Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adhyatnika Geusan Ulun

Belajar dari Spirit Baginda Nabi

Agama | Sunday, 25 Sep 2022, 16:52 WIB
Ilustrasi kaligrafi Nabi Muhammad SAW. wikipedia.

Sebentar lagi umat Islam akan berjumpa dengan bulan Rabiul Awal 1444 H. Bulan di mana Nabi Muhammad SAW diperingati hari kelahirannya.

Baginda Nabi merupakan sosok manusia yang diakui paling lengkap kisah hidupnya. Bahkan, sejarawan dapat menceritakan detail riwayat Rasulullah mulai awal kelahiran, masa anak-anak, remaja, dewasa, perjuangan risalahnya, hingga akhir hayatnya.

Para sejarawan hampir-hampir kehabisan 'tenaga' untuk menceritakan keseluruhan kisah Sang Nabi. Disimpulkan, tidak ada tokoh besar dunia yang memiliki riwayat hidup selengkap Nabi Muhammad SAW.

Bagi umat Islam tentunya menjadi kebanggaan luar biasa memiliki sosok panutan hidup tersebut. Tinggal bagaimana kita meneladani kehidupan Baginda Nabi.

Seperti diketahui, mempelajari sejarah orang-orang besar selalu membangkitkan semangat untuk menirunya. Termasuk menduplikasi sifat, karakter, dan ketokohan orang-orang besar diyakini akan merubah perjalanan sejarah hidup seseorang menuju ke satu keadaan yang lebih baik bagi sebagian pengagumnya.

Sejarah banyak mencatat tokoh besar yang pernah menghiasi sejarah hidup umat manusia. Tentu pembaca pernah mengenal tokoh, seperti Alexander the Great, Ibrahim, Sidarta Budha Gautama, Konfusius, Khrisna, Assoka, Isa Al Masih, Julius Caesar, Napoleon, Leonardo da Vinci, Ptolomeus, Al Kindi, Al Gebra, Ibnu Khaldun, Albert Einstein, Issac Newton, Thomas Alfa Edison, Michael Faraday, Alfred Nobel.

Bahkan, termasuk tokoh-tokoh kontroversi, seperti Adolf Hitler, Karl Max, Mao Tse Tung, pernah dibaca-minimal dikenal. Tokoh-tokoh tersebut, kerap menarik para pembaca untuk mempelajari kisah kehidupannya. Sehingga sering dijadikan rujukan di setiap topik pembicaran dan diskusi ilmiah serta keagamaan,

Adalah Nabi Muhammad SAW menempati posisi istimewa di sejarah dunia. Para ilmuwan bahkan memosisikannya sebagai tokoh yang paling berpengaruh di jagat raya.

Banyak forum diskusi yang diselenggarakan hampir selalu mengaitkan dengan namanya, atau minimal spirit yang diteruskan para pengikutnya. Ketika dibuka forum ilmiah, maka dapat dipastikan salah satu rujukannya mengaitkan dengan tokoh mulia ini. Apalagi saat diselenggarakan dialog keagamaan di manapun tempatnya di belahan bumi ini.

Sangat menarik ketika menonton kajian ilmiah di salah satu kanal YouTube luar negeri yang menampilkan salah satu pandangan Islam mengenai perkembangan sains dan teknologi. Para penyaji mempresentasikan-salah satunya- tentang teori Big Bang.

Di sana, divisualkan asal muasal terjadinya alam semesta menurut berbagai sudut pandang, baik ilmiah maupun agama. Mengagumkannya –menurut penyaji- pandangan Islam-lah yang mendekati kebenaran teorti tersebut.

Begitupun dengan narasumber lainnya yang menyajikan teori kejadian makhluk hidup dengan memulai informasinya dari kutipan ayat-ayat suci Al-Quran. Hal ini sama ketika presentasi tentang bentuk Bumi menurut berbagai sumber, dan lagi-lagi Islam menempatkan teori fisik bumi –walaupun tidak secara mutlak disebutkan- diisyaratkan sebagaimana bentuknya yang sekarang.

Tentu tidak disanksikan lagi kemuliaan Islam, begitupun dengan Baginda Nabi. Namun, orang sering dilupakan dengan spirit yang telah dibangunnya. Hal ini menjadi salah satu sebab generasi muda tidak semua mengenal sosok mulia secara menyeluruh.

Bahkan, tidak sedikit ilmuwan muslim yang selalu memberikan rujukan dengan teori-teori Barat, yang padahal sangat berbading terbalik dengan ilmuwan orientalis yang hampir selalu menyajikan referensi dari Baginda. Hal ini, dikarenakan minimnya literasi mereka terhadap ketokohan Rasulullah.

Seperti diketahui, spirit yang dibangun Nabi Muhammad SAW dalam mereformasi peradaban dimulai sejak beliau mengubah satu bangsa jahiliyah menuju bangsa yang beradab, dengan mengenalkannya kepada Dzat Maha Pencipta yang Esa, yang telah menciptakan manusia dan alam semesta.

Kemudian, Baginda Nabi mampu menyadarkan manusia akan ukhuwah basyariah yang menyebutkan bahwa semua berasal dari satu nenek moyang sama, yakni Nabi Adam. Sehingga dilarang untuk saling menghina dan membeci satu sama lain. Setelah itu, memotivasi manusia untuk saling berlomba menuju kebaikan, karena manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.

Spirit di atas adalah sebagian kecil di antara sekian banyak hal yang pernah dilakukan Baginda Rasul untuk menyadarkan manusia akan jati dirinya sebagai makhluk yang disempurnakan penciptaannya oleh Tuhan. Sehingga harus menjadi pribadi-pribadi yang memiliki akhlak mulia kepada seluruh makhluk lainnya.

Bahkan, kepada makhluk terendah sekalipun diajarkan oelh Baginda Nabi untuk menghormatinya sebagai sama-sama ciptaan Tuhan. Maka diajarkannya untuk selalu menjaga lingkungan sekitarnya. Termasuk selalu menghormati keyakinan dan kepercayaan makhluk lainnya.

Oleh karena itu, sudah saatnya generasi penerus Islam untuk selalu bangga untuk menyebutkan nama mulia beliau di setiap forum. Bukan hanya sekedar di prolog saja, namun banyak ajaran dan keteladanan yang ditampilkannya di semua bidang kehidupan.

Hal ini untuk mengingatkan penulis, betapa sering tidak mengambil referensi dari Baginda Rasul walau hanya menukil kisahnya di bidang pendidikan. Padahal, banyak ajaran budi pekerti yang menjadi ruh pendidikan karakter yang diakui tidak diakui bersumber dari keteladanan Rasulullah. Begitupun dengan keberpihakan pendidikan Islam kepada anak, seperti harus mengajarkan mereka sesuai dengan zaman, potensi, minat dan bakatnya.

Akhirnya, spirit yang digaungkan Islam sejak dahulu hingga sekarang pastinya berasal dari semangat mencintai sosok Nabi dan semangat menyebarkan seluruh ajarannya. Hal inilah yang seharusnya kembali disyiarkan oleh umat Islam agar kelak muncul kebanggaan bagi generasi muda untuk selalu mengambil rujukannya di setiap kesempatan. Wallahu’alam.***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image