudah Tidur Cukup? Hati-Hati Hypersomnia!

Eduaksi | Saturday, 18 Dec 2021, 12:25 WIB

Pernahkah kamu berada dalam kondisi dimana kamu sering tertidur di siang hari meskipun kamu sudah tidur cukup 8 jam di malam harinya? Jika ya, waspada! Bisa jadi kamu mengidap hypersomnia, lho! Eits, jangan self-diagnose dulu, ya. Yuk, simak rangkuman mengenai hypersomnia berikut!

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Sebelum membahas lebih jauh mengenai gejala dan bahaya dari hypersomnia, kamu perlu tau dulu pengertian dari hypersomnia.

Yuk, simak penjelasan dibawah ini!

Apa itu hypersomnia?

Photo by Marcus Aurelius from Pexels

Hypersomnia ialah suatu gangguan tidur dimana penderitanya sering tertidur atau mengantuk pada siang hari meskipun sudah tidur cukup 8 jam di malam harinya. Seseorang yang mengidap hypersomnia dapat tertidur kapan saja dan dimana saja meskipun sedang menjalani aktivitas seperti bekerja atau berkendara.

Lalu, apa saja gejala dari hypersomnia?

Gejala hypersomnia umumnya ialah rasa kantuk yang berlebihan. Sedangkan gejala khusus dari hypersomnia, yaitu:

• Lemas

• Kehilangan nafsu makan

• Pikiran yang berkabut

• Gelisah

• Sulit dalam mengingat hal yang sederhana

• Sulit dalam berpikir atau berbicara

• Gangguan emosi atau iritabilitas

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Hypersomnia terbagi menjadi dua, yaitu hypersomnia primer dan hypersomnia sekunder. Hypersomnia primer ialah hypersomnia yang dapat terjadi dengan sendirinya. Hypersomnia primer disebabkan oleh fungsi sistem saraf pusat dalam mengatur waktu untuk terjaga dan terlelap. Sedangkan hypersomnia sekunder ialah hypersomnia yang disebabkan oleh oleh kondisi kesehatan tertentu.

Lantas, apa yang menjadi gejala utama dari hypersomnia primer dan hypersomnia sekunder?

Gejala utama yang dapat ditemui dari hypersomnia primer yaitu ada pada kondisi ketika kamu merasa ngantuk di siang hari, padahal pada malam harinya waktu tidurmu sudah cukup. Sedangkan gejala hypersomnia sekunder cenderung disebabkan oleh rasa lelah akibat waktu tidur yang berkurang, mengonsumsi obat-obat tertentu, alkohol, dsb. Dalam catatannya, kejadian hypersomnia primer lebih langka dibandingkan hypersomnia sekunder.

Rasa kantuk berlebihan sebagai gejala umum dari hypersomnia, nyatanya dapat terjadi tanpa sebab. Rasa kantuk yang kamu alami tanpa sebab itu dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau faktor keturunan. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa hypersomnia pun dapat dipengaruhi oleh penyakit genetik langka, seperti Myotonic Dystrophy, Prader-Willi syndrome, dan Norrie Disease.

Hypersomnia kemungkinan memiliki kaitan dengan gangguan sistem saraf pusat yang cenderung sulit dikenal seperti tumor otak, gangguan pada hipotalamus dan batang otak. Sementara itu, penyakit yang biasa terjadi pada usia tua, seperti Alzheimer dan Parkinson pun juga memiliki keterkaitan dengan hypersomnia karena gejala yang timbul identik sama, yaitu rasa kantuk yang berlebih.

Selanjutnya, faktor apa yang membuat kamu berisiko mengidap hypersomnia?

Faktanya, laki-laki cenderung lebih sering mengidap hypersomnia jika dibandingkan dengan perempuan. Ada beberapa faktor yang bisa berisiko kamu mengidap hypersomnia, lho! Berikut beberapa faktornya:

• Waktu tidur yang berkurang

• Mengalami depresi

• Mempunyai riwayat penyakit ginjal, retless leg syndrome, hipotiroid, dan multiple sclerosis

• Faktor genetik, yang mana terdapat keluarga atau kerabat dekat yang mengalami hypersomnia

• Mengonsumsi obat-obatan terlarang

• Mengalami sleep apnea

• Obesitas

• Riwayat cedera pada sistem saraf, terutama trauma kepala

• Mengalami epilepsi

• Mengonsumsi obat penenang atau antihistamia

Bagaimana cara mendiagnosis hypersomnia?

Ketika kamu sudah mengetahui beberapa faktor yang menyebabkan hypersomnia, setelah ini kamu akan mengetahui bagaimana cara mendiagnosis hypersomnia dengan tepat. Menurut data dari American Sleep Associaton, diperkirakan 40% penduduk mengalami rasa kantuk yang berlebih. Jadi, gejala hypersomnia adalah hal yang umum. Namun, masih diperlukan beberapa jenis tes dan instrumen untuk mendeteksi hypersomnia, khususnya hypersomnia primer. Yuk, simak penjelasan di bawah ini!

• Penggunaan polysomnogram untuk memonitor aktivitas otak, pergerakan mata, detak jantung, tingkat oksigen, dan pernapasan saat tidur

• Pemantauan waktu terjaga dan terlelap untuk mengetahui pola tidur

• Tes fisik untuk memeriksa kewaspadaan

• Penilaian jenis tidur yang dialami oleh seseorang pada siang hari dengan multiple sleep latency test

• Penilaian rasa ngantuk menggunakan Epworth Sleepiness Scale

Bagaimana cara untuk mengatasi hypersomnia?

Salah satu cara utama untuk mengatasi hypersomnia ialah dengan mengubah gaya hidup. Contohnya dapat berupa membentuk jadwal tidur yang teratur juga menerapkan pola sleep hygiene untuk memprioritaskan aktivitas agar tidak membuat waktu tidur kamu berkurang.

Seseorang yang mengalami hypersomnia juga dianjurkan untuk berhenti merokok, mengonsumsi alkohol, serta mengurangi makan yang berlebihan dengan tujuan menjaga metabolisme dan meningkatkan energi.

Sebagian orang yang mengalami hypersomnia dapat sembuh dengan mengubah pola hidupnya menjadi lebih sehat dan teratur. Walaupun begitu, apabila kamu sudah berusaha untuk mengubah pola hidup tetapi tidak berhasil juga, maka kamu dianjurkan untuk mengonsumsi obat-obatan tertentu sesuai resep dokter sebagai tenaga medis profesional.

Photo by MART PRODUCTION from Pexels

Nah, setelah menyimak penjelasan di atas, kamu diharapkan dapat memahami tentang apa itu hypersomnia, gejalanya, dan cara mengatasinya. Setelah memahami hypersomnia, dan kemudian kamu merasakan adanya gejala hypersomnia dalam diri kamu, segeralah pergi berkonsultasi kepada tenaga medis profesional untuk mendapat diagnosis yang tepat. Tetap semangat ya, guys!

Sumber

https://hellosehat.com/pola-tidur/gangguan-tidur/hypersomnia-mengantuk-di-siang-hari/

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image