Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image siti suryani

Pengerdilan Makna Pengajian

Agama | Wednesday, 22 Feb 2023, 22:53 WIB

Pengerdilan Makna Pengajian

Pengajian ibu-ibu adalah salah satu kegiatan yang sudah dilakukan sejak zaman dahulu di Desa atau perkampungan. Pengajian sudah menjadi tradisi dan merupakan wadah untuk mengaplikasikan pendidikan seumur hidup yang dilakukan oleh sekelompok ibu-ibu dengan mengadakan pengajian rutin baik secara berkala mingguan atau bulanan sekali, kegiatan itu dilakukan untuk menambah ilmu dan pemahaman agama tentunya.

Pelaksanaan pengajian yang dilakukan kaum ibu diisi tausyiah yang disampaikan sebagaimana tausiyah pada umumnya. Dan juga diisi dengan beribadah yang benar, baik itu tata cara dalam berwudhu, shalat, membaca Alquran dan muamalah dalam masyarakat dengan baik, tidak ketinggalan membahas isu-isu politik atau berita terhangat yang terjadi di negeri ini.

Sebagai muslim yang paham bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban yang Alloh perintahkan, tentu akan dilaksanakan meskipun banyak kewajiban lain, seperti melayani suami, mengurus rumah tangga, merawat anak dan lain sebagainya. Agama pun memberikan tuntunan bagaimana agar semua kewajiban dapat dilaksanakan tanpa ada yang terabaikan, sehingga para ibu akan senantiasa berusaha melakukan seluruh kewajiban dengan penuh tanggungjawab, tidak terutama dalam mendidik dan mengurus buah hati.

Dilansir dari Republika.co.id, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis, turut menanggapi pidato Megawati Sukarnoputri terkait ibu-ibu pengajian. Dalam pidatonya, Megawati mengingatkan agar para ibu pengajian tidak melupakan tugasnya mengurus anak supaya anak tidak kekurangan gizi.

Kiai Cholil juga mengatakan bahwa ibu-ibu yang rajin ke pengajian tidak menelantarkan anak-anaknya, karena kebanyakan ibu-ibu anak-anaknya sudah besar. Bahkan ibu-ibu yang datang ke pengajian lebih sedikit menghabiskan waktu, dibandingkan dengan ibu-ibu yang bekerja kantoran atau menjalankan bisnis. Ia menambahkan, dengan ikut pengajian, ibu-ibu jadi mengetahui dan peduli mengurus anak. Sebab, tidak ada ceritanya ibu-ibu rajin pengajian menjadi bodoh dan tidak kreatif. Ngaji adalah aktivitas melatih hati dan pikiran.

Salah satu pidato Megawati yang mengundang kontroversial adalah ketika membahas masalah anak stunting. Dia mengaitkannya dengan aktivitas keagamaan kaum ibu, yang waktunya tersita untuk pengajian sehingga lupa mengurus anak. Alhasil, ia sampai berpesan agar kaum ibu bisa membagi waktu agar waktunya tidak habis untuk pengajian dan melupakan asupan gizi anak.

Pernyataan yang banyak mengundang perhatian segala kalangan terutama para ibu yang memang jelas ditujukan kepada mereka, disampaikan seorang ibu bahkan sudah memiliki cucu. Bagaimana tidak tuduhan bahwa para ibu yang rajin ke pengajian lalai dalam mengurus anak-anak hingga dikaitkan dengan masalah stunting, tentu merupakan tuduhan tanpa bukti.

Kesalahpahaman tentu harus segera diluruskan, agar tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan sebuah aktivitas, terlebih ketika yang menyampaikan adalah sosok tokoh berpengaruh. Prilaku dan ucapan seseorang menggambarkan pemikiranya, begitu pun dengan pernyataan yang terkait pengajian yang menyebabkan stunting.

Dalam sistem sekuler yang saat ini tengah melingkupi rotasi kehidupan umat manusia telah membawa jauh kaum muslim akan arti sebuah kewajiban dalam agamanya. Mencari ilmu agama yang sejatinya sebuah kewajiban yang harus ditunaikan setiap muslim dan muslimah justru dinyinyiri bahkan sebelumnya ada kelompok yang gemar membubarkan pengajian. Fenomena dalam sekulerisme menampakan bahwa islamophobia tengah menjangkiti para politisi. Padahal pengajian aktivitas yang mencerdaskan, mencari dan mengkaji problematika negeri yang tidak kunjung usai dalam pandangan agama agar membawa perubahan terhadap individu, masyarakat terlebih pada perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Wajar jika adanya ucapan yang meremehkan aktivitas pengajian, seolah hal itu hanya rutinitas yang sia-sia bahkan pemicu kerusakan. Karena sistem sekuler ini menempatkan agama sebagai racun yang merusak manusia sehingga harus dijauhkan. Berhasilnya sekulerisma menjauhkan kaum muslim dari ajaran Islam menyebabkan kehidupan kaum muslim tanpa arah dan prinsip yang pasti kecuali hanya membebek atau ikut-ikutan pemahaman dan pemikiran asing.

Pendidikan berbasis sekulerisme melahirkan didikan tidak memiliki kepribadian yang baik kecuali pribadi yang jauh dari agamanya. Bagaimana tidak pendidikan agama hanya diberikan waktu dua jam dalam satu minggu, bahkan ada rencana pelajaran agama akan dihilangkan. hal ini tentu sangat berpengaruh pada gaya hidup dan standar dalam menilai suatu perbuatan, bukan lagi ridha Allioh tetapi yang tengah viral dan banyak dilakukan manusia, maka akan dianggap benar diterima dan diikuti tanpa melihat bagaimana hukumnya dalam Islam.

Maka peran pengajian diluar sekolah begitu sangat dibutuhkan dan wajib dalam mencarinya untuk membentuk kepribadian Islam yang tidak didapat dari sekolah umum. Namun justru banyaknya pengajian dianggap mendatangkan masalah dan sesuatu hal yang tidak memiliki peran penting dalam kehidupan dunia.

Mengkaji Islam Kaffah

Dalam Islam menuntut ilmu sebuah kewajiban bagi setiap muslim, semakin banyak kaum muslim tersadarkan akan pentingnya peran agama dalam mempengaruhi prilaku dan menjadi benteng dalam kemaksiatan. Gelombang hijrah menerpa berbagai kalangan, menampakan antusias umat Islam untuk memperdalam agamanya, tentu bukan hal yang tidak disengaja tetapi adanya peran dakwah dalam rangka menyebarkan Islam yang dilakukan individu atau kelompok yang peduli akan kondisi kaum muslim.

Mengkaji, mentadaburi dan mengamalkan Islam merupakan sebuah kewajiban yang Allah Swt. dan Rasulullah saw. perintahkan. ٍ

“Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS Al-Mujadilah: 11).

Kewajiban mengkaji Islam juga ada dalam hadist yang Rasulullah saw.sampaikan :

“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim.” (HR Ibnu Majah).

Mengkaji Islam secara kaffah merupakan bagian dari pembinaan kepribadian setiap individu yang dilakukan dalam negara Islam. Sehingga menghasilkan individu yang beriman dan bertqwa, memiliki taraf berfikir yang tinggi dan cerdas dengan kesadaran politik yang kuat sebagai bekal para ibu dalam mendidik anaknya menjadi muslim yang memiliki kepribadian Islam sebagai pemimpin masa depan.

Wallohu'alam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image