Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ayipudin

Mempertegas Pesantren Sebagai Mercusuar Peradaban

Agama | Thursday, 09 Feb 2023, 22:46 WIB

Nahdlatul Ulama telah memasuki usia satu abad pada 16 Rajab 1444, atau bertepatan dengan 7 Februari 2023. Sebagai sebuah organisasi NU berada dalam masa kematangan dan tak banyak organisasi keagamaan yang bisa mencapai usia ini. Dengan mengusung tema ‘Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangitan Baru’ menjadi penanda sekaligus harapan dan optimisme NU dalam menyongsong abad ke-2.

dok. Republika co.id

Inisiasi NU menggelar International Conference on Fiqh of Civilication atau Muktamar Internasional Fiqih Perabadaban adalah upaya NU untuk membahas berbagai persoalan di mulai dari format negara-bangsa, relasi dengan non-muslim, politik global adalah langkah strategis NU mengingat saat ini terdapat setidaknya empat negara yang getol mendistribusikan wacan Islam. Pertama, Saudi Arabia dengan Islam wahabisme-nya, kedua, Iran dengan Islam Syi’ah-nya, ketiga, Turki dengan Sekularisme Islam-nya dan yang keempat, Mesir dengan Islam al-Azharnya. Maka, sangatlah beralasan jika NU menawarkan wacana Islam untuk dunia karena setidakya memenuhi dua hal: Pertama, populasi Islam di Indonesia yang menjadi mayoritas Kedua, Islam telah berakulturasi dengan budaya lokal sehingga spirit keislaman mewarnai perjalanan bangsa.

Berbicara tentang peradaban tentunya tidak dapat dilepaskan dari fungsi pesantren sebagi motor penggerak ekonomi umat hal tersebut pernah diungkapkan oleh Menteri BUMN Erick Tohir saat bersilaturahmi dengan para kiai se-Pasuruan Raya, Jawa Timur, Kamis (5/5).

Pesantren dan NU

Pesantren merupakan pilar organisasi, lembaga pendidikan klasik yang telah lama ada sebelum Indonesia merdeka ini banyak sekali melahirkan cendikiawan muslim dari NU dan memberikan pengaruh besar terhadap dinamika bangsa. Data dari Kementerian Agama (Kemenag) bahwa, jumlah pesantren di Indonesia sebanyak 26.975 unit hingga April 2022. Meski tidak seluruhnya pesantren berafiliasi dengan NU, dan hampir semua tokoh NU memiliki pesantren dan senantiasa bersentuhan dan bergulat dengan realitas sekelilingnya. Banyak sekali para peneliti asing yang meneliti keberadaan pesantren misalnya penelitian Karl A. Steenbrink yakni Pesantren Madrasah Sekolah”, lalu Martin van Bruinessen dengan Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat”, dan Manfred Ziemik yang mengkaji terkait Pesantren dalam Perubahan Sosial”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan eksistensi pesantren yang tidak anti terhadap budaya yang dipegangi masyarakat. Pesantren berperan sebagai pelopor perubahan dan menjadi basis utama masyarakat dalam menghadapi berbagai dinamika. Atas dasar inilah pesantren sejatinya menjadi pusat peradaban muslim di Indonesia. Maka untuk menjadikan pesantren sebagai mercusuar peradaban dunia haruslah di support dengan faktor-faktor pendukung lainnya.

Transformasi Pesantren

Mempertahankan tradisi memang baik tapi ia tak lagi cukup harus berani melakukan terobosaan-terobosan baru yang bahkan belum pernah dilakukan sebelumnya. Setidaknya ada tiga prasyarat agar pesantren menjadi mercusuar peradaban.

Pertama, penguatan pesantren sebagai pusat intelektual dan literasi, dengan potensi intelektual yang dimiliki pesantren memungkinkan sebagai mercusuar peradaban, jika saja pesantren menyadari bahwa keunggulan yang dimilikinya. Penguasaan ilmu agama dengan merawat dan menjaga tradisi keilmuan klasik (turots). Penguatan tradisi literasi yang ada di pesantren di antarannya bahtsul masail, yakni tradisi dalam melakukan kajian ilmiah dan akademis dengan merujuk pada kitab turots, yang merupaan warisan ilmu pengetahuan dan budaya islam. Permasalahan keagamaan, sosial, politik, ekonomi dan sebagainya dianalisis melalui kajian kitab tersebut untuk kemudian diambil kesepahaman atas hukum yang masih diperdebatkan.

Kedua, Penguasaan sains teknologi serta nilai-nilai kepesantrenan, kegiatan pengembangan masyarakat di pondok pesantren sebenarnya NU sudah merintisnya sejak tahun 1980-an dengan lahirnya Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M). Ketika itu, para kiai sudah memiliki kesadaran untuk membangun pengembangan kegiatan masyarakat Lebih dari itu, pesantren juga bisa memaksimalkan pemanfaatan teknologi sebagai media menstabilkan hubungan sosial dan memperluas jaringan pesantren. Sebagai sebuah subkultur, pesantren memiliki modal budaya yang bisa digunakan dalam mengubah masyarakat dan teknologi bisa berperan sebagai mediator untuk menstabilkan relasi sosial.

Ketiga, Pemberdayaan ekonomi berbasis pesantren, keberadaan pondok pesantren dinilai punya pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi. Jika saja gagasan Erick Tohir di aktualisasikan secara serius dalam upayannya menumbuhkan ekonomi berbasis pesantren seperti, Badan Usaha Milik Nahdlatul Ulama (BUMNU), kolaborasi BUMN dengat unit usaha NU, santripreneur, Program Makmur yang menyasar sektor agribisnis. Dalam program ini, santri dapat menjadi petani mandiri setelah diberikan pelatihan dan pendampingan. Jika saja potensi ini dimaksimalkan maka NU bakal mampu mewujudkan kemandirian usaha berbasis pesantren.

Kesimpulan

Peran serta pesantren untuk dapat berperan sebagai pusat peradaban muslim di Indonesia suatu keniscayaan karena sebenarnya unsur tersebut secara implisit telah dimiliki oleh NU jika saja NU bisa mempertegas potensi pesantren yang dikelolannya bukan tidak mungkin pesantren bukan hanya menjadi kekuatan besar, tidak saja dalam pendidikan tetapi juga dalam hal ekonomi, kesehatan dan pertanian, serta bidang lainnya. Untuk itu, perlu mempertegas peran NU dalam mengoordinasi lembaga pendidikan pesantren. Dengan begitu, pesantren akan menjadi mercusuar dalam menggerakkan peradaban.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image