Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rut Sri Wahyuningsih

Mengulik Kadar Keberpengaruhan Tokoh Muslim Kekinian

Agama | Thursday, 03 Nov 2022, 15:45 WIB

The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) merilis daftar tokoh-tokoh muslim paling berpengaruh di dunia 2023. Presiden Joko Widodo berada di urutan ke-13 dalam The Muslim 500 2023. Namanya berada tepat di atas Sheikh Dr Ahmad Muhammad Al-Tayyeb selaku Imam Besar Masjid Al-Azhar.

Kemudian, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf juga masuk dalam Top 50. Gus Yahya, sapaannya, berada di posisi ke-19 di bawah Sultan Sokoto Amirul Mu’minin Sheikh As-Sultan Muhammadu Sa’adu Abubakar III. Dan untuk kali pertama, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir masuk dalam daftar pebisnis muslim ( CNN Indonesia,3/11/2022).“

Dan yang menyedihkan, tokoh Muslim kita yang memang kosentrasi kepada Islam, Abu Bakar Baashir (mantan pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia) terkatagori ekstremis, berkebalikan dengan KH Said Aqil Siradj (Mantan Ketua NU) yang mendapat katagori sosial. Entah apa kriteria untuk setiap katagori, namun penghargaan ini terasa janggal. Sumbangsih apa para Muslimin ini kepada Islam?

Bukan menafikan ketokohan mereka, namun sepak terjang mereka tidak mencerminkan Islam sebagai panutan atau pedoman hidup. Erick Thohir malah menjelang pemilu ini mendapatkan penghargaan “ entreupreuner Muslim” sosok yang diklaim beberapa pihak mewakili pengusaha muslim muda.

Bukankah sudah seharusnya setiap muslim menjadikan keislamannya sebagai identitas diri apapun yang dilakukan dan jabatan apa yang ia pegang? Terlebih jika ia memegang tampuk pimpinan, baik negara maupun instansi atau lembaga. Sebab, bagi seorang muslim yang mengimani Allah, malaikat, Rasul, kitab-kitab, qadha qadar baik buruknya berasal dari Allah dan hari akhir menjadi harga mati untuk senantiasa menyelaraskan perbuatan dan perkataannya dengan syariat.

Bukan sebaliknya, menggelar karpet merah bagi musuh-musuh Islam. The Royal Islamic Strategic Studies Centre (MABDA) adalah lembaga penelitian mandiri yang berada di bawah naungan Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic Thought, berpusat di Amman, Kerajaan Yordania. Tahun ini adalah tahun ke-11 mereka mengeluarkan 500 daftar muslim yang berpengaruh. Tujuannya untuk memastikan bagaimana pengaruh sebagian umat muslim terhadap komunitas Islam. Pengaruh tersebut berupa kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membuat perubahan yang signifikan pada dunia Islam.

Bisa dikatakan keberpengaruhan tokoh-tokoh muslim yang masuk dalam daftar masih dalam skup individual atau sektoral, belum menyentuh politik Islam yang membawa pada perubahan yang revolusioner atau menyeluruh. Padahal persoalan umat Islam dalam tataran global dan tersistem. Jumlah kaum muslim Indonesia yang dirilis RISSC sebanyak 237,56 juta jiwa, kembali menjadikan Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Menyusul Pakistan di posisi kedua dengan penduduk muslim sebanyak 213,27 juta jiwa. Dan kemudian India dengan jumlah penduduk muslim sebanyak 206,11 juta jiwa.

Namun banyaknya jumlah tak berpengaruh dalam melindungi berbagai kekerasan yang diterima kaum muslim di negeri-negeri Muslim di atas. Bak buih di lautan, hancur berpendar begitu bertemu pantai. Islam sebagai salah satu agama samawi justru terus menerus dihinakan. Ajarannya dilecehkan, pemeluknya dianiaya dan terus menerus ditekan hingga tak bisa beribadah dengan tenang. Padahal, menjadi hak konsesus internasional untuk memeluk agama yang diyakini sebaik mungkin, pun di Indonesia UUD 1945 telah mengaturnya dalam pasal 29.

Kembali dipertanyakan sejauh mana keberpengaruhan tokoh-tokoh muslim ini, apakah ini bukan jebakan yang meninabobokan bahwa kenyataannya kita sedang berjalan menuju jurang kehancuran. Sebab kapitalisme yang mendasari kebijakan setiap tokoh muslim itu menjadi akar persoalan mengapa umat manusia tak pernah bisa sejahtera, terlebih muslim. Di negerinya yang kaya raya namun sengsara dan melarat.

Konflik terus menerus diciptakan agar kaum muslim tak berpikir yang lain, terutama berpikir kebangkitan hakiki, menegakkan Islam sebagai agama pedoman hidup. Para tokoh muslimpun hanya gertak sambal dengan mengecam jika ada ketidakadilan atau kezaliman penguasa kafir kepada negeri Palestina misalnya. Sebagai negara, Palestina telah memiliki syarat yang sah, namun selalu kalah oleh kepentingan asing yang terlibat dalam strategi Israel.

Jika kita flashback, pada masa sejarah kejayaan Islam, para tokoh-tokohnya, kontribusinya kepada Islam masih bisa dilihat hingga saat ini, pun kebijakan-kebijakan mereka untuk ketinggian dan kemuliaan Islam masih bisa digunakan oleh generasi Muslim saat ini. Sejak dari Nabi Muhammad Saw, sebagai peletak dasar negara Islam yang menerapkan sekaligus mendakwahkan Islam kemudian Khulafaur Rosyidin Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali yang dengan kepemimpinan mereka wilayah Islam kian meluas dan agama Islam bisa diterima setiap bangsa di dunia ini.

Ada Abu Hanifah perawi hadist sahabat Rasulullah, Harun Al-Rasyid, Al-Khwaizmi, Al-Ghazali, Ibnu Battutah, Ibnu Sina, Sultan Muhammad Al Fatih yang meruntuhkan Konstantinopel ikon kejayaan Kristen pada masanya. Sekaligus membuktikan bisyaroh Rasulullah ratusan tahun sebelum beliau lahir yaitu, “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR Ahmad bin Hanval Al Musnad). Semua berkontribusi kepada Islam berdasarkan keimanannya bukan yang lain.

Maka, terlalu dangkal jika menjajarkan mereka dalam tokoh Muslim yang berpengaruh di dunia, jika masih berkompromi dengan sistem sekuler, jika masih menganggap ada yang lebih tinggi daripada syariat dan justru berjuang untuk tegaknya demokrasi. Jika masih menganggap riba bagian dari upaya mensejahterakan umat dengan terus menerus menambah utang kepada lembaga keuangan global.

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim”. (QS Ali-Imran:102). Berdasarkan tafsir kemenag, yang dimaksud dari ayat ini adalah Bukti ketakwaan tersebut yaitu menaati Allah dan tidak sekalipun durhaka, mengingat-Nya dan tidak sesaat pun melupakan-Nya, serta mensyukuri nikmat-Nya tanpa sekalipun dan sekecil apa pun mengingkarinya sampai batas akhir kemampuan kamu, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim, berserah diri kepada Allah dengan tetap memeluk agama yang diridai, yaitu Islam. Wallahu a’lam bish showab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image