Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fa'iz Azmi Fauzia

Perlawanan Korban KDRT dalam Film Darlings

Gaya Hidup | Sunday, 30 Oct 2022, 22:24 WIB

Apresiasi untuk Film India rilisan Netflix sedang jadi perbincangan. Film ini berjudul Darlings, rilis pada 5 Agustus lalu dan dibintangi oleh Alia Bhatt serta disutradarai oleh sutradara perempuan yaitu Jasmeet K. Reen.

Darlings mengangkat tema kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT yang sudah jadi realitas jamak bagi perempuan seluruh dunia. KDRT sendiri adalah epidemi kekerasan terhadap perempuan dan kasusnya tercatat terus meningkat setiap tahun.

Dalam film berdurasi 2 jam 14 menit ini, tidak hanya memvisualkan realitas perempuan sebagai korban. “Darlings” juga turut menjelaskan aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi kebimbangan perempuan untuk keluar dari jerat kekerasan dalam lingkup domestic.

Sosok Badru diperankan oleh Alia Bhatt menggambarkan kondisi perempuan sebagai korban kekerasan yang memiliki banyak aspek mengapa korban sulit keluar dari masalah KDRT ini. Seperti yang kita ketahui, sejak dulu perempuan sudah dibebani untuk sekiranya menjaga moral hingga kehormatan keluarga.

Film ini kemudian menyajikan luka masa lalu Badru akan ayahnya yang juga melakukan kekerasan terhadap sang ibu. Hal itu membuat Badru semakin sulit melepaskan diri dari suami. Sebab Badru sudah punya gambaran bahwa keluarga yang sempurna adalah keluarga yang utuh.

Badru dipukul, dibenturkan kepalanya ke tembok dan lemari, dijambak dan ditarik kepalanya. Bahkan tangannya dilukai dengan sepatu heels. Semua luka ini harus ia terima kebanyakan karena alasan-alasan konyol atau karena tidak mau menuruti kemauan suaminya.

Melalui Darlings, Jasmeet juga menghadirkan realitas tentang budaya victim blaming yang terjadi di masyarakat patriarki. Dalam hal ini, Jasmeet menggambarkannya lewat aparat penegak hukum, yaitu polisi.

Ketika Badru dan ibunya, Shamshu Ansari (Shefali Shah) sudah muak dengan perilaku abusif Hamza, mereka berdua memutuskan untuk melaporkan kekerasan domestik yang dilakukan Hamza.

Dalam sebuah adegan singkat, tapi mengena, Shamshu bermonolog di depan polisi tentang mengapa laki-laki bisa menjadi monster apalagi jika sudah candu minum alkohol. Polisi laki-laki yang saat itu duduk tepat di depan Shamsu langsung menyeletuk tanpa empati, “Semua itu karena perempuan yang membiarkan mereka (laki-laki)!”.

Adegan ini memperlihatkan bagaimana masyarakat kita memiliki tendensi untuk menyalahkan perempuan korban setiap ada kekerasan yang terjadi. Hal pertama yang dilakukan banyak orang adalah menyalahkan dan menghakimi korban.

Dalam Darlings, Badru seorang korban KDRT memiliki orang yang sangat menyayanginya yaitu sang ibu sebagai support system-nya. Shamshu adalah sosok ibu yang tak segan mengomeli dan memarahi Badru jika Badru ngeyel untuk tetap bertahan dengan perilaku si suami. Ia tanpa lelah berusaha menyadarkan Badru tentang perilaku suaminya yang kemungkinan besar tak akan berubah.

Ia bahkan mengumpamakan laki-laki seperti kalajengking. Menurutnya, laki-laki akan mengatakan kekerasan adalah bagian dari diri mereka, diri yang penuh amarah dan penuh kekerasan. Layaknya kalajengking yang menyimpan racun dan suka menyengat, sebagai respon pertahanan diri mereka. Maka buat Shamshu, perempuan seperti Badru harus tahu kapan sebaiknya mereka lari dan menghindar dari jeratan ini.

Darlings khususnya memperlihatkan bagaimana Badru yang sudah muak dengan perilaku abusif suami dan jerat manisnya memutuskan untuk membalas dendam. Ia ingin Hamza, merasakan apa yang ia rasakan. Ia ingin Hamza diperlakukan sebagai orang kelas dua, diperlakukan semena-mena dan dimaki-maki sesuka hati.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image