Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Kamil

Maulid Rasulullah Momentum Revitalisasi Pendidikan

Eduaksi | Sunday, 09 Oct 2022, 19:22 WIB

USTAZ M TOWIL AKHIRUDIN

Guru Pondok Pesantren An-Nur Darunnajah 8 Cidokom Gunungsindur Bogor

Peringatan maulid Nabi Muhammad shallallahu 'alahi wasallam yang dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal tahun hijriyah tidak hanya rutinitas tahunan belaka. Namun perlu dijadikan sebagai momentum revitalisasi pendidikan. Dikarenakan seluruh kehidupan Rasulullah tidak lepas dari pendidikan.

Apalagi di tahun 2022 ini telah disodorkan Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang baru oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi kepada Dewan Perwakilan Rakyat menjadi Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas 2023. Walaupun kabar terakhir RUU Sisdiknas tersebut telah ditunda masuk ke prolegnas 2023. Dikarenakan banyaknya silang pendapat di tengah-tengah masyarakat.

Ditambah pula problematika bangsa kekinian, khususnya dunia pendidikan. Kasus-kasus kekerasan, perkelahian, perundungan fisik dan verbal. Bahkan hingga berujung pada kematian. Penyalahgunaan uang negara, lembaga pendidikan, bantuan sosial dan lainnya untuk kepentingan pribadi. Belum lagi penyalahgunaan kekuasaan, wewenang, dan kebijakan. Maka semua itu bermuara pada satu pembahasan, yaitu pendidikan kesalehan.

Maka kembali kepada agenda maulid nabi yang perlu dijadikan momentum revitalisasi pendidikan. Pola pendidikan yang bertumpu pada kasih sayang. Baik pada manusia, maupun makhluk Tuhan lainnya. Mengingat bahwa keberadaan Sang Rasul sebagai rahmat (belas kasih) bagi alam semesta. Artinya tidak hanya diperuntukkan sektarian. Namun bersifat global. Khususnya bagi bangsa Indonesia.

Coba perhatikan al Qur'an surat at Taubah ayat 128, yang artinya adalah;

Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.

Sungguh Sang Rasul memiliki empati dan simpati yang sangat tinggi. Memiliki kepekaan yang luar biasa. Sikapnya yang santun, baik budi bahasanya maupun tingkah lakunya. Tidak hanya bagi orang yang sudah beriman. Bahkan yang belum beriman pun, diperlakukan yang sama. Dan masih diharapkan pula dapat bersegera menjemput keimanan tersebut.

Untuk itu pendidikan bagi bangsa Indonesia haruslah pula memperhatikan, menekankan dan mengamalkan kasih sayang. Jika ini menjadi salah satu tujuan utama pendidikan nasional, maka hasilnya adalah guru mengasihi dan menyayangi murid. Dampaknya murid akan pula mengasihi dan menyayangi guru. Pemerintah mengasihi dan menyayangi rakyatnya. Rakyat pun juga sama. Aparat keamanan dan ketertiban juga mengasihi dan menyayangi. Maka tidak akan ada tindakan-tindakan yang di luar batas kemanusiaan. Jadi tidak hanya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Namun mampu mencetak manusia pengasih dan penyayang.

Selanjutnya sejak dahulu, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam memang telah diutus kepada kaum buta huruf tidak dapat membaca dan menulis. Walau beliau dari kalangan bangsa Arab. Dan tugas pertamanya teruntuk bangsanya sendiri. Dikarenakan mendidik bangsa sendiri jauh lebih mudah karena sudah paham karakter bangsanya. Kemudian berikutnya untuk semua bangsa di dunia. Yang dimana para sahabatnya dapat melanjutkan tugas-tugas yang diemban Sang Rasul dengan sangat baik.

Hal ini menjadi pemahaman bahwa pendidikan nasional, haruslah pertama dihadirkan di tengah-tengah bangsa Indonesia. Karena bangsa Indonesia memiliki karakter yang berbeda dari bangsa lain. Sejarah bangsa ini sangatlah unik dan menarik. Artinya pendidikan nasional mengutamakan sejarah dan budaya Indonesia untuk turut dijadikan pedoman. Sehingga hal itu mengakar pada orang Indonesia, hingga berikutnya dapat mewarnai bangsa lainnya.

Bila merujuk pada Al Qur'an surat al Jumu'ah ayat dua. Bahwa Nabi Muhammad mendapat tiga tugas utama pendidikan.Yang dimana ketiganya sangatlah relevan dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air. Juga kehidupan bersama bangsa-bangsa lain di dunia. Bahkan masih relevan hingga hari akhir dari keberadaan manusia di dunia.

Tugas pertama adalah membaca ayat-ayat Allah. Dapat dipahami dengan mempelajari tanda-tanda keagungan Allah. Baik apa yang jelas tertulis di dalam kitab Allah. Maupun apa yang terhampar di alam semesta ini beserta seisi-isinya, dan perkembangan darinya. Yang itupun masih serba terbatas. Mengingat sangatlah luas ilmu Allah.

Putra putri Indonesia dalam proses pendidikannya haruslah berorientasi pada upaya menelaah dan menyelidiki kandungan ayat Allah. Juga meneliti apa-apa yang ada di alam semesta ini. Dan menghasilkan apa-apa yang bisa dikembangkan dari padanya. Salah satunya adalah berkenaan dengan kecerdasan buatan. Yang memang itu masih bagian kecil dari alam semesta.

Tugas kedua adalah mensucikan atau membersihkan perasaan, pikiran, perkataan dan perbuatan manusia dari tindakan tercela dan terkutuk. Dari hal-hal yang dilarang oleh hati nuraninya. Hati kecilnya. Dhomirnya. Baik itu berkenaan dengan hubungan manusia terhadap Tuhannya. Maupun hubungan sesama manusia. Agar tidak terjadi fitnah, iri hati, dengki, sombong, dan penyakit hati lainnya. Yang dimana penyakit hati tersebut menjadi pintu awal rusaknya persatuan sesama bangsa Indonesia.

Yang terakhir dan ini pernyataan jelas terkait dengan pendidikan. Dan menegaskan bahwa Nabi Muhammad berprofesi sebagai guru. Dalam sebuah hadis juga ditegaskan bahwa Nabi Muhammad diutus sebagai seorang guru. Tugas tersebut adalah mendidik dan mengajar ilmu hidup yang baik dan benar di dunia, dan bekal terbaik untuk di akhirat, yang bersumberkan al Qur'an dan al Hikmah (sunnah Nabi).

Pendidikan di Indonesia jangan hanya seputar dunia saja. Bersekolah agar bisa kerja. Punya penghasilan. Memiliki jabatan. Dan sebagainya. Namun bagaimana pendidikan bagi bangsa Indonesia juga bertujuan pada alam baka, sebuah alam setelah kehidupan di dunia. Yang di mana kehidupan manusia di dunia akan dipertanggungjawabkan olehnya dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Jika ini dijadikan pondasi pendidikan yang fundamental kepada peserta-peserta didik, maka besar harapan perbuatan hina dan tercela, akan tiada tatkala mereka beranjak dewasa.

Begitulah sosok Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam Sang Guru. Masih sangat banyak yang dapat digali dari beliau tentang pendidikan. Sangat layak bila Nabi Muhammad dijadikan pedoman pendidikan bangsa Indonesia. Tanpa harus malu-malu mengakui dan bersaksi bahwa memang beliau adalah suri teladan yang sangat baik. Bahkan bangsa lain memuji dan mengakui Sang Nabi. Maka pemerintah Indonesia dan pemegang kebijakan, serta masyarakat Indonesia harus dapat mengambil momentum maulid Nabi ini sebagai revitalisasi pendidikan Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image